Part 22

4 0 0
                                    

Mengejar Mimpi
Part 22

Oleh : CHM

Surya tengah makan bersama ibu dan adiknya. Tiba- tiba ponsel di meja belajarnya berbunyi. Surya segera mengangkat telepon yang tertera nama bapaknya. Namun ketika diangkat tak ada suaranya. Lalu ponsel mati.

Surya kembali ke meja makan melanjutkan makannya.

"Temanmu nelepon? Ada yang penting?"

"Iya bu." Hanya itu yang keluar dari mulut Surya. Rasanya tak tega jika akan bercerita.
Masih dengan pikiran yang bercabang Surya menyelesaikan makannya dan membereskan meja makan.

"Aku aja yang nyuci piring, kak." Lintang segera mengambil piring kotor dibawa ke tempat cucian.
Setelah semua rapi kembali Surya menelpon bapaknya, di dalam kamar.

"Hallo, ini dengan siapa ya?" Surya bingung yang menjawab orang lain.

"Saya Atmojo, tetangga pak Broto. Bapak batuk terus, badannya lemes dan panas. Saya yang menolongnya membawa ke tempat tidur."

"Memang bapak dengan siapa di rumah itu?"

"Sendiri, nak. Tadi minta saya untuk nelpon nak Surya."

"Oh, memang isterinya di mana?"

"Sudah lama bapak sendiri disini, katanya istrinya meninggal karena sakit."

"Oh, apakah bapak bisa bangun, bisa bicara?" Surya bingung mau apa.

"Bapak lagi tidur, nanti kalau sudah enakan mau bapak bawa ke dokter. Ini tadi minum obat warung untuk meredakan batuk dan pusingnya, sekarang biar tidur dulu. Dokternya buka nya sore."

"Ya pak Atmojo, terima kasih sudah menolong bapak saya."

"Ya nak, sama-sama."telepon ditutup.

Surya merenung setelahnya.
Kata ibunya, mereka cerai karena bapak punya istri lagi. Dan sekarang bapak sendiri karena istrinya meninggal. Mungkinkah bapak mau kembali? Mungkinkah ibunya menerima lagi?
Ini urusan orang dewasa. Namun menjadi urusan Surya yang masih anak-anak.
Tau apa dirinya tentang memaafkan? Marah, sakit hati ibunya?

Tak terasa cukup lama Surya sibuk merenung di kamar, hingga sadar harus membantu ibunya di warung.
Tak ingin membuat ibunya curiga dengan sikapnya yang dinilai aneh karena banyak melamun.

****

Ingin Surya menengok ayahnya di Purbalingga. Apalagi ini pas liburan. Tapi dengan siapa? Apakah akan berangkat sendiri dan mencoba mencari alamat? Dia belum pernah ke Purbalingga.
Apakah minta bantuan Bagas dengan mengajaknya ke sana?

Surya bingung antara ingin menengok atau tidak. Bagaimana pamit dengan ibunya? Apakah harus berbohong lagi? Semuanya berkecamuk dalam pikirannya.

Surya segera mengirim pesan pada Bagas.

( halo, Gas, bisa minta bantuanmu?)

( Apa tuh? Kalau bisa kenapa tidak?)

( Bapakku di Purbalingga sakit, aku ingin nengok. Bisakah denganmu?)

( ayo aja. Kapan itu?)

( bagaimana kalau besok pagi berangkat? Ketemuan di depan ya?)

( aku ke rumahmu saja Sur, biar ibumu tidak was-was. Tau perginya sama aku.)

( oh, iya, betul. Terima kasih, Gas)

Surya senang sekali, kegalauan hatinya sirna seketika.
Sambil tersenyum dia berjalan ke belakang, menyiram tanaman dan menyapu halaman.

Banyak tanaman singkong, cabe tomat, dan terong di sepanjang halaman belakang. Tentu saja tanaman itu sudah ada sebelum ibunya berdagang sayuran. Dan tetap akan menanam, meski ada itu semua di warungnya.

Mengejar MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang