EPISODE - 08 (PART II)

6.1K 200 4
                                    

Di malam akhir bulan November istana presiden mengadakan pesta kenegaraan untuk merayakan hari thanksgiving. Presiden beserta keluarganya menyambut gembira para tamu undangan.

Pesta seremonial tersebut diselenggarakan cukup meriah. Makanan disajikan oleh chef ternama. Seluruh tamu berdandan rapi beratribut tuxedo untuk para gentleman dan gaun pesta untuk ladies. Ada sebuah band memainkan musik klasik saat mengiringi jalannya perhelatan yang bertempat di ruang pertemuan istana presiden tersebut. 

Ikut berpartisipasi dalam pesta, Amy yang telah dirias dengan begitu cantik. Ia tampil manis dengan rambut dikepang ala elsa frozen berikut hiasan klip bunga-bunga perak. Gaunnya juga indah namun tak terlalu memamerkan lekuk tubuh. Jauh dari kesan seksi, berwarna ungu muda dan berhiaskan ruffle di bahu dan dada.

Amy sengaja memilih gaun itu untuk menutupi bekas hickey-nya yang masih samar. Tak seperti disekolah, di dalam istana ia harus menutup rapat rahasianya tersebut.

Saat itu Ronny dan Leila Foster, saudara tiri Amy juga turut hadir. Keduanya yang tengah menempuh pendidikan di Boston dan New Haven bersedia pulang demi merayakan acara thanksgiving bersama keluarga dan para pejabat yang di undang. 

"Kau cantik sekali-" Leila memuji Amy saat mereka berdiri mengobrol di dekat meja makan. Ia kemudian menoleh pada Ronny sembari mengangkat alis. Senyum jahilnya terbit seolah meledek Amy. 

"Kau sudah dewasa" bisik Leila lagi sembari menyenggol lengan Amy. Ia lantas memiringkan kepalanya dan menatap Amy senang bercampur haru. 

Ronny pun turut mengawasi Amy. "Dewasa apanya-" pemuda itu justru berekspresi meremehkan. Ia tak mau mengakui jika adik tirinya sebentar lagi akan meninggalkan masa remaja dan bersiap menyambut dunia perkuliahan.

"Apa maksudmu?" Amy menyoal heran ucapan Ronny yang seolah meragukan dirinya. 

Ronny tak menjawab dan justru balik melempar pertanyaan. "Apa Dad sudah mengijinkanmu berpacaran?" Ia bertanya. 

Amy menggeleng "Belum. Memang kenapa?"

"Bertambahnya usia belum tentu menambah kedewasaanmu. Mungkin Dad menyadari itu-" cibir Ronny dengan jawaban mengambang. 

Amy mendengus. "Leila, apa maksudnya?" Amy berniat memastikan  pada sang kakak perempuan. 

Leila belum menjawab dan justru terkikik melihat espresi jengkel yang ditampilkan Amy. 

"Karena kau ini terlalu naif dan cenderung mudah dibodohi" kini Ronny menyahut frontal seraya menoyor pelan kening Amy. 

"Ronny!" Amy memekik diikuti mengusap keningnya sambil cemberut. 

"Menurutmu aku seperti yang dia katakan?" Amy berputar menghadap Leila bermaksud mencari pembelaan.  Leila berusaha meredam kikikan tawa kecilnya kemudian memutuskan bicara serius.

"Tidak, bukan itu maksud Ronny. Kau pintar, buktinya kau jadi peserta kompetisi sains kan?" katanya. "Hanya saja... kau itu terlalu mudah berprasangka baik terhadap orang lain. Tidak semua orang punya maksud baik dengan kita. Mengerti?" Leila menjelaskan maksud mereka adalah Amy terlalu mudah menganggap semua orang mempunyai niat yang tulus. 

"Mudah dibohongi? Ck, sudah pasti menjadi incaran laki-laki buaya. Aku tidak yakin bahkan lima tahun ke depan sifatmu itu bisa berubah" Ronny berdecak lalu menerbitkan senyum mengejek diiringi meneguk champagne di tangannya. 

"Itulah kenapa Dad overprotektif padamu" Leila memperjelas sembari mencolek ujung hidung Amy dengan jari telunjuk. 

Amy melongo kemudian berpikir. Sepertinya banyak orang menganggap ia tak terlalu jeli. Ataukah memang benar ia yang kurang berhati-hati dalam menilai seseorang. 

THE BODYGUARDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang