sembilan

785 28 0
                                        

Di kediaman rumahnya, Tiur baru saja sampai. Wanita itu memasuki rumah peninggalan kedua orangtuanya yang seketika di sambut oleh tiga kucing peliharaannya dan sang Kakak. Kucing-kucing yang diberi nama kakak beradik itu dengan sebutan Triplets langsung menghampiri Tiur yang baru masuk ke rumah.

Tiur tersenyum senang mendapat sambutan baik dari peliharaannya. Dia lantas membiarkan kucing-kucing itu mengikutinya. Namun tiba-tiba langkahnya berhenti di tengah jalan. Wanita 26 tahun ini memandang sekeliling area ruang tengah di rumahnya dengan tatapan sendu. Sepi dan sunyi. Itu lah yang dia rasakan. Sekarang sudah pukul tujuh malam, biasanya jika ia pulang diatas jam enam, Tama—kakak satu-satunya itu sudah ada di rumah. Memberinya sambutan yang akan selalu menjadi momen membahagiakan untuk Tiur sendiri.

Tapi sekarang, semuanya semu dan sepi. Tama sudah memiliki hidup sendiri dan menjadi milik orang lain. Kemarin adalah hari pernikahan Kakaknya dan semalam adalah pesta pernikahan dua mempelai itu. Dan tadi pagi Tiur sebenarnya tak ingin berangkat ke kantor karena rasa kantuk dan lelah seharian sibuk di acara pernikahan kakaknya. Tapi jika ia tak berangkat, Tiur akan merasa kesepian. Jadi meski lelah bergelantung di kedua bahunya, Tiur memutuskan untuk tetap berangkat ke kantor dimana akhirnya itu menjadi hari yang sulit dimengerti. Ya, baginya bertemu dan makan siang bersama dengan Javas dan diajak berkenalan lebih dekat oleh pria itu adalah hal yang sulit di mengerti oleh Tiur.

Tiur menggelengkan kepala kemudian melanjutkan langkahnya untuk masuk ke kamar. Oh ya, hari ini Tama dan Kirana—Kakak ipar Tiur sedang berbulan madu di Maldives. Sedikit cerita sebelum Tama membawa istrinya ke Maldives, kakaknya itu sempat menawarinya untuk ikut saja ke Maldives karena Tama tidak tenang jika adiknya tinggal seorang diri. Tapi tawaran itu di tolak mentah-mentah oleh Tiur. Aneh-aneh saja Kakaknya itu. Tentu Tiur tak ingin mengganggu momen kebersamaan Tama dan Kirana. Bisa-bisa ia jadi tukang fotografer dadakan disana.

Baru dibicarakan sebentar, seseorang yang sedang Tiur pikirkan itu menghubunginya. Tiur terkekeh kecil melihat nama Tama tertera di layar ponselnya. Segera ia mengangkat panggilan telepon itu kemudian duduk di tepian ranjang.

"Halo?" Sapanya menahan tawa yang ingin meledak karena terlalu bahagia menyambut suara Tama.

"Halo adik Mas Tama yang cantik dan baik hati. Adik cantik sudah pulang kerja?" Suara menyebalkan Tama di seberang sana mulai terdengar.

Jangan heran mendengar sapaan Tama. Kakaknya itu memang selalu memanggilnya seperti itu. Apalagi jika sedang dalam membujuk Tiur, Kakaknya itu akan menambahkan Adik Mas yang cantik dan baik hati, anak sholehnya Ayah Ibu dan rajin menabung! Menyebalkan memang. Tapi Tiur suka.

Pada akhirnya Tiur mengeluarkan tawa kecilnya. "Sudah, ini baru sampai." Sahutnya.

"Pasti belum mandi! Uuh, pantes disini agak ada bau-bau semerbak gitu."

Andai ini panggilan video call, akan Tiur keluarkan wajah garangnya untuk Tama. "Sembarangan! Nggak sampai sana juga kali baunya."

"HAHAHA! Nanti rencananya mau makan apa? Jangan sampai nggak makan lho."

"Mau beli nasi goreng depan komplek saja, Mas." Sekarang Tiur sudah membayangkan betapa enaknya nasi goreng dengan krupuk yang dijadikan sebagai sendok.

"Mau Mas pesankan sesuatu?"

"Nggak lah, nanti Tiur saja."

"Kamu baik-baik saja kan, Dek? Hari ini gimana kerjanya? Aman?"

"Hmm.. yaa begitulah."

"Lho, tumben jawabannya begitu. Biasanya jawab alhamdulillah lancar jaya. Ada masalah ya? Apa Mas pulang sekarang saja?"

Nah, kan! Tama terlalu posesif padanya. Kepala Tiur menggeleng meski tau Tama tidak akan melihatnya mengelengkan kepala. Dan bisa ia dengar omelan dari Kirana yang mengatakan kalau Tama ada-ada saja.

Another TasteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang