Tiga hari setelah Pertarungan Duel, para murid kembali masuk kelas seperti biasa.
Seperti biasa juga, Azuka bersama Ravi baru saja datang memasuki kelas dan langsung disambut oleh Jerry dan Shinki.
"Selamat pagi, Pangeran Azuka!" Jerry menyapa, "lalu... selamat pagi juga, Pangeran Es." Dengan nada sedikit menyindir.
"Selamat pagi, Jerry," balas Azuka.
"Selamat pagi, Jerry. Jerry, kupikir panggilan yang biasa sudah cukup bagiku," keluh Ravi.
"Ayolah, mengapa tidak? Panggilan "Pangeran Es" kupikir cocok denganmu."
"Benar juga. Saat perjalanan ke sini pun, para murid lain selalu memperhatikan Ravi dan membicarakan sebutan itu," ungkap Azuka.
"Itu benar. Tidak hanya Ravi, Ken pun juga ikut jadi bahan pembicaraan," lontar Shinki.
"Itu sudah pasti, bukan? Setelah mempertontonkan pertarungan segila itu mana mungkin tidak jadi bahan pembicaraan," seru Jerry.
"Setelah hampir melakukan pertarungan saling bunuh itu..." Shinki melirik Ravi. "Ravi, apa kondisimu baik-baik saja?"
"Ya, tentu saja. Tidak ada masalah."
Ketika mereka sedang bercakap-cakap, Ken pun datang memasuki kelas tanpa sapaan sedikitpun.
Dan entah mengapa, suasana kelas juga seketika menjadi bisu saat Ken berjalan memasuki kelas.
Ada yang berbisik-bisik, ada juga yang melirik diam-diam. Sementara Azuka dan yang lain hanya bisa terdiam sembari terus melirik Ken.
Kini, dalam pandangan semua orang di kelas, keberadaan Ken seolah ditakuti layaknya melihat sebuah ancaman.
Akan tetapi, itu tidak berlaku pada Ravi. Saat Ken tengah berjalan pun tatapan Ravi tidak pernah berpaling. Ravi terus mengintai Ken bagaikan melihat musuh bebuyutan.
Ravi benar-benar mengintai Ken sampai Ken duduk di bangkunya.
Shinki menatap penasaran, "Ravi, ada apa?"
Namun Ravi menghiraukan Shinki dan langsung berjalan ke depan.
Ravi berjalan menghampiri Ken yang sedang duduk sambil menahan dagu dengan tangannya. Ravi pun berdiri di samping meja Ken seraya terus menatapnya.
Ken awalnya menghiraukan tatapan Ravi tersebut. Namun, lama-kelamaan nampaknya Ken merasa risih dengan tatapan tersebut.
Ken pun bertanya, "Ada apa? Apa kau punya urusan denganku?" Tanyanya acuh tak acuh sampai tidak menatap wajah Ravi.
Ravi terus menatap, "Minta maaflah, pada Pangeran Azuka."
"Hah? Kenapa aku harus meminta maaf?" Ken tetap acuh.
"Di Pertarungan Duel kemarin, kau menyerang Pangeran Azuka tanpa ragu sampai terluka parah. Meskipun itu Pertarungan Duel, tapi tindakanmu benar-benar berlebihan. Semua orang menatapmu dan membicarakanmu. Apa kau benar-benar tidak punya malu?"
Ken menengok, "Kenapa aku harus malu? Terlebih lagi," Ken menatap tajam, "aku tidak ingin mendengar itu dari orang yang sudah menembak kepala orang lain."
Mendengar perkataan Ken membuat Shinki berekspresi seakan terpanggil.
"Lagi pula, orang yang bersangkutan menyuruhku untuk melawannya dengan serius. Aku yakin orangnya pun tidak akan mempermasalahkan hal tersebut," sambung Ken.
"Tetapi, itu menjadi masalah untukku." Tatapan Ravi memandang rendah.
Ken sontak berdiri. Ia pun menatap mata Ravi dengan cukup lama. Ia kemudian berkata,
KAMU SEDANG MEMBACA
Reincarnation Of The Creator
FantasyIni adalah cerita di mana semua orang akan mendapatkan perannya. Cerita di mana semua kebenaran yang tidak pernah diperlihatkan akan terungkap. Merekalah yang menentukan mana yang baik dan mana yang jahat. Tidak peduli siapapun tokoh utamanya. Merek...