Bab 9

9 0 0
                                    

Mengejar Mimpi
Part 9
Oleh : CHM

Di suatu pagi yang cerah, suasana kelas tampak tenang karena siswa sedang menjalankan ujian semester ganjil.
Ruangan BK dikejutkan oleh kedatangan seorang ibu sosialita cantik dan modis.

"Selamat pagi ibu, perkenalkan saya mamanya Ilham."

Bu Rini nampak kaget mendengar nama ketika disebut.
Pasalnya belum sempet orang tua Ilham ini diundang kok kini sudah datang ke sekolah. Rasanya semua tugasnya seolah dipermudah, syukur alhamdulilah.

"Oh, selamat pagi, ibu, mari silahkan masuk." Ujar bu Rini ramah.

Kebetulan hari ini tidak mengawas ruang ujian semester.
Setelah dipersilahkan duduk, mama Ilham mulai berkenalan.

"Saya Irine, mamanya Ilham. Saya datang karena desakan Ilham. Maaf papanya masih tugas di luar negeri."ujar ibu cantik modis berbaju dan tas brandet.

"Oh iya bu, saya Rini, kebetulan guru bimbingannya."

"Kenakalan apa yang sudah dilakukan Ilham bu, sehingga ponselnya harus disita dan orang tua yang harus mengambil?"ujarnya penuh antusias.

"Begini bu, putra ibu, Ilham, sudah banyak dilaporkan teman-temannya yang memang sudah lapor ke sini bahwa dia suka membully temannya, mengejek, dan merendahkan.

Terakhir menuduh teman sekelasnya mencuri ponselnya.
Ponsel Ilham kedapatan di tas temannya, namun anak yang dituduh tidak merasa mengambil ponsel itu." Jelas bu Rini.

"Lhoh kalau kedapatan ponsel Ilham ada di tas anak itu, berarti siapa lagi dong yang mengambil? Apakah karena itu ponsel Ilham lalu disita?" suaranya terdengar emosi.

"Bukan cuma begitu bu, tingkah Ilham sudah menjurus ke memfitnah orang, mencemarkan nama baik orang lain." Jelas bu Rini.

"Mengapa bisa begitu, bu. Ilham membawa ponsel, iya, dan itu melanggar, saya tau. Saya kesini ingin mengambilnya dan biar saya saja yang pegang ponselnya." seru mama Ilham tak senang.

"Ibu, sebetulnya kami ingin memanggil ibu secara resmi, bukan hanya karena ibu akan mengambil ponsel yang saya sita. Menurut saya biar menunggu setelah ulangan selesai dulu biar tidak mengganggu anak, ternyata belum dipanggil, ibu sudah datang. Bagi saya itu suatu kebetulan" Ujar Bu Rini halus, tenang.

Maklum menghadapi orang emosi cukup dengan suara pelan, menenangkan.

"Ya, saya sekarang sudah datang, bu." Tambahnya. Suaranya tak lagi emosi.

"Kemarin kami membuka CCTV sekolah. Tuduhan Ilham pada temannya yg mengambil ponsel tak terbukti. Ternyata Ilham sendiri yang meletakkan ponselnya di tas Surya."jelas guru bk itu lagi.

"Apa? Ilham meletakkan sendiri? Apa maksudnya?" Tanyanya sambil melotot, kaget.

"Nanti tanyakan saja pada putra ibu, biar setelah ulangan dia saya panggil ke sini."

"Jadi, saya harus nunggu sampai dia pulang sekolah?"protesnya.

"Sebaiknya begitu bu. Memang ponsel Ilham ada pada saya. Tapi akan saya kembalikan jika masalahnya sudah selesai."jelas bu Rini cukup tenang namun tegas.

Mama Ilham diam, terlihat schok mendengar ulah anaknya di sekolah. Lalu tiba-tiba dia berdiri.

"Sebentar saya ketemu kakaknya dulu," Katanya sambil berdiri dan berjalan keluar menemui seseorang yang katanya kakaknya Ilham.

Bu Rini sempat memandang keluar dan dilihatnya seorang lelaki, tapi sepertinya pernah dia lihat.

"Ha? Tak salahkah mataku?" Batin Rini dengan jantung berdegub.

Mengejar MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang