37

443 48 37
                                    

"Sean gak masuk?" Ulang Irene tak percaya, bahkan gadis itu menghentikan kunyahan makanannya.

Wendy mengangguk santai, gadis itu hanya mendengar tak sengaja ucapan Bayu yang mengatakan jika Sean tak masuk hari ini.

"Tapi gue rasa wajar gak sih? Dia kan abis di tinggalin bokapnya." Tambah Wendy mengeluarkan opininya.

Sedangkan Irene yang mendengarnya hanya diam tak berani berkomentar. Hanya sebuah jawaban yang Irene butuhkan saat ini tentang keberadaan Sean, masalahnya Sean pergi begitu saja tanpa pamit membuat Irene penasaran kemana pria itu pergi.

"Oh iya Rene, lo udah baikan sama Sean ya?" Tebak Wendy seraya menatap Irene selidik.

"Gak tuh, biasa aja." Sanggah Irene.

"Bagus lah, lo jangan mau aja maafin dia. Gue masih belum terima dia belain si jamet di rumah sakit." Wendy mengingat-ngingat bagaimana jahatnya Sean yang membela Claira di saat Irene tengah sakit.

Irene mengangguk mengerti, masih terekam dengan jelas bagaimana kejadian itu kala dirinya di rumah sakit. Namun perasaan Irene hari ini seperti akan goyah, kedatangan Sean malam tadi dan perlakuan pria itu membuat hati Irene kembali menghangat.

"Heh Rene! Lo mikirin apa senyum-senyum sendiri?" Sentak Wendy menyadarkan Irene dari lamunan nya.

Dengusan pelan terdengar dari bibir gadis bernama Irene itu, mengagetkan saja.

"Udah ah gue mau pulang, takut kesorean." Irene merapihkan tasnya bersiap untuk pulang.

"Biasanya juga kelayapan, sok sok an mau pulang."

"Ada nyokap gue di rumah Wen."

"Lah udah balik?"

Irene mengangguk sebagai jawaban tak lupa dengan senyuman yang tak lepas dari bibirnya, Wendy yang melihat itu menatap curiga.

"Apa?" Tanya Wendy penasaran.

"Bayarin hehehe." Tunjuk Irene pada sebuah piring yang sudah kosong.

Gadis berambut sebahu itu memutar bola matanya malas, "cantik-cantik kere!"

"Ih nggak! Gue lagi mode hemat." Sanggah Irene tak terima dirinya di katain 'kere' oleh sahabatnya.

"Makanya punya ayang biar ada yang bayarin!" Omel Wendy merenggut kesal.

"Kapan lagi lo berbakti sama sahabat yang paling imut ini eummm." Irene menangkup kedua pipinya dengan puppy eyes seperti seekor kucing yang memohon pada majikannya.

"Terserah lo ah, gue capek!" Frustasi Wendy terlihat putus asa.

Gelak tawa memenuhi indra pendengaran Wendy, Irene terlihat senang berhasil mengerjai sahabatnya.

"Yaudah, gue pulang ya? Awas loh jangan lupa!" Pamit Irene dan kembali menunjuk pada bekas makanannya.

"Iya iya bawel." Jawab Wendy malas.

Irene terkikik geli melihatnya, "dadahhh ayang Wenn!!" Dan memberi flying kiss pada Wendy.

"JIJIK BANGET SUMPAH!!"

---

Irene melepaskan helmnya yang berwarna hijau, gadis itu memberi selembaran uang pada mas gojek yang sudah mengantarnya pulang. Gadis itu lebih memilih naik sebuah motor dari pada mobil, alasannya karena Irene ingin menikmati pemandangan sore hari yang indah dengan duduk di atas motor.

Bahkan Irene tak turun di titik lokasi apartementnya, perlu berjalan beberapa menit untuk sampai kesana. Karena bagi Irene berjalan di bawa langit senja membuat perasaannya jauh lebih baik, keindahan yang di miliki langit selalu menjadi daya tarik utama baginya.

BORDERLINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang