🌒🌒
Hari pertama Zee belajar bersama Chika di Apartemen Gracia. Mereka berdua kini sedang berada di dalam kamar Milik Zee karena Gracia dan Shani sedang di Ruang TV.
Mereka berdua masih sibuk dengan pembahasan. Chika yang sedang menjelaskan materi pada Zee sedangkan Zee menyimak setiap apa yang di jelaskan oleh Chika.
Sekitar 1 jam lamanya mereka berdua belajar.
"Untuk hari ini cukup dulu ya Zee lanjut besok lagi, tadi udah ngerti kan apa yang aku jelasin" ucap Chika.
"Iya udah kak, makasih ya udah sabar bangat buat jelasin ke aku"
"Iya sama-sama"
Zee dan Chika membereskan buku-buku yang berserakan di lantai kamar Zee sebelum keduanya memutuskan untuk tiduran.
"Hoam" Chika merasa ngantuk karena selesai dari sekolah dirinya belum tidur Siang.
"Kak Chika tidur aja biar aku yang bersesin sisanya" ujar Zee
"Emang nggak apa-apa"
"Nggak kak, sana"
Chika pun beranjak ke kamar mandi terlebih dahulu, selesai kekamar mandi dirinya naik ke atas Kasur Zee karena benar-benar sudah mengantuk. Tidak berselang lama Chika langsung tertidur dengan pulas.
"Capek bangat kayanya" guman Zee melihat kearah Chika yang sudah tertidur.
Selesai membereskan buku-buku Zee juga ikut naik ke atas Kasur menyusul Chika yang sudah tertidur.
______
Zee di seret seperti hewan oleh orang-orang yang sama sekali Zee tidak tahu tapi sepemikiran nya pasti orang-orang itu adalah orang suruhan mama atau nggak papanya sudah bisa Zee duga.
Tepat dugaan Zee, kini dirinya sudah tiba dirumah nya, rumah yang selama ini Zee tinggalin dari dirinya kecil hanya bersama Bibi dan Satpam nya saja.
Zee tidak memberontak sama sekali, percuma tenaga mereka cukup kuat dibandingkan dirinya yang kecil apalagi dirinya perempuan melawan 3 orang laki-laki berbadan besar.
Diseret masuk kedalam ruangan milik Shania, Zee didudukan begitu saja oleh ketiga orang itu setelah nya mereka langsung keluar dan mengunci pintu ruangan itu meninggal kan Zee bersama sang mama.
"Bagus ya selama beberapa hari Nggak pulang-pulang ke rumah..." Ucap Shania yang duduk di depan Zee.
Ingin rasanya Zee tertawa didepan muka mamanya yang seakan-akan membuat Zee merasa bersalah. Terus gimana dirinya yang selalu di tinggal selama ini.
"Apa aku pernah protes kalau mama nggak pulang...." Ujar Zee.
Pertanyaan itu membuat nyeri pada hati Shania, betul harusnya dirinya sadar selama ini dirinya lah yang paling menyakiti hati anak semata wayangnya ini.
Terus apa yang harus dirinya jawab sekarang haruskan dirinya berteriak didepan wajah sang anak. Atau meminta maaf atas waktu yang mungkin tidak akan pernah bisa di ulang kembali.
"Nggak bisa jawab...."
Shania menghela nafasnya begitu berat, menatap wajah sang anak yang begitu banyak luka dan kesedihan disana.
"Harusnya Anda yang saya tanya begitu, saya tidak pulang juga saya tinggal di tempat Cici saya dan anda pasti tahu itu terus waktu anda pergi apa saya tahu anda dimana, harusnya saya yang marah karena anda selalu mengabaikan saya selama belasan tahun, apa pernah saya meminta anda untuk pulang. Anda sebagai orang tua apa pernah kepikiran untuk pulang, Nggak kan bahkan saat saya hampir mati apa anda tahu itu, ya saya yakin anda Nggak akan pernah mau tahu..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tengelam Menatap Bulan (ZeeChik)
Teen FictionAku selalu menyukai bulan karena dari dia aku tahu bahwa sendiri juga bisa bersinar seterang itu walau saat badai dia hilang tapi perginya dicari banyak orang yang takut kegelapan.