Keesokan paginya di kantin Akademi Banzar. Kantin luas yang diisi oleh para murid yang sedang menikmati waktu istirahatnya dengan cara makan bersama.
Shinki, Dakka, Bara, dan Kariz duduk di meja yang sama sambil menikmati makanan mereka masing-masing.
"Ternyata pelajaran yang diberikan oleh Chizu-sensei itu sulit, ya," keluh Bara.
"Iya, kau benar," sahut Dakka.
"Benarkah? Menurutku biasa saja," cetus Kariz.
"Shinki, apa kau tidak merasa kesulitan?" tanya Bara.
"Tidak. Menurutku pelajaran yang diberikan oleh Chizu-sensei mudah untuk dipahami," jawab Shinki.
"Eh, kau pintar sekali, Shinki!" Dakka kagum.
"Yah, karena sebelumnya aku sudah diajarkan oleh kakakku, makanya aku bisa mempelajarinya. Karena dulu, kakakku juga diajari oleh Chizu-sensei," sambung Shinki.
"Ah, kau beruntung, ya." Dakka mengeluh.
"Dakka, bukannya kakakmu juga dulu diajari oleh Chizu-sensei? Kenapa tidak bertanya pada kakakmu saja?" saran Shinki.
"Kalau hal seperti ini, kakakku tidak bisa diharapkan."
Tiba-tiba...
Praang!...
Piring yang berisikan makanan jatuh dan pecah. Para murid yang berada di sana terkejut dan langsung melirik ke arah suara tersebut. Ternyata suara itu berasal dari Wan dan ketiga murid kelas lain.
"Maaf, ya. Aku tidak sengaja menyenggolmu," ejek lelaki berambut biru kepada Wan.
Wan hanya berdiri diam dan tidak merespon perkataannya itu. Melihat hal tersebut, Shinki langsung menghampiri mereka.
"Hei, Faraz, apa yang kau lakukan?" Teriak Shinki pada lelaki itu.
"Oh, Shinki. Aku hanya tidak sengaja menyenggolnya," jawab lelaki itu seolah tak berdosa.
Kedua teman Faraz hanya tersenyum mengejek mendengar ucapan Faraz tersebut.
"Tidak sengaja katamu?" Shinki mulai kesal.
"Ya, itu benar," balas Faraz. "Mungkinkah, kau mau membelanya? Padahal dulu itu kita teman."
"Teman?" Shinki merasa jijik. "Aku tidak pernah ingat kalau aku punya teman sepertimu."
"Begitu, ya. Ternyata seorang Shinki sekarang berteman dengan rakyat jelata." Ledekan Faraz semakin menjadi-jadi.
"Memangnya, kalau mau berteman harus dilihat dari derajatnya?"
"Terserah kau saja." Faraz acuh tak acuh. "Memangnya apa yang kau lihat darinya?"
Faraz menunjuk Wan, "Dia tiba-tiba saja masuk akademi ini. Aku pun mendengar kalau dia tidak memiliki kekuatan sihir apapun. Dan lebih parahnya lagi, dia dimasukkan ke Kelas S. Sebenarnya apa yang dipikirkan oleh akademi? Bisa-bisanya akademi memasukkan orang sepertinya."
Mendengar perkataan Faraz tersebut, Shinki malah bertambah geram.
"Sudah hentikan ocehanmu itu!" bentak Shinki.
Para murid yang sedang berada di kantin hanya melihat pertikaian mereka.
"Kenapa? Memang begitu kenyataannya, 'kan?" beber Faraz. "Atman, Regan. Perkataanku ini benar, bukan?"
"Benar sekali, Faraz," sahut Atman.
"Ini Chizu-sensei yang bilang, loh," kata Regan.
Shinki langsung terpaku diam saat mendengar hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reincarnation Of The Creator
FantasyIni adalah cerita di mana semua orang akan mendapatkan perannya. Cerita di mana semua kebenaran yang tidak pernah diperlihatkan akan terungkap. Merekalah yang menentukan mana yang baik dan mana yang jahat. Tidak peduli siapapun tokoh utamanya. Merek...