Part 6

13 0 0
                                    

Mengejar Mimpi

Part 6
Oleh : CHM.

Hari Senin upacara bendera.
Bel sudah berbunyi. Anak-anak berlarian menuju lapangan. Hari ini yang bertugas kelasnya Charisa, kelas 8 C.
Risa cukup gelisah, karena petugas upacara ada yang belum hadir, yaitu pembaca doa. Rahmad yang bertugas belum nongol, sementara tak ada yang mau mengganti dengan alasan tidak siap.

Akhirnya Risa meminta tolong pada Surya dan dia siap menggantikan tugas Rahmad sebagai pembaca doa.

Surya diketahui mempunyai suara yang indah ketika melantunkan ayat-ayat suci dan dianggap mampu menggantikan tugas Rahmad. Sementara Risa sendiri sebagai protokol.
Akhirnya upacara berjalan lancar dan khidmat.

Setelahnya dilanjutkan acara penyerahan piala kejuaraan pra jambore yang diselenggarakan kemarin pada sekolah.

Rombongan Bagas dan Surya maju ke depan. Tepuk tangan meriah mengiringi langkah mereka menuju ke dekat mimbar, tempat kepala sekolah sebagai pemimpin upacara.
Teriakan dari siswa yang lain berkumandang.

"Ayo, sabet juara lagi, Gas."

"Rebut tropi kemenangan untuk jambore besok."

Suara kembali tenang, ketika kepala sekolah menerima piala kemenangan itu. Dan memberikan apresiasi.

"Anak-anakku semua, teruslah berprestasi. Bapak bangga pada kalian semua. Jika kali ini tim Pramuka membawa piala, bapak berharap di jambore yang akan datang juga membawa piala untuk sekolah tercinta ini.
Untuk lomba O2SN, OSN dan FLSN yang akan diselenggarakan dua bulan lagi mudah-mudahan juga mendapatkan medali sesuai harapan kita.
Berprestasilah kalian pada bidang masing-masing, apa hobi dan ketrampilanmu, kembangkan di sini.
Sekolah ini terbuka luas untuk menampung semua ide, kepandaian dan ketrampilan kalian untuk diasah. Sekali lagi selamat dan teruslah berlatih untuk mempersiapkan semua lomba yang akan datang." Tepuk tangan kembali riuh.

"Cie- cie, Tari mana, ya." Ujar seorang siswa sambil mencari- cari seseorang.

"Surya ganteng juga ya, kalau lama-lama diperhatikan." Suara bersahutan mulai terdengar di barisan belakang.
Untung tidak keras,hanya berupa bisikan. Namun cukup membuat beberapa telinga yang mendengar memerah.

"Sombong banget dia, menang lomba gituan aja," Celetuk Ilham yang diikuti cengiran melecehkan dari dua rekannya Adam dan Rudi.

Siapa lagi yang dimaksud oleh mereka kalau bukan Surya yang merupakan teman yang paling dibenci.

"Gara-gara dia, ponselku disita bu Rini." Ilham ngedumel.

"Bukannya ponselmu bisa diambil kalau orangtuamu datang ke sekolah?" Ujar Adam.

"Aku belum ngomong ke mama."

"Ayahmu masih di luar negeri ya?" Rudi menimpali.

"Iya, kalau aku bilang ke mama pasti ngomelnya panjang kali lebar, males aku."

"Kakakmu dong, suruh datang ke sekolah. "

"Ah, apalagi dia. Aku pokoknya malas kalau tidak ada papa. Kalau ada papaku pasti dituruti semua kemauanku. Meskipun biasanya hanya ajudan papa yang jalan."

Bel pelajaran berbunyi. Sekolah Bakti Mulia tampak sepi karena kegiatan belajar mengajar berlangsung tertib dan rapi.
Para guru masuk ke kelasnya masing-masing.

Bu Rini tampak gelisah. Doni masih di rumah sakit dan hanya dititipkan ke perawat yang sedang berjaga.

Hari Senin merupakan apel semua pegawai. Karena tak ingin melewatkan apel, juga terkadang ada briefing dari pimpinan, membuat bu guru BK ini tak enak jika harus ijin.

Mengejar MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang