EPISODE - 04 (PART II)

7.7K 255 2
                                    

"Apa yang kau lakukan disana? Ini sudah larut malam"

Amy sontak menengok walaupun ia sudah mengenali siapa pemilik suara tersebut. Amy kemudian menjawab "Hanya mencari udara segar" gumamnya lemah disertai berpaling ke depan.

Rupanya Jeff-lah yang kala itu beranjak menyambangi Amy. Sedari tadi ia memang mengawasi Amy walau dengan mode mata-mata. Dan kini ia rasa sudah saatnya untuk menegur Amy.

"Udaranya dingin. Ayo masuk, nanti kau bisa terkena flu" Jeff mengingatkan sembari mengayun langkah mendekat. 

Amy menggeleng. "Sebentar lagi" tolaknya untuk meminta waktu lebih lama. 

Jeff yang tak ingin bersikap keras pada Amy berjalan hingga sampai di samping gadis itu lalu berujar pelan.

"Boleh aku duduk?" Tanyanya meminta ijin. 

Amy menggerakkan sedikit sudut bibirnya dan menjawab "Tentu".

Jeff lantas duduk di anak tangga yang setara dengan Amy. Kini keduanya bersemanyam berdampingan dengan Amy yang sedikit meringkuk karena menggigil kedinginan.

Jeff menelisik Amy yang sedikit gemetar. Ia mulai meraih pakaian luarnya dan melepaskan kain bewarna hitam tersebut.

"Pakai jaketku" kata Jeff yang sudah melepas jaket dan menyisakan kaos hitam polos melekat di tubuhnya yang atletis. Ia kemudian menyelubungkan jaket itu di punggung Amy.

"Tidak" Amy berupaya menolak sembari menahan tangan Jeff yang hendak memakaikan jaket untuknya. Tentu ia tak ingin egois dan membuat Jeff berkorban kedinginan. 

"Kenakanlah-" Jeff berkata dengan tegas diiringi melirik Amy tajam yang membuat hati Amy melunak seketika. 

"Tapi nanti kau-"

"Aku baik-baik saja. Cepat pakai ini atau kau mau kembali masuk ke dalam?" Jeff melontarkan pilihan serius. Ia bisa sangat memaksa dan anehnya setiap ketegasannya lebih sering diterima Amy dengan sikap menurut. 

Amy tak kuasa membantah dan memakai jaket milik Jeff yang kini seperti mantel baginya karena perbedaan tubuh mereka yang terpaut jauh. 

*

"Tadi para staff sudah mencicipi kue buatanmu" Jeff berujar setelah beberapa saat ia dan Amy saling diam. "Kata mereka kuenya enak" lanjutnya lagi berusaha membahas hal positif di depan Amy. 

Amy menoleh pada Jeff dan menelengkan kepala. "Benarkah?" Tanyanya tak percaya. "Apa kau juga mencobanya?"

Jeff mengangguk "Tentu-" balas sang pengawal pribadi. "Kau punya bakat" sambung Jeff memberikan pujian terhadap keahlian memasak Amy yang masih belia. 

"Itu karena kau juga membantuku" Amy tak semata-mata merasa jumawa.

"Membantu mengiris buah?" sahut Jeff merasa apa yang dilakukannya hanya hal receh saja. 

"Tapi kau mengirisnya dengan begitu presisi" kata Amy ngotot. Ia lalu mengulas senyum yang lebih lebar kala mengingat kegiatan menyenangkan dimana ia membuat kue bersama Jeff.  

Melihat wajah Amy yang mulai cerah, Jeff turut tersenyum. 

Amy memindai Jeff yang menampakkan seringai kecil dan menyadari kini perasaannya menjadi lebih hangat. Ia senang melihat ekspresi Jeff yang langka itu diberikan untuknya.  

Jeff memberi waktu sejenak sebelum ia benar membahas sumber masalah yang membuat Amy kecewa. Tentu ia ingin memberi opini, syukur-syukur bisa menghibur Amy.

"Kau bisa katakan pada ayahmu nanti kalau beliau sudah kembali-" Jeff berucap menyampaikan masih ada lain waktu bagi Amy untuk bicara pada ayahnya. 

Amy mematung selama beberapa detik "Aku sudah melupakannya. Lagipula itu bukan suatu hal yang penting. Mungkin aku terlalu berlebihan hingga harus menyiapkan makan malam istimewa. Itu bukan seperti seseorang ulang tahun atau diterima di universitas favorit. Itu hanya sebuah kompetisi kecil-"

THE BODYGUARDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang