Part 19

2 0 0
                                    

Mengejar Mimpi
Part 19
Oleh : CHM

Hari libur bergulir dengan cepat. Surya rajin membantu ibunya di warung. Sementara Lintang mulai belajar memasak dan mencuci membantu sang ibu.

Lintang sudah lulus Sekolah Dasar dan akan mulai masuk SMP ditempat kakaknya, Surya.
Pendaftaran sudah dimulai tinggal menunggu pengumuman.

Tak terasa waktu berjalan dengan cepat, anak-anak sudah menginjak remaja.
Bu Ismi bersyukur warungnya makin ramai. Ada saja rejeki yang dapat disimpan untuk masa depan mereka. Minimal bisa menyekolahkan anak-anak sampai tingkat atas.

"Sur, apa rencanamu nanti kalau sudah lulus SMP?" Tanya bu Ismi ketika mereka tengah duduk santai.

"Nantilah bu, sambil jalan, Surya belum bisa memutuskan. Yang penting bisa mempertahankan prestasi hingga bisa masuk sekolah karena prestasi, bebas tes ataupun dapat bea siswa. Sekolah manapun itu gak jadi masalah." Jawab Surya mantap.

"Ya, ibu berdoa semoga cita-cita kalian berdua tercapai. Ibu cuma punya doa."Ujar bu Ismi bangga.

Liburan tinggal tiga hari lagi. Lintang sudah diterima resmi menjadi siswi SMP Bakti Mulia. Segala perlengkapan di sekolah baru sudah disiapkan.

Siang itu, Surya kaget mengangkat ponselnya yang bunyi, dan ternyata
bapaknya yang tengah video call.

"Pak, ini bapak?" Kaget sambil terbata Surya memandang wajah yang tampak kurus tua.

"Iya Sur, kamu sekarang tambah tinggi dan ganteng. Sudah naik kelas 9 ya?" Tanya Broto sambil memandang tajam anak sulungnya dengan bangga.

"Iya, pak, Lintang masuk sekolah di SMP ku, baru kemarin diterima." Jelas Surya.

"Bisa melihat Lintang sebentar saja, meski tak usah bicara?" Tanya Broto khawatir karena takut kehadirannya merusak suasana harmonis yang pastinya setelah ditinggalkannya.

"Dari jauh saja ya, pak, itu Lintang tengah membantu ibu meladeni pembeli." Tunjuk Surya dari jauh, sehingga Broto bisa melihat mantan istri juga anaknya yang tengah sibuk berjualan.
Walau dari jauh cukup sudah bisa melihat keluarganya tak berkekurangan sepeninggalnya.

"Cukup ya, Sur, jangan bilang ke adik dan ibumu dulu. Cukup kamu yang memberi kabar, bapak sudah puas. Nanti kapan-kapan telepon lagi."

"Jaga kesehatan ya, pak."
"Bapak doakan kamu sukses,titip ibu dan adikmu."

Surya menutup ponselnya dengan mata berkaca, haru dan bahagia.
Tuhan maha mendengar. Keluh kesahnya ingin berjumpa dengan ayahnya telah dikabulkan.

Syukur bagi Allah Sang maha pemberi damai.
Semoga keluarganya bisa menjalani hari-hari ke depan dengan penuh syukur dan berjalan dalam ridho Nya.

****

Saat ini Mentari tengah berbalas pesan dengan teman-teman di grupnya khusus perempuan.
Suci tengah mengirim beberapa foto ketika liburan di Soreang.
Tari tersenyum melihat foto bersama teman-teman Surya.
Ada foto mereka yang sengaja diedit dipotong oleh Suci hingga terlihat seolah dirinya berdua saja dengan Surya padahal itu tidak benar.

"Aduh, gimana sih, Suci. Tar dikira beneran foto berduaan nih. Padahal yang benar berlima, yang ambil foto Rusdi." Tari ngedumel sendiri.

Temannya yang satu ini jailnya gak ketulungan deh. Untung Suci ngirimnya japri. Kalau tidak akan jadi bahasan yang menyebar ke mana-mana.

Tari masih liburan di Jakarta bersama neneknya untuk mengharmoniskan kembali hubungan ibu dan neneknya itu, serta menutup pintu bagi kehadiran tante Rosa yang seringkali nongol dengan tiba-tiba, bagai tamu tak diundang.

Mengejar MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang