"Laras?" Panggil Javas setengah kaget ketika ia mengangkat kepala untuk melihat tamu siapa yang Soya bawa ke ruangannya siang ini.
Laras, wanita yang berdiri di belakang Soya itu tersenyum geli melihat ekspresi terkejut dari Javas. "Hai!" Sapanya melambaikan tangan.
Javas berdiri menghampiri Laras. "Kamu—ngapain kesini?" Tanyanya masih syok akan kehadiran Laras yang tiba-tiba.
"Aku tadi pagi habis nemenin Tante Amanda ke Mall terus siangnya Tante Manda nyuruh aku buat nyamperin kamu kesini. Makan siang di luar yuk?" Terangnya kemudian melirik jam tangan di tangannya. "Bentar lagi jam makan siang!"
Astagaa mamanya! Javas meraup wajahnya sendiri.
"Mau makan dimana?" Tanyanya langsung karena tak mungkin ia menolak ajakan wanita secantik Laras.
Soya yang masih berada diantara mereka langsung unjuk gigi. "Maaf, Pak. Bapak kan sudah ada jadwal makan siang sama Tiur."
"Batalkan saja." Jawab Javas tanpa pikir panjang. Pria ini berbalik ke meja kerjanya untuk mengambil kunci mobil dan ponsel.
"Terus makanan yang sudah saya pesan untuk makan siang, gimana?"
"Untuk kamu saja, Soya. Saya harus pergi sekarang. Bilang saja ke dia kalau makan siang hari ini dibatalkan. Ayo, Ras!" Javas melenggang pergi bersama Laras.
Bukannya senang mendapat makanan gratis dari Javas, Soya justru murung dan kesal. Wanita ini menghentak-hentakkan kakinya. Soya tidak suka dengan wanita bernama Laras yang katanya teman Javas itu. Alasannya simpel, karena Laras lebih cantik dari pada dirinya. Soya merasa tersaingi.
Sambil duduk di kursi kerjanya, Soya tak henti-hentinya komat-kamit memberi kalimat buruk untuk Laras. Meski begitu, tangan cantiknya tetap menuliskan pencarian di Google untuk mencari tahu siapa sosok Laras sebenarnya. Tentu saja Soya penasaran.
Sedang di dalam lift untuk menuju lantai dasar, Javas tidak menolak ketika Laras melingkarkan tangan di lengannya. Ia membiarkan saja tangan mulus itu melingkar erat.
"Jav, kamu nggak marah?" Tanya Laras lantaran merasa aneh karena Javas bersikap biasa saja dengan tindakannya.
Javas melirik Laras sambil tersenyum geli. Dia menggelengkan kepala.
Wow! Jantung Laras meletup-letup. Dalam hati wanita itu berpikir kalau Javas benar-benar sudah moveon dari Kirana. Laras semakin mengembangkan senyumnya dan menumpukan kepala di lengan kekar milik pria yang sudah memporakpondakan hatinya sejak dulu—namun tak bisa ia miliki. Astaga, Laras sangat bahagia. Hal seperti ini, posisi seperti ini adalah sesuatu yang dulu selalu Laras inginkan. Namun sayang ia tak bisa melakukannya, karena dulu masih ada Kirana di hati Javas. Selama mencintai Kirana dan mengejar cinta Kirana, Javas selalu menjaga jarak dari lawan jenis termasuk teman dekat Kirana sendiri yaitu Laras.
"Jav, boleh aku bilang sesuatu?"
Kedua alis Javas naik. "Hmm, mau bilang apa?"
"Aku—bahagia! Aku seneng kamu menerimaku ah—maksudku, kamu menerima kehadiranku sebagai teman lama. Aku senang, Jav! Kamu berubah. Dulu kamu selalu menjaga jarak dariku, semenjak aku mengungkapkan perasaanku."
Ahh masa-masa itu terungkit lagi. Masa dimana Laras memberanikan diri untuk menyatakan perasaannya pada Javas, tak peduli saat itu Javas menyukai wanita lain. Laras dengan keberaniannya mengatakan kalau wanita itu menyukai Javas. Namun pada saat itu, Javas tak menjawab apapun. Javas hanya pergi begitu saja, tapi Laras terus mengejar Javas sampai ada satu kata yang keluar dari bibir Javas yaitu kata maaf. Entah maaf untuk apa, sampai saat ini pun Laras belum menemukan alasan mengapa malah kata maaf yang keluar dari mulut Javas pada saat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Taste
General FictionJavas tidak terima ketika perasaannya diabaikan begitu saja oleh seorang model cantik bernama Kirana. Wanita itu justru memilih Ratama seorang Dokter hewan yang berpenampilan biasa saja dan dari kalangan orang bawah. Ketika mengetahui Kirana akan me...