23

264 26 1
                                    

"Maksud lo bilang begitu apa, bin?." Bobby yang baru saja tiba dan mendengar ucapan hanbin langsung menyahutinya.

"Kalian bakal tau sendiri nantinya. Tapi gua saranin mending ga usah ngelakuin apa-apa." Lisa terlihat tak terima.

"Ga ngelakuin apa-apa lo bilang?! Lo bahkan sampe masuk rumah sakit, keadaan lo kaya gini sekarang, lo pikir gua yang jadi temen lo cuma bisa diem, bukan cuma lo yang luka yang lain juga luka, bin. Gua ga bisa diem aja." Lisa berbicara dengan mengebu emosinya sudah dipuncak.

"Lis, lo udah tau siapa yang habisin kita?." Lisa mengernyit bingung dengan pertanyaan hanbin.

"Maksud lo?! Mereka anak-anak dari gengnya hendry kan, kemarin yang ada di jalanan cuma ada geng kita sama gengnya hendry."

"Lo salah, gengnya hendry juga dihabisin bukan kita yang habisin mereka tapi orang lain." Ucapan hanbin membuat teman-temannya menghentikan aktivitas mereka.

"Maksud lo? Ada geng lain yang dateng malem itu?." Semua orang yang ada disitu sekarang hanya menatap hanbin.

"Iya."

****

Saat ini pelajaran masih berlangsung, namun lisa terlihat tak fokus masih memikirkan obrolan tadi di belakang sekolah. Rosé yang melihat temannya itu diam dengan wajah seriusnya kebingungan.

"Ni bocah kenapa?." Rosé pun langsung teringat dengan pesan soya kepadanya.

"Lis, nanti pas istirahat kedua kak soya minta lo ke kelasnya. Oh iya bekalnya dibawa." Lisa hanya melirik rosé sebentar setelah itu sibuk mengetik dengan ponselnya.

Jam pelajaran pun berakhir diganti pelajaran yang lain, lisa masih fokus dengan ponselnya. Rosé yang menatapnya kebingungan, lisa mengedarkan pandangannya.

"Rosé, lo lihat seulgi hari ini?." Lisa menatap rosé menunggu jawaban.

"Enggak tuh, dia kan hari ini ga berangkat. Kata temen sekelasnya." Lisa mengangguk dan kembali sibuk dengan ponselnya.

"Habis ini ada mapel matematika, lo ga akan bolos kan?." Lisa menggeleng menjawab.

"Tumben nih anak banyak diem." Rosé masih dengan kebingungan akan sikap lisa hari ini.

Jam pelajaran pun dimulai, lisa benar-benar memperhatikan guru yang tengah mengajar hingga satu kelas dibuat heran karena lisa menjawab pertanyaan guru matematika itu. Lisa paling tidak suka matematika karena itu, teman-temannya saat ini keheranan melihat lisa rajin di jam pembelajaran matematika.

Bel istirahat berbunyi, pelajaran juga sudah selesai lisa langsung saja membawa bekalnya menuju kelas soya.

Sampai di pintu kelas soya, bobby terkejut melihat kedatangan lisa. Pasalnya lisa sangat jarang pergi ke kelasnya, bobby lah yang selalu pergi ke kelas lisa.

"Tumben lo kesini? Baru aja gua mau ke kelas." Lisa menggelengkan kepalanya lalu masuk ke dalam kelas, disana ada soya dan tunggu, sedang apa jennie berada di sini.

Lisa duduk di bangku depan meja soya, meletakkan bekalnya dia juga menatap jennie.

"Jennie ngadu ke kak soya kalo gua ngerokok tadi?." Lisa menggedikkan bahunya.

Soya pun membuka wadah bekal lisa lalu mulai menyuapi.

"Kak! Gua bisa makan sendiri, lo ga perlu nyuapin." Lisa sedikit malu jika harus disuapi didepan orang lain. Di ujung pintu sana juga ada bambam dan bobby begitu juga yang lainnya menatap kearah lisa.

"Lo masih sakit, ga usah bantah ucapan gua." Soya menyodorkan sendok yang terisi nasi.

"Gua ga sekarat sampe harus disuapin."

"Tangan lo di perban." Lisa langsung terdiam.

"Gua masih bisa pake tangan kiri." Lisa merebut sendok yang dipegang soya namun soya menjauhkannya.

"Makan pake tangan kiri itu ga baik." Soya menyodorkan sendok ke lisa, lisa mendengus dan menerima suapan soya sambil melirik ke arah jennie.

Jennie yang ditatap menampilkan senyumnya kecil.

"Lo mau jadi pacar gua, jen?."

"HA?!."

****

"Gua duluan, lo pada hati-hati." Lisa menepuk pundak teman-temannya berpamitan.

Lisa masuk ke dalam mobil menyusul soya yang sudah menunggunya, tapi disaat dia membuka pintu depan ternyata kursi itu sudah ditempati, lisa langsung menutupnya dan membuka pintu belakang.

Tak ada yang percakapan selema perjalanan pulang, jennie sesekali mencuri pandang untuk menatap lisa dari kaca spion. Namun lusa hanya fokus pada ponselnya.

"Kak, lo tau kenapa seulgi ga berangkat?." Soya melirik lisa.

"Enggak tuh." Lisa mengangguk.

Tanpa disadari, soya tengah menunggu penjelasan lisa tentang kejadian tadi di kelas. Namun sepertinya soya terlalu serius menganggap ucapan lisa. Lisa bersikap seperti tak terjadi apa-apa.

Sampai di rumah jennie, lisa masih diam. Hingga lisa membuka suara disaat jennie ingin turun dari mobil.

"Pertanyaan gua tadi masih berlaku, jen. Kecuali lo nolak gua sekarang." Kini jennie sepenuhnya menatap lisa.

"Maksud kamu apa?."

"Lo mau jadi pacar gua?." Lisa mengulang lagi ucapannya.

"Kita sama-sama perempuan, lisa. Ga mungkin kita pacaran, di agama dilarang." Lisa mengerti.

Lisa kembali memainkan ponselnya, hingga jennie kebingungan dengan sikap lisa. Jennie berpamitan dengan soya lalu masuk kerumahnya, soya pun menjalankan mobilnya kembali menuju rumah mereka.

"Lo suka sama jennie?." Lisa mengangguk.

Jawaban apa itu, hanya anggukan? Soya bingung dengan adiknya ini. Dia pun menghentikan mobilnya lalu turun dari mobil, berjalan membuka pintu belakang meminta lisa keluar.

"Kenapa?." Soya menepuk tempat kosong sebelahnya, lisa pun mengerti dan duduk disampingnya.

"Rosé cerita ke gua, kalo hari ini lo bener-bener belajar." Lisa yang fokus pada ponselnya hanya melirik soya sebentar.

"Gua mau denger cerita lo, kenapa lo bisa dapetin semua luka itu." Soya menatap lisa namun yang ditatap hanya fokus dengan ponsel.

"Hp mulu, lo sibuk apa sih." Lisa menatap soya sinis, dia pun memasukkan ponselnya.

"Kemarin pas balapan, tiba-tiba ada anak geng lawan mukul geng gua. Anak-anak pada ga terima jadi ya gitu, berantem. Untungnya geng gua pada berhasil kabur dari situ. Kalo ga, udah ada yang mati dah tu."

"Luka tembak? lo ada luka tembak?." Lisa mengernyit bingung, dari mana kakaknya tau jika ada yang tertembak.

"Enggak." Soya menghela nafas lega.

"Waktu lo nyusul gua di apartemen rosé, kenapa ada jennie juga?." Kini lisa yang ganti bertanya.

"Waktu gua seulgi sama jennie nyariin lo kemarin, dia juga ikut. Dia khawatir kalo lo kenapa-kenapa, terus pas mau jemput lo di apartemen jennie ada di samping gua, dia mau ikut mau lihat kondisi lo." Lisa mendengus.

"Lo sejak kapan suka sama jennie?."

"Sejak kenal dia."































______

Lunas yaa jangan nagihin gua buat update lagi, ditunggu update selanjutnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 04, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BAD GIRLSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang