sebuah brankar didorong cepat memasuki rumah sakit. Disana terbaring seorang anak lelaki yg hampir menginjak dewasa. Mungkin kalian sudah tau siapa dia.
"Nathan, please"lirih Reza.
Brankar tersebut memasuki ruang IGD.
Seseorang menatap nanar ruang IGD itu, berharap seseorang yg ada didalamnya akan baik baik saja. Tolonglah... Dia belum sempat meminta maaf dan menebus kesalahannya. 'Tuhan.. tolong jangan ambil dia sekarang. Kumohon... Aku belom siap, aku masih belum menebus dosa ku padanya.' itu harapan Revan sekarang.
Ia terus terusan berdo'a untuk keselamatan anaknya.Jika kalian melihat di sekeliling IGD maka kalian akan melihat seorang anak yg duduk di bangku rumah sakit menyendiri.
Hati anak itu gelisah.
Ia takut terjadi sesuatu pada orang yg dia sayangi. Ia belom siap kehilangan orang itu, ia belom membalas jasa jasa orang itu. Bagaimana jika nanti orang itu meninggalkannya?
Ahh, dia pasti selamat. Dia tidak mungkin meninggalkan Reza sendirian disini."Arghh!" Teriak anak itu menjambak rambutnya sendiri. Ia menarik rambutnya dgn kencang.
Revan yg melihat itupun langsung mencegahnya. "Reza! Apa yg kamu lakukan!"
Air mata yg sedari tadi anak itu tahan kini telah meluncur bebas. Mengalir dipipi halus anak itu. Ia mulai terisak "hikss, ini semua salah Reza."
Revan mengusap air mata anak itu yg terus menerus jatuh dari pelupuk matanya. "Hey, jgn nyalahin diri kamu sendiri okay?"
"Ngga yah. Harusnya kita ga usah prank dia kayak gitu.. itu berlebihan yah dan sekarang dia terluka. Itu semua gara gara aku!" Reza memekik, kemudian memukul mukul dadanya yg semakin terasa sesak.
"Reza.. nak dengerin ayah. Ini bukan salah kamu, ini kesalahan ayah. Karena ayah udah sering nyakitin dia sampe dia jadi kayak gini."
"Seharusnya, aku ga usah prank kayak gitu.. mungkin ini ga akan terjadi yah."
Revan. Lelaki itu, membawa Reza dalam dekapannya. Dia, menyalurkan kehangatan untuk remaja yg rapuh didepannya ini.
Dalam dekapan itu, Reza merasakan kasih sayang yg selama ini tak pernah ia rasakan. Ia merasakan apa itu kehangatan dari seseorang. Dan pada saat itu, Reza semakin terisak. Karena mengingat Nathan, yg tidak pernah mendapat kehangatan dari seseorang.
Clara tersenyum kecil melihat pemandangan itu, andai saja ada Nathan dalam dekapan itu, mungkin sekarang, Nathan akan merasa menjadi orang yg paling beruntung sedunia.
Ceklek, pintu terbuka. Menampilkan seorang dokter dgn suster yg berjalan mendekati mereka, yg sedang saling berbagi kehangatan.
"Bagaimana keadaan adek saya dok?'' tanya reza.
"Alhamdulillah, nyawa adikmu dapat tertolong. Andai saja kalian terlambat membawanya kesini.. mungkin dia sudah tidak terselamatkan sekarang." Jelas dokter itu.
"Alhamdulillah, terimakasih ya allah.. terimakasih."Revan dan Reza mengucapkan banyak banyak rasa syukur kepada tuhan. Karena sudah menyelamatkan nyawa adik/anak mereka.
"Namun, sekarang kondisi pasien dalam keadaan koma. Tapi, kalian do'akan saja semoga dia baik baik saja. Dan, ya. Tolong kalian support dan motivasi dia, agar tetap bertahan. Karena dikondisi seperti ini pasien, dapat mendengar suara suara disekitarnya.'' jelas dokter itu.
"Ba-baik dok, terimakasih atas penjelasan dan bantuannya." Ucap revan dgn lembut.
Sementara itu, seorang anak yg merupakan saudara kembar nathan, sedang melihat saudaranya berjuang untuk bertahan. setetes Air matanya jatuh, ia tak kuat jika harus berhadapan dgn hal yg seperti ini.
Reza, ia tak akan kuat melihat orang yg dia sayang terluka. Bahkan lebih baik dia yg terluka, dari pada harus orang yg dia sayangi.
Percayalah Reza itu rapuh, mau sekuat apapun dia mencoba tegar, ia tak akan bisa. Ia tak akan mampu, itu sulit bagi Reza.
Dalam hidup Reza, ia paling benci dgn kata kehilangan dan ditinggalkan. Karena ia akan sulit untuk menerima takdir. Ia tau, bahwa semua yg datang akan pergi, dan yg hidup akan mati. Namun tetap saja Reza tak menyukainya.
"Nathan, Lo kuat. Gue yakin itu." Lirihnya menyemangati Nathan.
***
"Nak.. makan dulu, yok?" Revan mengajak Reza makan malam di kantin rumah sakit."Ngga, ayah duluan aja. Aku ga laper" tolak Reza secara halus
"Reza, kamu belom makan dari kemarin nak. Ayah takut kamu sakit" jujur saja, sekarang Revan menghawatirkan Reza, yg menolak makan sejak kemarin malam.
"Iya, ayah nanti aku makan. Sekarang aku mau nemenin Nathan dulu."
"Tapikan nak.." belum selesai Revan bicara. Reza sudah melengos masuk ke ruang rawat Nathan.
***
"Nathan.."lirih reza. Air mata menggenang di pelupuk matanya. "Bangun, ya?" Ia sedang berbicara dgn seseorang yg terbaring lemah didepannya."Maafin gue dek, gue berlebihan udah prank lo kayak gini.. maaf, maafin gue"
Reza terisak, saat orang tsb meneteskan air mata nya. "Pokoknya Lo harus bangun, kalo engga gue ga bakal mau maafin diri gue sendiri dek."lirihnya kemudian tertidur disebelah orang yg terbaring lemah itu.
***
Sudah dua hari Nathan koma dan tidak ada kemajuan. Sejak kemarin Revan tidak datang kerumah sakit untuk menjenguk Nathan.Tidak ada perubahan dalam kondisi Nathan, tidak ada kemajuan selama dua hari ini. Hal itu membuat Clara semakin gelisah, dan rayyan semakin merasa bersalah. Sedangkan Revan? Hilang begitu saja. Ia tak pulang pulang, Bahkan menelpon Reza pun tidak, ia bahkan tak menanyakan bagaimana kabar Reza, apakah ia sudah makan atau belum..
Ceklek, Reza membuka pintu ruang rawat Nathan perlahan.
Sudah dua hari, kedua anak itu tidak masuk sekolah. Nathan dalam keadaan koma, Dan Reza dalam keadaan terpuruk. Mereka sama sama tersiksa disini, tapi kenapa kalian tidak mengerti.
Reza, cwo itu mendudukkan dirinya di kursi sebelah brankar Nathan. Tubuh lelaki itu lebih kurus dari biasanya, pipinya tirus dan kantong mata yg menghitam. Reza kehilangan selera makannya, ya. Dia memang makan, tapi hanya sedikit dan itupun jika di paksa oleh Clara. Kalo tidak, ya udah ga makan.
"Nathan.. bangun, Gue pengen makan bareng Lo.."lirihnya.
Bersambung..
KAMU SEDANG MEMBACA
kita sama namun berbeda. (Revisi Alur.)
Roman pour Adolescentssederhana,kisah dua kakak adik kembar yg memiliki banyak perbedaan. Perbedaan nasib yg membuat mereka sengsara. Masalah yg hadir dalam hidup mereka pernah membuat mereka berfikir untuk mengakhiri hidup mereka. Hasil pemikiran sendiri. Hak cipta dili...