"Abang? Obatnya udah diminum?"tanya Nathan memastikan.
"Belom, nanti aja. Gue males minum obat"
"Apaan sih, jangan gini bang. Buruan minum obatnya gue ga mau Abang kenapa Napa."
"Gue bilang nanti ya nanti, ga usah maksa. Gue ga suka di paksa" bentak Reza yg tersulut emosi.
"Abang? Kenapa, kok bentak gue?"
"Diem Lo! Semua orang sama aja. Ga ada yg ngertiin gue sama sekali."
"O-oke, Nathan bakal diem, tapi bang Reza harus minum obat ya?" Bujuk Nathan.
"Gue bilang nanti ya nanti! Ngerti ga sih?!" Lagi dan lagi Reza membentak Nathan.
Karena tidak ingin Reza semakin emosi, Nathan pun memutuskan untuk keluar dari kamar Reza.
***
"Maafin gue dek, gue terpaksa. gue pengen Lo benci sama gue, biar Lo ga terlalu sedih saat gue pergi ninggalin Lo.."lirih Reza.Flashback.
"Dok, saya kenapa ya? Kok sekarang sering bgt mimisan padahal saya rutin minum obat."
"Dek, kondisi kesehatan kamu semakin lama semakin menurun dan kami memprediksi bahwa waktu kamu tidak akan lama lagi, maaf jika ini terlalu menyakitkan bagi kamu. Namun ini kenyataan yg harus kamu terima"
"Be-berapa lama lagi sa-saya bisa bertahan dok?.."
"Sekitar 6 bulan, ginjal kamu sudah terlalu rusak, dan saya mohon maaf karena ternyata cuci darah itu tidak berpengaruh apa-apa, namun kamu harus tetap melanjutkan nya." Jelas dokter itu.
"Ta-tapi kenapa dok, kenapa saya harus cuci darah jika itu tidak berpengaruh apa-apa."
"Untuk bertahan lebih lama." Reza mematung mendengar penuturan terakhir dokter tadi.
"Kalau begitu saya permisi, Assalamualaikum" dokter itu hendak pergi namun Reza mencekalnya. "Tolong jangan kasih tau Nathan tentang hal ini dok."
***
"Abang, makan yok? Ini Nathan udah bikinin Abang makanan kesukaannya Abang lho" ucap Nathan sembari membawa nampan dan berjalan ke arah kasur Reza."Apa-apaan nih?! Gue ga suka!" Ucap Reza dengan wajah kesal.
"Lho? Ini kan makanan kesukaan Abang?" Tanya Nathan
"Gue ga suka!"
"Tapi enak lho, coba deh Abang cicip dulu" bujuk Nathan dan hendak menyuapi Reza.
Namun, dengan kasarnya Reza menepis tangan Nathan yg hendak menyuapinya dan menumpahkan makanan yg sudah di buat oleh Nathan dengan susah payah.
"ABANG! APA APAAN SIH"bentak Nathan,terlanjur emosi.
"Kenapa? Ga suka!?"
"KALO ABANG GA MAU MAKAN YAUDAH! GA USAH DI BUANG BUANG, NATHAN UDAH CAPE CAPE BIKINNYA. ABANG SEENAKNYA AJA BUANG MAKANAN INI!" Nathan benar benar kesal.
"Alay Lo. Gitu doang ngamuk"
Nathan mengepalkan tangannya yg hendak memukul Reza, ia menghela nafas lalu beristighfar agar ia tak kelepasan lalu memukul Reza.
"Apa? Mau mukul, yaudah nih pukul aja."kata Reza sembari menunjuk pipinya.
Karena takut semakin tersulut emosi Nathan pun memutuskan untuk pergi meninggalkan Reza dan mengambil air wudhu untuk meredam amarahnya.
***
"Permisi" ucap seseorang di depan pagar Reza dan Nathan."Ya? Mba siapa, ada urusan apa sama bos saya?" Tanya satpam dirumah mereka.
"Saya ingin bertemu Reza dan Nathan. Apakah mereka ada?"
"Ada, mari ikut saya mba." Satpam tsb membuka pintu pagar dan mempersilahkan wanita itu untuk memarkirkan mobilnya dihalaman rumah Revan.
"Silahkan duduk mba, biar saya panggilkan dulu mas Reza sama mas Nathan nya ya."
"Iya pak, makasih"ucap wanita itu sembari tersenyum.
3 menit kemudian, Reza pun turun lebih dulu dari pada Nathan. Tapi tak terlalu lama saat Reza sampai di bawah Nathan pun turun sambil menggendong dhiki kucingnya.
***
"Assalamualaikum" sapa mba mba tadi."Waalaikumussalam, langsung aja. Ada urusan apa? Saya dan adik saya ga punya banyak waktu" kata Reza dingin.
Mba itu bingung mau menjawab apa. Akhirnya perempuan itu hanya tersenyum lalu berkata. "Eh saya kesini mau ketemu sama Reza, Nathan dan pak Dean"
"Saya Reza ini Nathan dan pak dean nya ga ada lagi pergi keluar."
"Ooh, iya salken Reza saya Tia Nurul Izzah." Katanya sembari mengulurkan tangan hendak bersalaman.
Reza hanya melirik tangan itu tanpa ada niat untuk membalas jabatan tangan itu.
Gadis itu pura pura menggaruk lengan tangannya karena malu tangannya tak di terima oleh Reza.
"Langsung to the poin aja. Ga usah banyak basa basi, kami ga ada waktu buat ngeladenin Lo" kata Nathan
"Buset dah, nih bocah dua kull bet gila, Takut aing mau kenalan." Batin mba Tia
"Jadi, kedatangan saya kesini mau menjemput bapak saya, yaitu pak Dean."kata tia memulai percakapan.
"Apa buktinya kalo kamu anak pak Dean?"tanya Reza.
"Ini, liat kartu keluarga kami."
"Kami ga akan percaya sebelum kami bener bener liat pak Dean mengakui Lo sebagai anaknya."
"Yaudah emang gue anaknya kok. Liat aja tunggu bapak pulang, dia pasti inget gue."
20 menit sudah mereka bertiga duduk di ruang tamu dengan 3 cangkir kopi yg menemani mereka. Hening, tidak ada percakapan. Suasana disana sangat dingin dan canggung.
Rasanya tia ingin sekali berkenalan dan mengobrol dengan dua anak di depannya ini, namun menatap wajah nya saja Tia tidak berani, Karena sorot mata mereka sangat tajam seperti singa yg hendak menerkam mangsanya.
"Eh, kalo boleh tau kenapa kalian berdua bisa ketemu sama bapak saya?" Tanya Tia memulai percakapan. Sebenarnya ia ragu-ragu namun, setelah mengumpulkan keberanian nya ia pun mencoba untuk mengobrol dengan anak angkat bapak nya itu.
" Gue pengen nanya, kenapa Lo ninggalin bapak Lo sebatang kara? Kenapa Lo ga nemenin dan ngejagain bapak Lo di usianya yg udah ga lagi muda? Dan kenapa Lo ga takut/khawatir jika terjadi sesuatu pada bapak Lo?" Tanya Nathan dengan nada mengintimidasi.
Dan boom! Tia pun bingung harus menjawab apa, ia takut nanti jawabannya tidak sesuai harapan Nathan hingga membuat Nathan marah. Soalnya, tatapannya saja sudah seperti mau membunuh bagaimana jika dia marah? Wah, tia tidak bisa membayangkan nya.
"Assalamualaikum" kata pak Dean yg baru saja pulang.
"Huft, syukurlah bapak pulang jadi gue ga terjebak dalam situasi seperti ini." Batin Tia
"T-tia?"kata pak Dean dengan mata berkaca-kaca.
"Bapak!" Pekik Tia sembari berlari ke arah pak Dean.
Pak Dean merentangkan tangannya membiarkan Tia masuk dalam dekapannya. "I-ini beneran Tia kan anak bapak?" Tanya pak Dean dalam dekapan itu.
"Iya pak, ini Tia"
"Tia, kamu kemana aja nak. Bapak kangen sama kamu, dan gimana kamu bisa sampe kesini nak?" Tanya pak Dean pada Tia.
"Panjang ceritanya pak, kedatangan Tia kesini mau ngajak bapak buat pulang kerumah. Bapak mau kan?" Tanya Tia pada pak Dean.
Mendengar itu tentu saja pak Dean kaget, namun tak apa pak Dean senang bisa bertemu putri bungsunya lagi.
Pak Dean terlihat melamun, hingga Tia akhirnya bertanya lagi untuk yg kedua kali. "Gimana? Bapak mau kan?"
"Eee bapak..."
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
kita sama namun berbeda. (Revisi Alur.)
Teen Fictionsederhana,kisah dua kakak adik kembar yg memiliki banyak perbedaan. Perbedaan nasib yg membuat mereka sengsara. Masalah yg hadir dalam hidup mereka pernah membuat mereka berfikir untuk mengakhiri hidup mereka. Hasil pemikiran sendiri. Hak cipta dili...