EPISODE - 03 (PART I)

10.3K 268 1
                                    

Jeff menghentikan laju mobil yang dikendarainya tepat pada porte cochere bangunan gedung sekolah. Tempat tersebutlah yang biasa digunakan untuk menaik-turunkan para siswa dan siswi yang diantar oleh kendaraan. Jeff turun dari mobil lalu membukakan pintu untuk Amy.

Setelah pintu terbuka, Amy yang sudah melepaskan seatbelt beranjak keluar. Namun baru saja menjejakkan kaki di tanah, satu kaki Amy tersandung. Amy seketika terhuyung ke depan. Untung saja refleks Jeff begitu cepat, hingga pria itu yang tengah menahan pintu mobil dapat dengan sigap menangkap dan memegangi tubuh mungil sang putri presiden.

"Hati-hati-" Jeff mengingatkan sembari memindai lurus manik mata Amy. 

"Maaf" Amy menggumam canggung.

"Kau baik-baik saja?" Jeff memastikan.

Amy menjawab dengan anggukan pelan.

Belum juga melepaskan diri satu sama lain, keduanya tiba-tiba dikagetkan oleh satu teriakan nyaring yang menggaung dari kejauhan.

"Amy!!"

Jeff dan Amy mundur bersamaan dan menengok pada asal suara tersebut. Setelahnya mereka melihat Tessa - sahabat Amy setengah berlari menghampiri keduanya.

Begitu sampai di depan Amy dan Jeff, Tessa berhenti. "Hai agen Carter" gadis itu langsung menyapa penuh semangat sembari melemparkan kerlingan centil pada Jeff. 

"Miss Walton" Jeff menyapa sopan. 

Tessa tersenyum lebar dan menatap Jeff penuh kekaguman. Sesaat gadis itu tampak terpukau pada sosok Jeff dan melupakan Amy yang ada disana. 

Amy memutar matanya kemudian menggugah Tessa yang seakan tengah tersihir oleh pesona Jeff. "Halo... aku disini juga" ucap Amy sembari mengibaskan tangan di depan wajah Tessa.

Tessa tersadar dan melirik Amy sebal dari sudut mata. Ia pun menggerutu. "Bisa tidak sih kau tidak mengganggu kesenanganku?" oceh Tessa. 

Amy memberi peringatan pada Tessa dengan delikan tajam. "Jangan bicara aneh-aneh-" Ia berbisik pelan agar tak terdengar oleh Jeff. Tentu ia tau arti 'kesenangan' yang dimaksud sang sahabat adalah memandangi wajah setampan dewa milik Jeff. 

"Kami masuk dulu-" Amy buru-buru pamit pada Jeff untuk mencegah sahabatnya mencari perhatian lebih pada sang pengawal pribadi. Amy lantas meraih tangan Tessa dan ia tarik dengan paksa. 

"Okay, have a nice day" Jeff membalas santai.

"Kau juga-" Amy menyambut cepat sapaan Jeff. "Ayo kita masuk, kelas sudah akan dimulai" Lanjutnya beralih pada Tessa dan menyeret gadis itu. 

Tessa yang masih memandang takjub pada Jeff setengah hati mengikuti Amy. Sebelumnya ia sempat melambaikan tangan pada Jeff dan berpamitan.

"Sampai jumpa Agen Carter" katanya diiringi mengedipkan satu mata yang membuat Amy menarik Tessa lebih kuat.

*

"Gosh, makin hari dia makin hot" Tessa terkikik seraya menengok ke belakang memandangi Jeff yang mulai kembali masuk ke dalam mobil.

"Bisa tidak kau tidak usah genit di depannya? Aku kan jadi tak enak hati pada agen Carter..." protes Amy pada Tessa dimana kini keduanya berjalan melintasi lobby sekolah.

"Tak enak hati kenapa? Kalau dari dulu kau memberikan nomor ponselnya padaku, aku pasti sudah pdkt sendiri. Kau lah yang menghalang-halangi aku untuk berkenalan dengannya" Tessa merengek.

"Memangnya dia mau berteman denganmu?" Dengus Amy terdengar meragukan. 

Tessa melemparkan tatapan gemas pada Amy. Ia seperti ingin meremas mulut pesimis sang sahabat. "Kenapa kau selalu meremehkanku? Kita tidak pernah tau kalau tidak pernah mencoba"

"Aku bukannya meremehkan..." Amy berucap. "Ini berdasarkan logika. Kau harus dengar ini Tessa, kita itu masih sekolah dan Agen Carter adalah pria dewasa. Dunia kita berbeda dengannya. Dia hanya akan menganggap kita bayi yang harus di asuh. Kau paham?" ucap Amy sok tau. 

"Kau adalah bayi yang harus diasuhnya- bukan aku! Aku tidak sepertimu Am yang tidak bisa menggoda laki-laki. Bilang saja kau cemburu dan tidak ingin pengawal-mu kurebut" Tessa membalas makin sinis dan bersungut-sungut.

Amy menghela nafas panjang dan tidak ingin terpancing emosi untuk ribut dengan Tessa. Pun ia tak ingin secara terang-terangan menyangkal. Alhasil Amy berusaha mengalihkan topik.

"Usianya terlalu jauh dengan kita, jangan konyol. Kalau kau memang suka yang tua-tua tuh ada Mr. Donelly yang bisa kau rayu" Amy memutuskan mengolok Tessa demi mencairkan ketegangan di antara mereka. Ia tampak menahan senyum untuk tak mengembang.

Tessa hanya bisa menggerutu dengan memasang ekspresi cemberut. "Kau memang benar-benar menyebalkan!"

.

.

**

.

.

"Kenapa kau tersenyum seperti itu?" Tanya Jeff pada Olivia yang duduk disampingnya. Mereka tengah dalam perjalan kembali ke istana presiden. Jeff memergoki Olivia beberapa kali menghemat senyum sembari menelisik ke arahnya.

"Bahkan gadis-gadis muda itu menyukaimu. Sebegitu kuatnya kah pesona seorang Agen Carter?" Olivia menggumam menyiratkan sindiran sekaligus pujian.

Dahi Jeff mengernyit. "Apa maksudmu?" tanyanya sembari mengerling Olivia walau lebih banyak fokus menatap jalanan. Sementara tangannya tak henti aktif menggerakkan kemudi mobil. 

"Kau tidak lihat teman Amy? Sudah jelas dia naksir padamu-" ungkap Olivia berterus terang. Ia cukup dekat dengan Jeff hingga bisa membahas obrolan bersifat personal. "Well, sebenarnya tidak hanya gadis itu saja. Banyak teman Amy yang juga begitu heboh saat melihatmu" Olivia membeberkan apa yang diketahuinya.

Jeff membuka mulut lalu tersenyum sekilas. "Oh, jadi itu-" gumam Jeff. "Itu hanya opinimu" lanjutnya dengan sikap merendah.

"Tidak, aku serius" Olivia menyahut "semua orang tau siapa kau. Agen paling keren dan tampan seantero bumi. Dari yang muda, seumuran bahkan berusia tua semua menyukaimu. Tidak usah merendah di hadapanku, Jeff. Katakan padaku, tipe mana yang paling kau suka?" Olivia bertanya seperti ingin tau. 

Jeff sempat terdiam "Ck, aku tidak pernah punya tipe spesifik" desisnya jujur. "Kau sendiri? Tampaknya kau masih betah berkutat pada pekerjaan" Jeff buru-buru mengalihkan perhatian pada Olivia. Ia memang tidak terlalu suka bercerita mengenai kehidupan pribadinya.

"Semenjak putus dengan Owen aku masih fokus bertugas di istana. Tapi belakangan aku diminta oleh Glenn Chapman kembali ke bagian investigasi di kantor pusat-" Olivia bercerita blak-blakan pada Jeff mengenai dilemanya yang ditawari posisi lain oleh menteri keamanan. 

"Benarkah? Aku tidak tau itu" Jeff terdengar sedikit kaget.

"Sekarang kau tau. Memang kita jadi punya waktu yang lebih fleksibel jika bekerja di kantor. Tapi aku hanya sedang mempertimbangkan, belum memberi keputusan" jujur Olivia. 

Jeff manggut-manggut setuju. "Bagus kalau kau punya pilihan. Bekerja di kantor juga tidaklah buruk".

"Ya, tapi aku masih menikmati menjadi partnermu" Olivia berceletuk yang entah sengaja atau tidak seperti mengisyaratkan kalau ia nyaman bertugas bersama Jeff. 

Jeff menoleh, mengangkat alis dan memindai Olivia seolah berkata 'apa iya?' . Dan Olivia pun membalasnya dengan tawa renyah.

.

.

*

.

.


Part II - NEXT ➡️

THE BODYGUARDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang