25

402 59 28
                                    

Siang ini Irene memilih kantin untuk dijadikan tempat istirahat sekaligus mengisi perut. Di temani dengan sahabatnya, gadis itu makan dengan lahap seolah tak ada hari esok.

Saat ingin menyuapkan sendok terakhirnya, Irene tersigap dengan kehadiran seseorang di sampingnya.

Orang itu menyimpan nampan makanannya lalu duduk di samping Irene dengan senyuman manis di bibirnya.

"Calon pacar gue makin cantik aja." Ucap orang tersebut genit, yang ternyata adalah Gavin. Satu-satunya pria yang tidak pernah kapok mendekati Irene, padahal Gavin hampir sekarat di rumah sakit karena ulah Sean.

Irene memutar bola matanya malas, selain karena merasa risih. Irene kurang suka dengan kehadiran Gavin. Bagi gadis itu, Gavin hanya salah satu buaya darat yang suka menggoda semua wanita.

Irene tak habis pikir, padahal Sean sering memperingatinya agar tidak mendekati Irene. Bahkan Sean tak segan-segan menghabisi Gavin jika pria itu terus mendekatinya. Nyatanya semua itu tak mampu membuat Gavin menyerah, sebenarnya apa yang di pikirkan pria di sampingnya ini?

"Kok ngelamun, gak seneng ya ketemu gue?" Gavin bertanya saat mendapati Irene hanya diam.

"Baguslah kalo lo nyadar." Gavin melirik Wendy lalu berdecak sebal saat mendengar perkataan gadis berambut sebahu itu.

"Dimana-mana kok ada lo mulu sih, ganggu acara gue sama ayang beb aja."

"Suka-suka gue lah, yang ada juga lo yang ganggu kehidupan Irene. Kek orang gak ada kerjaan aja."

"Serah gue lah, yang penting gue bisa deket sama calon pacar gue. Iya kan sayang?" Gavin menyenggol tangan Irene dengan sikutnya. 

"Berisik lo berdua." Ketus Irene to the point.

"Galak amat sih, untung cantik."

Irene memutar bola matanya jengah mendengar perkataan Gavin, lalu perhatian Irene teralih saat semua orang berbisik-bisik dan menatap pada satu objek. Merasa penasaran Irene mengikuti tatapan mereka dan melihat Sean yang memasuki kantin dengan Claira di sampingnya. Lalu di belakangnya terdapat sahabat-sahabat Sean yang selalu setia.

Dari kejauhan, Irene dapat menangkap raut wajah Claira yang terlihat menyebalkan seolah sedang mengejeknya.

"Lah itu cewek baru Sean ya?" Tanya Gavin yang ternyata ikut memperhatikan mereka.

"Upik abu nya Sean!" Wendy menjawab asal dengan nada kesal.

Sedangkan di meja lain, tepatnya di meja Sean. Claira duduk bersebelahan dengan Sean seolah tak ingin jauh dari pria tampan itu. Dan tentu saja hal itu tak luput dari penglihatan semua mata di kantin tak terkecuali Irene.

"Sean beliin aku dimsum dong." Ucap Claira manja.

Bayu yang mendengarnya berakting muntah di hadapan Claira. Nampaknya pria tersebut tak menyukai sejak awal kehadiran Claira. Mata sipitnya dapat menilai jika gadis itu memiliki aura tak sedap seperti ular bisa, dan sangat tidak cocok berada di samping Sean.

"Lo ngapain sih? Hamil?" Leon yang melihat tingkah bayu, memilih meladeni sifat konyol sahabatnya.

"Ini reaksi alami kalo ada nenek sihir berkeliaran disini." Bayu memberi tahu seraya melirik Claira, atau lebih tepatnya menyindir.

"Maksud lo, gue?" Sentak Claira tak terima.

"Lah lo ngerasa nenek sihir?" Bayu balas bertanya membuat Claira mendengus tak suka lalu menatap Sean, meminta pembelaan.

"Jangan gitu Bay, kasian tu cewek nanti nangis lu mau tanggung jawab?" Ucap Galen.

Bayu menatap Galen dengan senyuman licik, "kan itu tujuan gue."

BORDERLINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang