Part 32

9 0 0
                                    

Mengejar Mimpi

Part 32
Oleh : CHM

Kejadian sebelumnya.

"Kenapa repot-repot menjemput?" Rini marah ketika mobil sudah berjalan.

"Aku hanya membantu Doni, kasihan dia. Doni itu anakku kalau kamu lupa." Rizal menjawab pelan, tau kalau Rini bakal marah.

Rini diam menarik nafas berat.  Jengkel dengan situasi seperti ini yang mengharuskan dirinya hanya berduaan dengan mantan suaminya.

"Aku tak mengganggumu. Hanya ingin bertemu anak-anakku."

"Doni tadi katanya bawa motor. Apa itu darimu?"

"Tanyakan sendiri pada Doni." Rizal mulai ikutan ketus.

Rini diam tak bicara lagi. Matanya terpejam. Rizal mengemudi sambil sesekali melirik mantan istrinya melalui kaca spion.

Rasa sesal kembali melanda hatinya.
Jabatan dan uang yang melimpah waktu itu telah membuatnya mudah terlena godaan wanita lain. Dan semua itu kini disesali.

Rini mulai membuka matanya. Dan secara tak sadar mereka beradu pandang.

"Rin, kenapa bisa terkena kista? Kapan kontrol dan siap operasi, aku bisa temani." Rizal menawarkan pelan, takut Rini tersinggung lagi.

"Gak usah sok peduli ya, kita sudah gak ada hubungan. Jangan dikira anak-anak sudah mendekat, terus kamu lupa diri. Ingat ya, status kita tak lagi sama."jawabnya jengkel.

"Maafkan aku, Rin. Sudah membuatmu menderita. Bukan hanya hatimu bahkan kini ragamu juga sakit."

"Stop, turunkan aku disini saja." Rini marah diungkit penyakitnya.

"Sabar, sebentar lagi juga sampai. Tuh satu belokan lagi."Rizal tetap sabar menanggapi kemarahan mantan istrinya itu.

"Gak usah sok peduli, aku gak mau lihat mukamu lagi."

Mobil berhenti di depan rumah, untung Doni sudah menunggu.
Rini segera turun dan dituntun putranya masuk. Tak mau mendengar suara mantan suaminya itu.

Dan ternyata betul, Rizal segera pamit begitu Rini turun. Keinginan untuk sekedar bercengkerama dengan anak-anak batal dilakukan. Rizal harus sabar, ini memang kesalahannya. Tak mudah meluruskan hati yang sudah bengkok.

*****
Doni dan Retno tau, bundanya pasti marah dengan ayahnya. Namun sebagai anak apa yang bisa dilakukan? Hanya diam.

"Don, motor itu ayahmu yang belikan? Kamu yang minta?" Rini meluapkan marahnya pada anak sulungnya ini. Dirinya merasa tersinggung dengan pemberian motor dari mantan suaminya itu.

Doni diam tak menjawab. Karena menjawab apapun pasti salah.

"Memangnya bundamu gak sanggup membelikan. Hingga harus dia yang belikan?"Rini bicara sambil  memejamkan mata menahan sakit dan lelah.

"Bunda, bunda mending istirahat saja. Tidak usah mikir berat dulu. Apalagi harus marah-marah sama Ayah."ujar Doni mencoba meredakan kemarahan bundanya.

"Jawab, Don. Motor itu ayahmu yang belikan?"

"Ya, bunda, ayah yang membelikan, karena aku sudah 17 tahun, sudah boleh naik motor. Dan akan segera membuat SIM lewat sekolah." Jelas Doni.

Rini diam tak menanggapi lalu masuk ke kamarnya.

Sementara Bude Sri membantu Retno menyiapkan hidangan sore dan masak untuk makan malam. Maklum Rini pasti belum bisa beraktivitas normal.

"Don, antar puding mangga ini ke kamar bundamu sama teh manis ini, biar tenang."ujar bude Sri yang melihat gelagat Rini yang tak baik-baik saja.

"Iya, bude."Doni berdiri membawa nampan masuk ke kamar bundanya.
Nampak Rini tiduran sambil merenung.

Mengejar MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang