Part 34

7 0 0
                                    

Mengejar Mimpi

Part 34
Oleh : CHM

Sepuluh tahun kemudian.

Pasar Djohar Semarang pagi ini nampak berjubel. Maklum satu minggu lagi lebaran.
Nampak seorang pemuda lusuh dihajar masa karena kedapatan mencopet dompet seorang perempuan yang justru ketakutan melihat pencopetnya tertangkap.

"Non, duduk di sini dulu, jangan takut." Ujar pedagang gorengan di pasar menawari tempat duduk. Lalu memberikan teh hangat dan dua biji bakwan.

"Non, diminum ya, biar gak gemetar." Tambahnya karena nampak gadis itu takut.

"Terima kasih bu." Jawabnya sambil duduk.

Sementara copet yang tertangkap kini dibawa ke pos polisi dekat pasar. Karena kalau tidak, copet itu pasti mati ditangan massa.

Sebelumnya telah digeledah badan pencopet dan ditemukan beberapa buah ponsel curian, kalung hasil jambretan, dompet gadis tadi dan sejumlah uang tunai.

"Neng, itu dompetnya mau dibawa sama neng? Saya bisa ambilkan. Neng nampak ketakutan gitu." Ujar salah seorang polisi yang akan membawa pencopet ke kantor polisi.

"Boleh pak. Kalau boleh sama minta dompet saya. Terima kasih, " Jawab gadis itu nampak senang.

"Apakah neng mau saya hajar pencopet itu?" Tambahnya lagi.

"Tidak, pak., saya hanya perlu dompet saya kembali."ucapnya lirih.

Dan setelah diberikan dompetnya, polisi itu berkata. "Boleh saya minta nomer ponsel anda? sepertinya saya pernah lihat wajah seperti anda, tapi di mana, ya? Maaf apakah neng pernah tinggal di Bogor.?"tanya polisi muda itu lebih akrab.

Gadis itu nampak kaget. Karena memang dirinya dari Bogor. Tapi siapakah polisi ini? Apakah dirinya pernah kenal? Belum sempat ingat dia, polisi itu sudah bertanya lagi.

"Apakah neng punya kakak laki-laki?"
Kembali gadis itu melotot tak percaya, dan itu benar dia punya kakak laki-laki namun tak mau menjawab.

"Maksud pak polisi apa, nanya-nanya
kakak saya?"

"Jadi benar kamu punya kakak laki-laki? Apakah bernama Surya?"

"Hai, siapa kamu? Kenapa kenal kakakku?" Gadis itu melonjak gembira, berbinar matanya demi mendengar nama Surya kakaknya disebut.

"Pak polisi siapa ya namanya? Mungkinkah teman kakakku?" Tanya gadis yang ternyata Lintang adik Surya itu sambil memperhatikan dengan saksama tulisan nama yang menempel pada seragamnya. Tedy Setiawan.

"Oh, ini teman kak Surya, bang Tedy ya?" Wajahnya nampak berbinar bahagia.

"Betul, saya Tedy. Setelah lulus dan pisah, kami kehilangan kontak. Rupanya ponselnya sudah pada ganti sekarang."

"Kamu kok di sini, bagaimana kabar ibu dan kakakmu?"

"Ceritanya panjang, bang." Jawab Lintang sambil tersenyum.

"Ok, saya minta nomor ponselmu, nanti disambung lagi,saya harus bertugas dulu." Akhirnya Tedy dan Lintang berpisah setelah saling bertukar nomor ponsel sambil memikirkan kenapa mereka bertemu di Semarang ini.

*****
Lintang sudah lulus sekolah kejuruan dan lanjut kuliah keperawatan di Semarang yang menerima bea siswa. Dan setelah lulus bekerja di rumah sakit di Semarang.

Belum lama Lintang kerja di rumah sakit, tepatnya 5 bulan yang lalu.
Sedang Surya satu tahun yang lalu sudah lulus menyandang gelar dokter.

Sore itu Lintang tengah santai di kost nya yang tak jauh dari tempat kerjanya di Rumah Sakit Karyadi.
Ponsel yang tergeletak di meja kamar kostnya berbunyi.
Segera diangkat yang ternyata dari Tedy.

Mengejar MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang