22

194 28 4
                                    

Lisa membuka matanya perlahan menatap langit-langit kamar yang tak asing baginya. Tak jauh dari dia berada, terdengar suara gaduh dan umpatan.

"Anjing lah ini bentar lagi bel masuk." Rosé berjalan terburu-buru hingga dia menabrak tembok.

Lisa menatap rosé yang mengaduh, dirinya ingin tertawa namun perutnya masih sakit karena pukulan keras semalam.

"Lo udah bangun." Seketika rosé lupa jika dirinya sudah telat dan menghampiri lisa.

Lisa menunjukkan cengirannya.

"Lo tau, semalem gue hampir cekik leher lo. Lo ga dengerin kata kakak lo, udah berkali-kali kan kak soya ga bolehin lo balapan."

"Gue ga balapan, cuma berantem aja." Bolehkah rosé memukul temannya ini, dia benar-benar sedikit emosi.

"Gimana kalau semalem gue ga nemuin lo?." Rosé sudah mendelik mengerikan menatap lisa yang ditatap hanya menunjukkan cengirannya.

"Gue harus berangkat sekolah, gue beli sarapan tadi buat lo juga kalo lo bangun, ada dimeja. Gue udah ganti perban lo, untuk sementara lo jangan banyak gerak, dan jangan berulah." Rosé pergi meninggalkan lisa.

Melihat sahabatnya pergi, lisa turun dari ranjang dan melihat sekelilingnya. Kamar rosé dipenuhi lukisan-lukisan indah yang dibuat oleh sahabatnya itu, foto-foto dia dan rosé terpajang memenuhi tembok.

"Lo sahabat gue yang paling baik, mawar." Masih sibuk melihat-lihat, lisa merasa jika akan ada sesuatu yang terjadi padanya.

"Ada yang kurang, tapi apa?." Memasang wajah berpikir.

"BANGSAT. KAK SOYA." Lisa mencari keberadaan ponselnya, ditemukannya lalu ia hidupkan namun ternyata ponselnya mati total. Mencari charger milik rosé dan mengisinya, segera lisa menghidupkan ponselnya.

Ratusan panggilan tak terjawab dari soya bukan hanya dari soya namun jennie juga. Lisa menelan salivanya membayangkan betapa marahnya kakaknya itu jika nanti melihat keadaannya.

"Mampus gua, ini gua harus ngapain." Lisa memegangi kepalanya bingung apa yang harus dia lakukan sekarang.

"Bener, rosé kan nyuruh gua istirahat, ya udah mending istirahat, bisa aja pas gua bangun semua bakal baik-baik aja." Baru ingin membaringkan tubuhnya, lisa dikagetkan dengan getaran ponselnya, rosé menelponnya segera ia angkat.

"Kenapa?."

"LISA!!." Ini bukan suara rosé, lisa seperti mengenali suaranya bahkan tak asing baginya, namun suara siapa ini.

"Lo dimana hah? cepet jawab! Lisa!." Lisa menelan salivanya sambil mengumpat berkali-kali di dalam hatinya. Mampus deh.

"Hehe kak soya... kakak kenapa marah-marah?."

"Cuma orang bodoh yang tanya begitu. Jawab lo dimana, kalo lo bohong lo habis di tangan gua." Lisa ngeri mendengarnya.

"Gua ada di apartemen rosé...." Baru ingin melanjutkan ucapannya, sambungan telepon terputus.

Lisa memegang kepalanya panik, dia masih terduduk di atas ranjang dengan ekspresi bingung.

"Ini gua kudu ngapain. Diem? nunggu kak soya dateng buat marahin gua?." Lisa tak ingin ambil pusing jadi dia memilih untuk tidur.

Tak lama lisa dikejutkan dengan gebrakan pintu apartemen rosé dan suara langkah cepat ke arahnya. Lisa masih terkejut namun tetap dengan posisi tidur. Ia terlalu lelah untuk bergerak.

Lisa merasa tangannya ditarik dan itu membuat dirinya sekarang menatap soya jennie dan rosé yang berdiri sambil menyengir.

"Kak soya." Yang dipanggil malah berkali-kali menghembuskan nafasnya pelan melihat keadaan sang adik.

BAD GIRLSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang