Hari yang telah di tunggu-tunggu Tuan Jeremy telah tiba. Kantor terlihat ramai oleh berita yang beredar bahwa sebentar lagi pimpinan mereka akan di pindahtangankan ke anak pemilik perusahaan ini.
Hanya beberapa segelintir orang yang mengetahui Jeremy memiliki anak sulung pria yang sudah dewasa dan umur yang matang. Itu karena Javas enggan identitasnya di publikasikan.
"Siap-siap, Bos baru aturan baru." Ucap wanita berlipstick Pink.
Di apartemen, Javas mematut diri di depan cermin. Pakaian formal khas orang kantoran sudah melekat gagah di tubuh jangkungnya. Tapi, Javas masih belum percaya diri dengan penampilan rapinya ini. Astaga, bahkan saat harus ke kantornya sendiri Javas hanya memakai t-shirt dan celana selutut. Tidak lupa dengan sneakers. Tanpa dasi, jas dan sepatu mengkilap tentunya.
Javas merapikan kembali rambut coklatnya yang menurun dari sang Ayah. Tampil rapi baginya menyusahkan. Karena bukan hanya penampilan yang harus terus rapi, tapi juga sikap.
Setelah dirasa sudah cukup mengamati penampilannya, juga ia sudah di telpon Jeremy berkali-kali untuk segera ke kantor. Jadi Javas bergegas mengendarai mobil kesayangannya ke Java Comerce Indonesia atau biasa orang-orang menyebutnya PT. JCI.
Ketika baru menginjakkan kaki di basement kantor, Javas langsung disapa seseorang. Orang itu bilang kalau dia adalah suruhan Jeremy yang akan mengantarkan Javas ke ruangan Jeremy. Javas yang tidak tau apa-apa hanya manut saja.
Sama seperti gedung perkantoran e-comerce lain. Tempatnya friendly dan ada banyak macam produk makanan ringan yang di sediakan.
"Selamat datang di kantor Java Comerce Indonesia, Pak Javas." Sapa sekretaris Jeremy riang.
Javas hanya tersenyum seadanya dan mengangguk. Pantas Ayahnya betah di kantor, ternyata sektretarisnya bening juga.
"Silakan, Pak Javas bisa langsung masuk ke ruangan Bapak Jeremy. Beliau sudah menunggu." Lagi, Javas hanya mengangguk dan membuka pintu ruang kerja sang Ayah.
"Selamat datang kembali my son. Javas kecil umur lima tahun dulu suka banget main di ruangan ini loh. Kamu masih ingat?" Sapaan panjang itu enggan di tanggapi oleh Javas.
"Langsung ke intinya saja." Katanya.
Jeremy mengangguk paham. "Oh, rupanya kamu sudah tidak sabar mau kerja disini, ya? Baiklah, ayo kita ke ruang meeting untuk memperkenalkan diri. Javas Abiya Pramana calon pemegang JCI!" Seru Jeremy dengan bangga kemudian menghampiri Javas lebih dekat dan merangkul anaknya itu untuk segera ke ruang meeting.
"Selamat pagi semua, perkenalkan saya Javas Abiya Pramana, usia 30 tahun. Anak pertama Jeremy Pramana. Disini, saya akan menggantikan jabatan Ayah saya. Tapi untuk sekarang, saya belum bisa memastikan apapun. Yang ingin saya tekankan untuk perkenalan saya disini, hanya satu. Absensi. Saya tidak suka ketidakdisiplinan. Terimakasih." Setelah memperkenalkan diri Javas kembali duduk di kursinya.
Selama meeting berlangsung, Javas merasakan ponselnya terus bergetar. Saat ia melihat siapa yang menghubunginya, ternyata nomor Kirana. Untuk saat ini Javas harus mengabaikan Kirana. Ia butuh fokus untuk meeting pertamanya.
Setelah satu jam meeting yang membahas absensi dan progres perusahaan selesai, Jeremy mengajak Javas ke ruangan yang akan Javas pakai untuk bekerja. Padahal, Javas kira ia akan bekerja di ruangan Ayahnya. Ternyata tidak.
"Ini ruangan kamu, Javas. Setelah kamu sudah benar-benar menjabat menjadi direktur utama, kamu bisa pindah ke ruangan Dad. Dad masih akan sering ke kantor, sekedar mengecek pekerjaan kamu. Mengerti?"
Malas-malas Javas mengangguk. Dia duduk di kursi kerja barunya. "Dad keluarlah dari sini. Aku butuh fokus untuk memahami beberapa laporan." Usir Javas tidak tanggung-tanggung.

KAMU SEDANG MEMBACA
Another Taste
Ficção GeralJavas tidak terima ketika perasaannya diabaikan begitu saja oleh seorang model cantik bernama Kirana. Wanita itu justru memilih Ratama seorang Dokter hewan yang berpenampilan biasa saja dan dari kalangan orang bawah. Ketika mengetahui Kirana akan me...