08.Tetap Hidup, Demi Gue.

372 37 43
                                    

Malam harinya, Reza terbangun karena merasakan perutnya sangat mual, ia berlari menuju toilet. Dan memuntahkan semua isi perutnya, tak ada makanan didalam perutnya. Hanya air saja.

"Huekk," Reza benar benar mengeluarkan semua isi perutnya. Kepalanya pusing, perutnya perih dan tubuhnya lemas.

Ia berjalan perlahan menuju ke sofa di tempat rawat nathan, namun baru saja duduk. Perutnya kembali bergejolak hendak mengeluarkan isinya.

Reza berlari menuju toilet dan lagi lagi, ia memuntahkan isi perutnya.

"Ya Allah.." lirihnya

Kemudian Reza berjalan keluar toilet dan merebahkan tubuhnya di sofa ruang rawat Nathan. Wajahnya pucat. Bagaimana tidak? Ia makan hanya sedikit, itu pun jika ada yg memaksa.

***
2 hari berlalu, jadi sudah terhitung 4 hari Nathan tak sadarkan diri. Kondisi Nathan tidak ada perkembangan sama sekali. Reza, cwo itu selalu menemani nathan. Disaat saat terpuruknya.

Wajah cwo itu benar-benar tirus, wajahnya pucat dan tubuhnya benar-benar lemah. Kantong matanya semakin menghitam dan hampir mirip panda.

"Nathan, bangun yok? Lo tega Ama gue? Gue udah nungguin Lo sadar, biar kita bisa makan bareng. Tapi kenapa Lo ga mau buka mata?" sudah 4 hari ia
menyemangati orang yg terbaring lemah itu, namun tetap saja tidak ada perkembangan.

Perlahan, jari jari Nathan bergerak. Dan matanya mulai terbuka, Reza yg melihat itu mengembangkan senyum lebar di bibirnya yg pucat.

"Reza.."lirih Nathan.

"I-iya ini gue, bntr gue panggilin dokter dulu, ya? Buat periksa keadaan Lo?"

Nathan mengangguk, tubuhnya masih lemah. Ia tak memiliki tenaga.

Reza menekan tombol darurat. Kurang dari 2 menit dokter sudah sampai keruang rawat Nathan.

Kemudian dokter mengecek bagaimana keadaan Nathan sekarang.

***
"Reza, kok muka Lo tirus banget?"

Reza menggeleng. "Gue gapapa kok."

"Tapi muka Lo, bener bener pucet bgt. Mana Kantong mata Lo hitam banget, terus juga, kayaknya Lo kurusan deh." Lihatlah, bahkan disaat saat seperti ini Nathan masih banyak omong, benar benar anak yg tidak bisa diam. Huft, tapi tidak apa Reza senang melihat adeknya bawel seperti ini.

Reza meringis kala perutnya itu sangat perih, mungkin maag yg dia punya kambuh. Karena ga makan berhari hari?

"Shh"

"Loh, Reza Lo kenapa? Lo sakit?"

"Ga, gapapa kok. Tenang aja, udh mending sekarang Lo bobo' deh" Reza berucap sembari tersenyum tipis.

"Reza, ayah mana?" Tanya nathan. Karena yg ia ingat ayahnya itu mau berubah dan menebus semua kesalahannya. Tapi sekarang kemana dia, kenapa tidak ada?

"Hm, ayah tadi... Anu ah apa ya, ini apa, anu, ayah.."Reza gelagapan mau jawab apa. Dia bingung..

"Ana, anu. Ga sekalian Ani aja."

Reza cengengesan. "Ayah ga ngejengukin gue, ya?"tanya Nathan dgn sorot mata sendu.

"Emm, tadi ayah.."

"Ayah apa?"tanya nathan,ia heran kenapa Reza seperti bingung harus menjawab apa, padahalkan tinggal kasih tau saja yg sebenarnya.

"Ayah.. ah iya. Ayah tadi ada meeting mendadak."

"Oh, gitu. Bilang kek dari tadi."

"Hehe"

kita sama namun berbeda. (Revisi Alur.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang