Part 7.

8 0 0
                                    


Mengejar Mimpi

Part 7
Oleh : CHM.

Kamu siapa? Tau nomorku dari mana?" Nomor asing membalas pesan Rini.
Dan tampaklah wajah takutnya begitu membaca pesan itu.

"Aku Wanda, dapat nomor dari temanku." Rini bingung hingga asal mencari nama dan ketemu nama Wanda, sambil tersenyum membalas pesan itu.

"Anak mana lo, kerja di mana?"

"Kerja di apotik." Kembali Rini asal ketik saja. Semuanya serba cepat dan tak perlu pikir panjang.

"Boleh ketemuan?"tambahnya.

Waduh, berdebar kencang dada Rini, bingung dan takut,
harus memalsu wajah dulu, nih. Tak mau rahasianya terbongkar.

"Boleh, hari minggu saja, ya! Libur saya hari minggu." Jawabnya lancar.

Rini mulai kacau, kenapa langsung ngajak ketemuan, ya? Batinnya bingung.
Setelah dilihat lagi ponselnya, baru sadar. Ternyata wajah yang dipakai untuk foto profilnya adalah seorang gadis yang sangat cantik, rambutnya bergelombang sebahu. Pantesan saja, ada yang pingin segera kenalan.
Rini tersenyum bangga, isengnya membuahkan hasil.

"Bunda, sepertinya bahagia sekali,dari tadi senyum-senyum terus, Ayah yang menghubungi ya, bun? Mau ngajak rujuk?" Tanya Doni polos.

Rini kaget ternyata putranya melihat gerak geriknya.

"Bukan, bukan ayahmu. Dari teman bunda, ngirim cerita lucu- lucu, jadinya pengin tertawa, " bohongnya lagi.

Bagaimanapun dia pengin melihat siapa yang menabrak anaknya. Apapun akan dilakukan meski harus menyamar.

****

Setelah lima hari dirawat, Doni sudah diperbolehkan pulang. Tetapi tetap harus rawat jalan.
Teman-teman guru pun sudah bergantian membezuk Doni, serta memberikan semangat pada bu Rini untuk melaporkan kasus tabrak larinya pada yang berwajib.

Namun Bu Rini kaget ketika hendak menyelesaikan administrasi, ternyata sudah ada yang membayar biaya perawatan Doni selama di rumah sakit. Siapa yang membayar? Mungkinkah ayah Doni?
Namun nama yang membayar bukan Rizal mantan suaminya, ketika hal itu dikonfirmasi pada kasir.

Bu Rini bingung. Siapa yang sudah membayar? Ya sudah, yang penting Doni sudah boleh pulang. Demikian pikiran Bu Rini.

Setelah tiba di rumah, Doni dijaga oleh mbok Jum, pembantu setia yang mengasuh Doni sejak kecil. Merawat anak-anak Rini yang setelah perceraiannya menjadi orang tua tunggal bagi dua buah hatinya.

"Mbok, berikan obat untuk Doni ya, setelah sarapan, saya mau berangkat dulu." Pamit Rini.

"Ya, bu, yang kapsul warna hijau yang pagi, yang kuning untuk siang kan, bu? "

"Iya, mbok, betul. Nanti vitaminnya malam saja." Tambah Rini sambil membawa tas jinjing berlalu menuju pintu.

"Ayo Retno, ibu sudah kesiangan." Ajaknya pada anak keduanya yang masih SD.

"Iya, bunda."jawab gadis kecil 11 tahun itu.

Sekolah Putri tak jauh dari sekolah tempat Rini mengajar. Jadi setiap hari bisa berangkat dan pulang bersama.
Sedang Doni yang sudah SMA, lebih suka naik angkutan umum atau dijemput temannya naik motor

Rini belum membelikan motor untuknya, menunggu naik kelas XI lebih  dahulu agar umurnya 17 tahun.
Karena dia tahu syarat pengendara motor memiliki SIM.
Dan pemilik SIM jika sudah memiliki KTP dan berumur 17 tahun.

SMA Doni bekerja sama dengan aparat pembuat SIM yang biayanya jauh lebih murah dari biasanya.
Pembuatannya pun dilakukan di sekolah. Hal inilah yang membuat para pelajar rela menunggu membuat SIM nya nanti di sekolah saja.

Mengejar MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang