09.Awal Dari Segalanya.

340 52 148
                                    

Kini seorang anak lelaki sedang terbaring lemah diatas brankar disebelah sang adik.

"Kakak.." lirih anak itu.

***
Flashback.

Sekitar satu jam yg lalu dokter memasuki ruangan untuk memeriksa kondisi Reza yg mendadak drop.

Reza dibawa melalui kursi roda untuk menuju ke ruang gawat darurat.

"Suster..." Panggil Nathan.

"Iya, kenapa dek?"jawab suster itu lembut sembari tersenyum manis.

"Tolong bwa aku ke Abang.."pinta Nathan

"Tapi kondisi mu tidak memungkinkan untuk berdiri dek."

"Sus.. aku mohon. Yaa?" Pintanya lagi.

"Baiklah. Jika itu mau mu, tapi kamu pake kursi roda ya?"

"Iya sus."

Nathan memandang sendu ruang IGD itu.

"Abang... Pliss jangan kayak gini. Nathan baru bangun Loh, masa kakak mau tidur si?''

Ceklek. Pintu IGD itu terbuka, menampilkan seorang dokter dan suster menghampirinya.

"Bagaimana keadaan abang saya dok?" Tanya Nathan to the point'.

"Hm, akan saya beritahukan. Tapi tolong, jangan terlalu sedih berlebihan ya."

"Saya tidak bisa janji dok. Tapi tolong beri tahu aku sekarang.." lirihnya.

"Baiklah, namun kamu jangan terlalu berlarut larut dalam kesedihan."

"Saya akan usahakan dok.''

"Kami memvonis bahwa pasien terkena gagal ginjal stadium awal."

"Ya Allah..."lirih Nathan.

"Dok. Dokter bercanda kan?"tanya Nathan. Ia tidak percaya akan kenyataan pahit yg ia terima barusan.

Dokter menggeleng, menandakan bahwa ia tidak berbohong.

"Enggak! Ini ga mungkin. Dokter! Ini bercandanya ga lucu beneran.."Nathan meraung keras. Kenyataan ini terlalu pahit untuk diterima olehnya.

"Tuhan.. dosa apa yg saya pernah lakukan... Kenapa masalah saya tak henti henti!" Ia bukannya tidak bersyukur. Namun, ia lelah akan semuanya. Ia hanya mengeluh bukan menyerah, hanya saja dia lelah. Apakah mengeluh itu salah?

***

"Bang, Lo pasti kuat. Gue yakin itu."

"Eunghh" leguhan itu terdengar dari mulut Reza.

"Bang? Lo udah sadar?"

"Gue, dimana?" Tanya reza.

"Abang, lagi di ruang rawat gue."

Reza hendak Berdiri namun, Nathan mencegahnya.

"Bang..." panggil Nathan pelan.

"Hm?"

"Aku mau kasih sesuatu buat Abang, tapi Abang janji jangan nangis ya?"

"Iya."

Nathan memberikan sebuah kertas hasil pemeriksaan tadi.

Reza membuka amplop tsb, lalu membaca isinya. Air matanya menggenang di pelupuk mata. Namun, sebisa mungkin ia menahannya agar tidak terjatuh dihadapan Nathan.

Reza menggelengkan kepalanya perlahan. Ia berharap ini hanya mimpi. "Cubit gue than."

"Bang.." lirih Nathan pelan.

"Nathan, Lo ga bercandakan?" Tanyanya lagi. Ia tak percaya semua ini.

Nathan menggeleng pelan. Menandakan bahwa ia tidak sedang bercanda.

"Hiks, Abang..." Lirih Nathan

"Kenapa dek, hm?" Kata Reza dgn mata yg memerah menahan tangis.'

"Abang bakalan sembuhkan?" Tanya Nathan.

"In syaa allah. Abang ikhlas kok, jika ini memang ditakdirkan untuk Abang, mungkin ini adalah cara Allah buat menghapus semua dosa dosa Abang." Ucap Reza menguatkan dirinya.

"Ta-tapi, Abang harus, cuci darah. Dan itu akan berlangsung seumur hidup." Hikss, Nathan terisak.

Reza terkekeh pelan, namun terdengar sangat menyakitkan. " Gapapa, Abang ikhlas. Lagipula Abang ga akan lama kok cuci darahnya."

"Seumur hidup ituu lama banget bang." Nathan menentang ucapan Reza tadi.

"Ga akan lama kok, karena Abang yakin hidup Abang sebentar lagi."

"Abang ngomong apa si?!'' bentak Nathan tidak setuju.

Bersambung..

Bersambung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
kita sama namun berbeda. (Revisi Alur.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang