"Ayah jahat! aku benci ayah!"
"IYA! SAYA MEMANG AYAH YG JAHAT! APAKAH KAMU BARU MENYADARINYA HAH?"
"Ayah.. plis yah, hati aku sakit di giniin"
"HATI AYAH JAUH LEBIH SAKIT SAAT TAU KENYATAAN BAHWA BUNDA UDAH GA ADA! DAN ITU GARA GARA ANAK AYAH SENDIRII!.AYAH SAYANG SAMA BUNDA DAN KAMU? MALAH MEMBUAT BUNDA CELAKA BEGITU AJA!" Revan berteriak, urat lehernya menonjol.
"AKU BISA TERIMA KALO AYAH SAKITI FISIK AKU YAH! TAPI TOLONG.. JANGAN AYAH RUSAK JUGA MENTAL AKU YAH!"
"KAMU TAU BERAPA LAMA AYAH BERUSAHA BANGKIT! DAN SAMPAI SAAT INI AYAH BELOM IKHLAS NATHAN!!" Revan memekik, Nathan terdiam melihat ayahnya seperti itu.
"Hikss yah... Maaf, maaf gara gara Nathan bunda ninggalin kita.."
"Akhirnya kamu sadar jugaa Nathaniel Mahardika!"Revan membentak sembari menunjuk ke arah Nathan.
"Ayah boleh pukuli Nathan sepuas ayah. Pukul aku yah.. pukul aku! Pukul aku, aku ga kuat nahan semua ini! Aku ga mau disalahkan atas kematian bunda terus terusan yah!!" Nathan berkata lirih namun terdengar tajam.
"walaupun ayah pukuli kamu 1.000 kali pun ga akan mampu membalas dendam atas kepergian bunda!"
"Aku jg ngerasa kehilangan bunda! Aku juga kehilangan yah.. aku juga kangen bunda. Aku sayang dia, dan aku berusaha kuat selama ini... Ayah ga tau fisik aku lemah yah, dan sekarang batinku lelah yah. Aku cape'. aku cape' hikss, cape' yah.."
"Pukul aku yah! Pukul aku! Sampe aku juga ikut pergi sama bunda..." Lirih Nathan kemudian matanya terpejam karena sesak yg menyeruak ke dadanya. Ia mengeluarkan semua unek unek yg ia simpan selama ini.
Revan memejamkan matanya menahan sesak yg menjalar di seluruh tubuhnya.
"Yah.. kalo ayah ga bisa pukul aku gapapa, ayah liat disana ada pisau cepat ambil dan lukai aku! Aku pengen ketemu bunda yah..."lirih nathan,kala melihat ada pisau diatas meja didalam gudang.
Revan diam mematung mendengar ucapan nathan tadi.
Kenapa semuanya jadi gini? Batin Revan.
Melihat Revan yg tak kunjung mengambil pisau itu karena Revan sedang beradu dengan pikirannya, maka Nathan pun bergerak kearah pisau itu.
Ia menggenggam mata pisau itu erat erat. Hingga telapak tangannya terluka, mengeluarkan banyak darah."Nathan. Apa yg kamu lakukan!?" Jujur sampai sekarang Revan masih trauma melihat darah yg mengalir.
Nathan berjalan kearah Revan. "Ayo yah. Ambil pisau ini.. lukai aku yah, sekarang! Hikss"
Revan menggeleng lemah. Matanya terus mengeluarkan lelehan air mata, hingga membasahi wajahnya.
Nathan kembali memaksa agar Revan mau melukainya."ayo ambil yah.." lirih Nathan.
Revan masih menggeleng cepat. Mau bagaimanapun ia tak mau melukai anaknya.
"Ayo yah, lukain aku!" Nathan membentak Revan. Sementara Revan hanya diam sembari melihat Nathan yg emosi.
"Ya-yaudah kalo ayah ga mau lukai aku, biar aku yg lukain diri ku sendiri." Nathan menyayat pergelangan tangannya.
Namun belum terlalu dalam, Revan sudah membuang pisau itu. "Apa yg kamu lakukan hah?!" Bentak revan.
"Jangan sakiti diri kamu sendiri Nathaniel Mahardika!" Teriak Revan.
"Astaghfirullah, lengan kamu berdarah!"pekik Revan kala melihat darah yg mengalir ditangan Nathan.
Revan dgn cepat menyobek pakaiannya dan mengikat pergelangan tangan Nathan yg terluka itu.
Nathan tersenyum melihat perhatiaan Revan, yg mengkhawatirkannya. Sekarang Nathan tau bahwa Revan sangat menyayanginya.
***
"Kayaknya sekarang udah waktunya.""Ayok kita masuk sekarang"
"Kamera udah siap?" Tanya Reza.
"Udah."
Brak! "Happy birthday Nathan!!" ucap Reza, Rayyanza dan Clara.
Ternyata ini hanya prank, namun sungguh di luar ekspektasi mereka. Nathan justru melukai dirinya sendiri.
"Ayah? Kenapa Nathan luka?!"
"A-ayah ga nyangka bakal kayak gini bang.. a-ayah cuma ngejalanin semuanya sesuai rencana.. tapi adek malah berfikir buat bunuh diri"
"I-ini semua prank?! Ja-jadi selama ini ayah sayang sama aku?"
"Iya nak, ayah kemarin baru di kasih pencerahan dari Allah.. kalo selama ini ayah salah, ayah minta maaf.. maafin ayah nak, maafin ayah.."
Dada Nathan sesak seketika. Lalu tanpa aba-aba penglihatan Nathan gelap.
Seketika, kue yg di pegang oleh Reza jatuh. Dan kado yg dipegang oleh Clara jatuh mereka tak memperdulikan itu. Yg terpenting adalah keselamatan Nathan.
"Nathan!" Pekik Reza, ayah dan Clara.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
kita sama namun berbeda. (Revisi Alur.)
Teen Fictionsederhana,kisah dua kakak adik kembar yg memiliki banyak perbedaan. Perbedaan nasib yg membuat mereka sengsara. Masalah yg hadir dalam hidup mereka pernah membuat mereka berfikir untuk mengakhiri hidup mereka. Hasil pemikiran sendiri. Hak cipta dili...