Setelah dua hari di sibukkan oleh ancaman sang Ayah, hari ini Javas bisa sedikit lebih santai. Dia pulang ke apartemen, bekerja seperti biasa mengecek keadaan club beserta kantornya. Dan tadi siang dia juga ada jadwal untuk memilih penari stripless yang akan digunakan untuk nanti malam di club Jakarta ini. Begitulah kegiatan Javas sehari-hari.
Javas menduduki sofa single dengan posisi terlentang sambil sedikit menghembuskan napas ringan. Di sebelahnya ada Chandra yang sibuk memakan ayam satu ember yang tadi sempat dibelinya ketika perjalanan pulang. Mereka sedang berada di apartemen Javas.
"Jadi, senin depan lo mulai bekerja di perusahaan Om Jemy, Jav?"
Javas mengubah posisinya menjadi duduk tegak dan melihat si lawan bicara. "Hmm, kayaknya cuma perkenalan aja. Kerja benerannya hari berikutnya."
Mendengar jawaban Javas, Chanda justru geleng-geleng kepala sambil berdecak menampilkan wajah sebal ke arah sahabatnya itu. "Jav, Jav, kenapa nggak dari dulu aja sih lo mau gantiin Om Jemy? Jadi kan kita nggak rugi gede! Club di Makassar ancur. Terus, karir Kirana cewek kesayangan lo juga ikut ancur. Ingat Jav, itu gara-gara lo."
Javas memutar bola mata. "Gue juga butuh waktu kali, Chan!"
"Masalahnya waktu lo terlalu lama! Terus gimana nih, kabar Kirana hari ini? Lo udah terus terang sama dia?"
"Nanti malam. Gue udah ngajak dia buat ketemuan."
"Pasti awalnya dia nolak."
Kali ini Javas menanggapi olokan Chandra dengan senyum pahit. Yah, satu-satunya wanita yang sungguh sulit Javas dapatkan. Siapa lagi kalau bukan Kirana Larasati. Wanita cantik, baik hati, tubuh seksi dan si pemilik bibir candu. Aahh.. Javas rindu bibir merah padam itu.
"Senyum lo ngeri amat, Jav! Lagi ngayal bibirnya Kirana pasti." Chandra memang setahu itu tentang Javas. Bahkan Chandra tau hal kecil mengenai Javas.
"Sok tau lo!" Javas tak segan-segan melempar tulang ayam bekas makan Chandra sendiri ke dada Chandra.
"Kayak nggak ada cewek lain aja sih lo? Ingat, lo udah ditolak Kirana dua kali, coy! Nggak malu lo masih mau perjuangin dia? Dia bukan level lo!" Chandra suka sekali mengolok-olok Javas menggunakan atas nama Kirana.
"Emang gue kurang apa?"
Chandra melirik sepele ke Javas. "Masih nanya. Anu lo kurang gede kali."
"Dia belum liat." Bodohnya Javas menjawab polos.
Pria bermata sipit tapi bukan keturunan China itu lantas tersenyum penuh kemenangan kemudian memberi ide gila untuk Javas. "Makanya lo kasih liat gih, kali dia berubah pikiran."
"Setan lo!"
"Halah, biasa juga lo kasih liat ke cewek-cewek bayaran. Kenapa ke Kirana lo malah maki gue?"
"Karena dia bukan cewek bayaran!"
"Kirana tau nggak ya kalo lo suka main cewek di ranjang, Jav?"
"Ya nggak lah!"
Malam harinya, seperti yang sudah Javas agendakan ia sudah membuat janji dengan Kirana. Untuk bertemu Kirana, Javas sudah resevasi di restoran mahal untuk menjamu wanita pujaannya. Satu jam dari jam pertemuan yang sudah Kirana tentukan sendiri, bahkan Javas sudah di restoran itu. Dia memang segila ini pada Kirana.
Ketika wanita yang ditunggunya telah tiba, Javas cepat berdiri dan menyambut Kirana berlebihan.
"Hai, Sayang! Duduklah." Jangan heran dengan panggilan itu. Kirana bahkan muak mendengar panggilan Sayang dari Javas tapi Javas tidak peduli hal itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Another Taste
Ficção GeralJavas tidak terima ketika perasaannya diabaikan begitu saja oleh seorang model cantik bernama Kirana. Wanita itu justru memilih Ratama seorang Dokter hewan yang berpenampilan biasa saja dan dari kalangan orang bawah. Ketika mengetahui Kirana akan me...