21. Perpisahan.

198 13 4
                                    

"bapak, ga bisa nak. Bapak ga bisa ikut kamu, bapak ga bisa ninggalin Reza sama Nathan." Ucap pak Dean menolak, namun dengan nada yg sangat lembut.

"Lo denger kan? Sekarang silahkan Lo pergi." Ucap Reza.

"Ga! Gue ga bakal pergi, misi gue kesini adalah untuk ngajak bapak pulang, dan gue ga bakal kembali sendirian. Bapak harus ikut sama gue." Kekeuh Tia.

"Tapi Lo ga bisa paksain kehendak Lo gitu aja! Hidup ini ga cuma tentang Lo! Dalam Hidup ini, kita harus bisa ngertiin orang lain juga. Lo ga bisa egois, dunia ini bukan cuma tentang kemauan Lo doang." Kata Nathan.

"Nathan benar, gue ga seharusnya egois. Tapi, mau gimana lagi? Gue terpaksa.. maafin gue ya than" batin Reza.

"Kenapa pak? Kenapa bapak ga mau ikut aku pulang?! Apa karena rumah mereka besar? Apakah karena mereka punya harta? Jadi bapak mau morotin iya?!"

Plak! Tamparan itu datang dari pak Dean. "Jaga mulut kamu Izzah! Bapak ga pernah ngajarin kamu kayak gitu. Bapak ga mau ninggalin mereka karena sekarang mereka satu-satunya keluarga yg bapak punya! Cuma mereka yg ada buat bapak. Selama ini kamu kemana, hah!?" Bentak pak Dean yg sudah tersulut emosi.

"Selama ini Izzah kerja pak! Izzah kerja buat bapak, Izzah kesini karena Izzah kangen sama bapak! Izzah pengen kita nyatu lagi pak."

"Kamu bisa bilang gitu? Buat apa nak kamu kerja kalo kamu kehilangan semua, termasuk keluarga! Kamu kehilangan semua nak! Kamu kehilangan bapak, kehilangan ibu! Kehilangan kasih sayang, kamu kehilangan semua! Bapak kecewa nak, bener bener kecewa!"

"I-ibu dimana pak? Dia ikut bapak juga kan?! Mana ibu pak, Izzah mau ketemu. Izzah kangen ibu pak"

Pak Dean berdecih pelan. "Bahkan kamu ga tau bahwa ibumu udah pergi nak? Kamu bilang kamu sayang sama kami!? Apa Buktinya! kamu bahkan ga tau, ibu sudah pergi! Dan di mana kamu, serta kakak-kakak kamu pas ibu menghembuskan nafas terakhirnya hah?!" Bentak pak Dean, dadanya sesak.

Ia benar-benar sakit hati pada anak nya. Ia menahan semua kesedihannya selama ini, namun pada akhirnya pak Dean menyerah juga, pak Dean mengeluarkan semua unek-unek yg ia pendam selama ini.

"A-apa? Ibu pergi kemana pak? Bapak pasti bohong! Iya kan pak? Ayo pak bilang sama aku! Bapak pasti bohong kan?!" Kata Tia dengan nada tinggi, lalu tanpa di sadari setetes air mata keluar dari sudut mata Tia.

"Ibu udah ga ada Izzah! Ibu udah ga ada! Dia udah pergi menghadap ilahi. Ibu terus menerus panggil kamu sebelum dia pergi, tapi kemana kamu?! Kemana Izzah? Sekarang ibu udah ga ada! Dan kamu baru mau menyesal?! Cih, sudah terlambat Izzah. Sudah terlambat"

Izzah mematung mendengar ucapan pak Dean, rasanya dunianya hancur. Ia tidak bisa bernafas dengan baik. Rasanya semua sesak! Sakit, sakit rasanya.. dunia Izzah sudah pergi, bersama ibunya.

"Ga! Ini ga mungkin, ibu udah janji mau nungguin Izzah sampe Izzah pulang jadi orang sukses nanti! Tapi, mana? Mana janji ibu?! Kenapa ibu pergi bu.." Izzah masih berharap bahwa pak Dean hanya bercanda.

"Izzah, pulang Bu. Ibu ga kangen Izzah ya? Ayo Bu peluk Izzah, hiks" dadanya sesak, air mata terus meluruh jatuh melewati pipinya. Ia tak pernah membayangkan bahwa akan begini jadinya.

"Bahkan, kamu sendiri ga nepatin janji kamu! Tapi, kamu tagih janji orang lain?! Kamu punya janji sama ibu, kalo kamu bakal pulang setiap 3 bulan sekali Izzah! Tapi mana? Mana janji kamu? Kamu ga pulang bahkan lebih dari 6 tahun? Munafik tau ga!" Pak Dean benar-benar kecewa, matanya menampakkan sorot kekecewaan yg begitu dalam.

"Hiks, maafin Izzah, maafin Izzah pak. Kasih Izzah kesempatan kedua pak, Izzah pengen perbaiki semuanya pak, pliss pak Izzah mohon, kakak butuh bapak. Kakak sakit pak, dia kena penyakit kanker darah stadium akhir, itu alasan Izzah ga pulang pak! Maafin Izzah, Izzah udah janji sama kakak biar ga ngasih tau bapak sama ibu tentang hal ini pak, maafin Izzah pak, maafin hiks"

Kenyataan apa lagi ini? Kenapa begini.. pak Dean tak pernah menyangka, ia baru kehilangan istrinya. Tapi sekarang? Anaknya juga..

"A-apa? Kanker? Siapa yg kena Izzah? Bilang sama bapak."

"Kak ze-zein pak... Hiks, plis kasih Izzah kesempatan kedua pak buat tebus kesalahan Izzah" Tia benar-benar menyesal, ia langsung bersujud di kaki pak Dean, meminta maaf dan meminta agar di berikan kesempatan kedua.

"Izzah, bangun nak. Kalo kamu mau bersujud, ke Allah ya nak, karena dialah satu-satunya yang layak di sembah. Minta maaf nya ke Allah nak. Karena bapak..." Pak Dean menjeda ucapannya. Lalu kembali berkata "bapak, udah maafin kamu dan kakak-kakak kamu"

Mendengar itu Izzah tentunya merasa amat sangat senang, begitu lapangnya hati pak Dean karena ia begitu mudah memaafkan meski sudah dilukai sangat dalam.

Izzah bangkit dari sujudnya lalu memeluk erat pak Dean, dalam pelukan itu pak Dean berkata "bapak setuju ikut dengan kamu pulang nak. Kita perbaiki semuanya"

"Reza, Nathan maafin bapak ya? Bapak harus ikut sama Izzah buat perbaiki semuanya, makasih karena sudah baik sama bapak. Bapak bakal kangen sama kalian, kapan-kapan bapak kesini ya? Bapak ajak anak-anak bapak kesini boleh ya?" Kata pak Dean mengucapkan salam perpisahan.

"Pak? Bapak beneran mau pergi?" Tanya Reza dengan mata berkaca-kaca.

"Bapak, ga boleh pergi. Kami gimana kalo bapak pergi, bapak kan janji kalo malem ini kita mau jalan-jalan bareng jamal? Tapi kenapa bapak mau pergi?" Tanya Nathan yg terlanjur sayang pada pak Dean. Ia mengganggap pak Dean adalah orang tua kandungnya.

"Maafin bapak, bapak janji kalo bapak bakal berkunjung kesini. Izinin bapak pergi ya?"

"Ta-tapi kami sayang bapak, hiks" ucap Reza sembari menangis lalu memeluk erat pak Dean, seolah-olah anak yg tidak mengizinkan ayahnya pergi bekerja keluar negeri.

Melihat Reza memeluk pak Dean, membuat Nathan ikut serta memeluk pak Dean. "Bapak ga boleh pergi, bapak jangan pergi pak, hikss kami sayang bapak" racau Nathan dalam pelukan itu.

"Nak, bapak memang ga tinggal bareng kalian lagi. Tapi, bapak akan selalu ada, disini" ucapnya menunjuk dada kiri Nathan.

"Pak, ayok kita pulang barang-barangnya udah siap tuh di mobil." Kata Tia mengakhiri perpisahan yg penuh haru ini.

"Semangat olimpiade nya besok anak-anak bapak yg ganteng! Bapak bakal doain yg terbaik buat kalian! Semangat!" Kata pak Dean, yg membuat kedua saudara kembar itu mengukir senyuman manis di wajahnya.

"Bapak harus Dateng ya pas olimpiade! Reza sama Nathan bakalan nunggu!"

"Siap! Bapak pasti Dateng."

***
Dan disinilah Reza sekarang di dalam kamarnya, ia membaca bukunya dengan sangat serius karena mempersiapkan diri untuk olimpiade besok. Ia bener bener harus siap, dan dia tidak mau membuat pak Dean kecewa. Makanya dia berusaha sekuat mungkin untuk belajar dan menang dalam olimpiade itu.

Bersambung..

https://chat.whatsapp.com/FxT2GWAa0pj6vgJ4VvqpKx

com/FxT2GWAa0pj6vgJ4VvqpKx

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Buruan, gabung xixi

Sebelum gabung, harap baca desk terlebih dahulu.

kita sama namun berbeda. (Revisi Alur.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang