"Ayo temenan"
"Kamu ajak aku temenan?" ucap jennie sambil menunjuk dirinya sendiri, lisa mengangguk.
"Salah kalo gue mau temenan sama lo?" ucap lisa.
Mendengar ucapan lisa, jennie langsung menggeleng cepat.
"Bukan itu" ucap jennie.
"Terus apa?"
"Ya, temen-temen kamu kayanya kelihatan ga suka sama aku" ucap jennie.
"Yang pengen temenan kan gue, kenapa malah mikirin orang lain" ucap lisa enteng.
Baru saja jennie ingin membuka mulut, pesanan mereka datang.
"Ayo makan dulu, ngomongnya nanti" ucap lisa, jennie mengangguk menurut.
Mereka makan dengan tenang, selesai makan lisa membayar makanan mereka terlebih dahulu karena adanya sedikit perdebatan mulut dengan jennie akan siapa yang ingin membayar, tapi akhirnya juga lisa yang akan menang.
Selesai membayar lisa keluar dari restoran tersebut dan menghampiri jennie yang berdiri didepan mobil menunggunya.
"Kenapa ga masuk aja, kan lo bawa kuncinya" ucap lisa.
Jennie menggeleng, "Nunggu kamu aja" ucap jennie.
"Kita jalan-jalan dulu ya" ucap lisa, jennie mengangguk.
"Lo udah ngomong ke ibu?" ucap lisa, jennie mengangguk.
"Ya udah masuk" ucap lisa.
Jennie dan lisa masuk kedalam mobil, langsung saja lisa melajukan mobilnya mengelilingi kota dan berakhir di atas bukit, ya bukit yang sering lisa datangi bersama soya.
Lisa memarkirkan mobilnya dan turun dari mobil, jennie ikut turun.
Lampu-lampu jalan yang menerangi tempat itu, suasana yang tenang dan sunyi, tak ada seorang pun yang ada disini kecuali jennie dan lisa.
Disini terdapat sebuah bangku panjang yang menghadap ke kota, mengarahkan orang yang tengah duduk di bangku itu ke hamparan kota yang terang.
Lisa berdiri dipinggiran bukit, jennie duduk di bangku yang ada disana.
Sudah kesekian kalinya lisa menghembuskan nafas dengan kasar, ia pikir dengan jalan-jalan pikirannya tidak akan serumit tadi tapi dugaannya salah, pikirannya masih saja rumit.
"Lagi ada masalah ya?" ucap jennie tiba-tiba.
Lisa hanya melirik jennie sekilas lalu mengangguk kecil.
"Maaf kalo nanya-nanya" ucap jennie.
"Jen." Jennie menoleh menatap lisa.
"Ga papa."
Lisa berjalan kearah bangku dan duduk, jennie menatap lisa yang menepuk tempat sebelahnya yang kosong meminta jennie duduk disebelahnya.
Duduk berdampingan dengan diam, jennie dan lisa hanya fokus menatap lurus ke depan, musik radio yang berasal dari mobil yang terdengar tak membuat suasana tak begitu sunyi.
Lisa menoleh menatap jennie dari samping, dia mengakui jika jennie memang cantik, hanya kacamatanya yang besar membuat wajah cantik jennie tak disadari banyak orang.
Masih sibuk memandang wajah jennie sambil menumpu kepalanya dengan tangan, lisa tidak menyadari jika jennie juga menatapnya hingga tatapan mereka bertemu.
"Lo belum jawab omongan gue tadi" ucap lisa.
"Yang mana?" ucap jennie bingung.
"Lo mau jadi temen gue?" ucap lisa.
"Iya, mau" ucap jennie.
Lisa duduk dengan tegak tersenyum lebar sambil mengulurkan tangannya.
"Sekarang kita temen" ucap lisa.
Jennie menatap tangan dan wajah lisa bergantian, lalu menjabat tangan lisa.
"Iya" ucap jennie.
****
"Hati-hati ya" ucap jennie dari luar mobil.
Jam setengah 8 malam, jennie dan lisa memutuskan untuk pulang.
Lisa yang berada didalam mobil mengangguk dan pamit dengan jennie untuk pulang.
Jennie masuk kedalam rumah, dan mendapati bapaknya yang berada diruang tamu sambil membaca koran.
"Bapak"
"Eh udah pulang, lisa nya mana?" ucap bapak jennie.
Jennie mencium punggung tangan bapaknya, "Lisa udah pulang" ucap jennie.
"Kok ga suruh masuk dulu?" ucap bapak jennie.
"Udah malem bapak, jadi lisa ga bisa mampir dan langsung pulang" ucap jennie.
"Bener juga, ya udah kamu mandi sana" ucap bapak jennie.
Jennie mengangguk dan berjalan menuju kamar untuk mandi dan istirahat.
Ditempat lain diwaktu yang sama, lisa baru saja sampai dirumahnya.
Papah, mamah, dan kakaknya soya sedang berada diruang tengah menonton TV, mendengar lisa pulang, mereka langsung mengalihkan perhatian menatap lisa yang berjalan begitu saja menuju kamarnya.
"Adek kamu kenapa?" ucap mama bertanya.
Soya hanya menggeleng, dia menatap lisa yang mulai berjalan menjauh.
"Kakak ke kamar dulu ya mah pah" ucap soya, mamah dan papah mengangguk.
Soya bangun dari sofa dan pergi menuju kamar lisa, mengetuk pintu kamar lisa.
"Adek, kakak masuk ya" ucap soya dari luar pintu.
Soya membuka pintu kamar yang tak terkunci dan mendapati kamar lisa yang gelap, tidak seluruhnya gelap hanya lampu disamping tempat tidur yang menyala.
Soya mendekat ke tempat tidur lisa, dan mendapati lisa tertidur dengan posisi tengkurap, seragamnya masih belum diganti bahkan sepatunya belum dilepas.
Soya melepaskan sepatu lisa dengan telaten lalu menaruh sepatu pada tempatnya, setelah itu soya mendekati lisa yang tertidur pulas.
Wajah lisa yang menyamping, membuat wajah lisa sepenuhnya dapat soya lihat.
Soya mengambil pembersih wajah dan beberapa kapas untuk membersihkan wajah lisa.
Selesai dengan wajah, soya membenarkan posisi tidur lisa dan menyelimutinya.
Mencium pucuk kepala lisa dengan lembut.
"Selamat malam adek" ucap soya.
Baru ingin berjalan keluar kamar, tangan soya ditahan.
"Malem ini, temenin lisa tidur" ucap lisa dengan suara seraknya.
Soya membalikkan badannya menatap lisa, "Kebangun ya, maaf" ucap soya sambil mengusap kepala lisa.
"Tidur disini" ucap lisa sambil menggeser badannya menyuruh soya tidur disebelahnya.
Soya tersenyum mengangguk, "Kakak tutup dulu pintunya" ucap soya.
Setelah menutup pintu, soya naik ke ranjang dan berbaring disebelah lisa.
Baru membaringkan tubuhnya, tubuh soya langsung dipeluk erat oleh lisa.
"Kepala lisa dielus" ucap lisa manja.
Soya hanya menurut.
- TBC -
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD GIRLS
RandomMenjadi lebih baik tak pernah terlintas di pikiran Lisa, ia hanya ingin menjadi dirinya sendiri. "Gue gak paham kenapa pada pengen gue berubah lebih baik, termasuk lo, lo nerima gue itu artinya lo nerima apa yang ada di diri gue" Membuat orang yang...