Mengejar Mimpi
Part 23
Oleh: CHMBagas tau, Surya nampak berubah wajah setelah membuka ponselnya.
"Ada apa Sur?" Sapanya.
Surya tak menjawab hanya menunjukkan pesan di ponselnya."Minta tolong Rusdi saja. Suruh ke rumahmu."
"Enggak ah, kasihan, jauh."
"Tidaklah, hanya sekali angkot. Biar aku saja yang bilang padanya." Jawab Bagas sambil mengirim pesan pada Rusdi dan segera dijawab" Siap, bos".
Bagas tersenyum serta menunjukkan jawaban Rusdi pada Surya.
Pertemanan mereka sungguh luar biasa bisa dijadikan contoh. Saling menolong, saling menguatkan.
Setelah menerima pesan dari Bagas, Rusdi segera datang ke rumah Surya.
"Assalamu'alaikum, bunda.."
"Walaikumsalam Rusdi, tumben ada apa Rus, Surya sedang jalan dengan Bagas."
"Ini, bun, ada pesan dari Surya, bunda ada pesanan dari bu Watik, beliau pesan daging 1 kg, kentang 2 kg dan ayam 2 ekor. Takutnya kalau menunggu Surya datang terlalu mendadak. Itu saja sih pesannya." Rusdi tersenyum sambil membungkukkan badan tanda hormat.
"Terima kasih Rusdi, ayo masuk dulu, ibu buatkan minum."
"Terima kasih bunda, saya mau pamit, mau ikut ke rumah nenek di Sumedang."
"Oh syukurlah, hati-hati di jalan, salam buat ibu bapakmu, ya."
"Ya, bunda, asalamualaikum."
"Waalaikum salam."Sejenak bu Ismi menerawang. Surya tak pernah melihat kakek neneknya. Kedua orang tuanya sudah tiada sebelum dia menikah dengan Broto.
Sementara mertuanya tinggal ibu, yang tak begitu ramah padanya apalagi kini, statusnya sudah bercerai dengan suami.Hubungan itu seolah putus dengan sendirinya.
Surya dan Lintang otomatis tak mengenal kakek neneknya.Ismi mengusap air mata yang tanpa kompromi menetes manakala teringat masa lalu yang tak mengenakkan. Namun semua sudah takdir baginya.
Sejenak hatinya melo, merasa tak sanggup membuat anaknya tak sebahagia teman-temannya."Ibu, ayo makan siang dulu.
Lintang sudah masak tumis kangkung, ikan goreng, tempe dan sambel terasi." Suara Lintang menyadarkan Ismi akan sedihnya."Ayo, wah anak ibu makin hebat saja masaknya nih." Jawabnya sambil menuju meja makan menutupi galaunya.
"Sayang nih, kak Surya gak lihat sambel terasiku." Lintang cemberut karena tak bisa pamer masakan pada kakaknya.
Mereka suka meledek hasil masakan. Tujuan Surya agar adiknya itu makin giat belajar masak. Sebetulnya hanya pancingan saja.
"Wah, kamu makin pintar, Tang, tumisnya enak, sambel terasinya juga mantab." Puji ibu.
"Terima kasih bu, Lintang jadi senang masak, sekarang. Besok mau nyoba masak yang lain lagi." Lintang tampak bangga.
"Kak Surya pulang kapan, bu?"
"Ibu tidak tau, tadi Rusdi kesini menyampaikan pesanan belanja bu Watik yang masuk ke ponselnya"
"Ya, coba ibu punya ponsel. Bisa teleponan dengan kakak."
"Nanti lah, ibu juga pengin. Manfaat ponsel untuk dagang sangat bagus, biar tidak mengganggu kakakmu."
"Aamin, Lintang berdoa semoga dagangan makin laris, biar kita bisa punya ponsel."ujarnya sambil tertawa senang.
Bu Ismi justru terharu mendengar suara putri bungsunya.
Kedua anaknya hebat semua. Tak pernah menuntut hidup serba ada, bahkan menerima hidup sederhana dengan syukur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Mimpi
Teen FictionPerjuangan anak seorang single parent yang ingin meraih mimpinya. Apakah ia berhasil? Kerikil tajam selalu menghadang. Namun kerja kerasnya, tekun, dan menjunjung tinggi kasih pada bundanya selalu mengiring langkahnya. Mengisahkan sosok Surya bese...