Tiga Belas

1.9K 202 45
                                    

Irene menghirup udara segar kala mobil yang di kendarai Sean memasuki kawasan Bandung. Angin yang tenang menerpa wajah cantiknya membuat Irene menutup kelopak matanya meresapi alam yang menyejukan hatinya.

Sean yang memperhatikan Irene pun tak dapat menahan bibirnya yang tersenyum kecil. Sesekali pandangannya terbagi dengan kemudinya dan Irene, Sean tak mau mengambil resiko jika terjadi sesuatu berkat kelalaiannya. 

"Aku udah lama gak ke Bandung, udara disini adem banget gak kayak di Jakarta."  Irene berucap antusias dengan binar di matanya saat menatap Sean.

"Baru itu doang, belum lagi tempat-tempatnya," balas Sean dibalik kemudi.

Irene mengangguk, "Rumah kamu masih jauh?"

"Bentar lagi nyampe kok."

Setelah itu keadaan menjadi hening, Irene lebih memilih fokus pada jalanan yang tidak padat kendaraan. Membuatnya merasa tenang dan menikmati perjalanan dengan nyaman.

"Tidur aja, ntar kalo udah nyampe aku bangunin." Titah Sean.

Irene memajamkan matanya, walau masih pagi hari tapi kantung matanya sangat berat sebab semalam ia kurang tidur. Ternyata persiapan untuk ke Bandung memakan waktu yang lama karena ulah mereka berdua yang mendadak. Belum lagi Sean yang mengganggu acara tidur nya, membuat Irene berjaga beberapa jam untuk meladeni Sean yang malam tadi insomnia.

Mobil yang di kemudi Sean itu berhenti di depan sebuah bangunan yang minimalis nan asri. Halaman yang luas dengan tanaman yang beraneka ragam yang indah. Rumah dua tingkat ini begitu besar dan kokoh, tapi jika di bandingkan dengan mansion keluarganya yang di Jakarta tentu saja kalah unggul.

Irene menggeliat pelan lalu mengerjapkan kedua matanya. Dia menatap Sean sebentar lalu menyisir sekitar yang ternyata sudah berada di halaman sebuah rumah.

"Kirain gak bakal bangun." Sean terkekeh gemas lalu melpaskan seatbelt Irene.

"Sembarangan kalo ngomong, emang kamu mau aku gak bangun lagi?" Sewot Irene lalu keluar dari mobil yang di ikuti Sean.

"Becanda doang, baperan amat sih." Sean menyubit pipi Irene gemas yang langsung di tepis oleh sang empunya.

"Sakit tau!"

Sean tertawa pelan karena berhasil mengusili Irene yang terlihat lucu di matanya.

Padahal di balik wajah cemberut Irene terselip hati yang menghangat dengan ulah Sean barusan ternyata mampu membuatnya baper.

"Tangan cewek cantik gak boleh nganggur." Bertepatan dengan perkataannya tangan Sean menggenggam tangan mungil Irene yang terasa pas  di genggamannya seolah mereka memang di ciptakan untuk saling melengkapi.

Irene tersenyum kecil dengan tingkah Sean yang lagi-lagi membuatnya berdebar.

Mereka berdua melangkah ke dalam rumah yang langsung di sambut hangat oleh beberapa pelayan rumah tersebut.

"Bunda di mana?" tanya Sean pada pelayan tersebut yang terlihat sudah tua.

"Di dalam den, mereka lagi nunggu kedatangan den Sean," jawabnya disertai senyuman sopan.

Sean mengangguk lalu mengajak Irene memasuki rumahnya. Bahkan sepanjang langkahnya Irene tak berhenti kagun dengan arsitektur dan purniture rumah ini yang tampak simple nan elegant benar-benar seperti seleranya.

"Kak Ireneee!!"

Irene tersentak pelan saat merasakan tubrukan halus dari gadis imut di depannya.

"Kakak kenapa lama banget, Serra kangen tauk!" rajuknya gemas.

Irene membalas pelukan Serra, "Aku juga kangen sama kamu."

BORDERLINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang