Semenjak kejadian di restoran tempo hari, Javas belum mendekati Tiur lagi. Pria itu akhir-akhir ini sedang disibukkan oleh pekerjaan yang menumpuk. Javas sampai kuwalahan. Pria itu bahkan sampai mengira bahwa Ayahnya sengaja melimpahkan perusahaannya bukan karena usia yang sudah tua, melainkan pekerjaan yang semakin di kerjakan justru semakin menumpuk ini.
Pagi-pagi, Javas sudah harus memimpin meeting untuk membahas dana untuk melaksanakan event bulanan yang memang selalu diadakan sebulan sekali di tanggal cantik. Siangnya, Javas harus menghadiri pertemuan dengan salah satu petinggi perusahaan ekspedisi untuk memperbarui kebijakan kerja sama mereka. Tiga hari berturut-turut pekerjaan Javas lebih sering di habiskan untuk meeting dan bertemu kolega di luar kantor.
Baru siang ini Javas bisa bernapas lega karena persiapan event sudah deal dan beberapa pekerjaan sudah ia kerjakan lebih cepat.
Pintu ruang kerjanya di ketuk dari luar, tak lama sosok Soya muncul membawa dua map yang sebentar lagi akan memusingkan Javas. Javas menghela napas. Baru saja ia akan mengirimkan pesan pada Tiur untuk menanyakan kabar wanita itu, tapi sekarang pekerjaan justru kembali menghampirinya.
"Kali ini pekerjaan apa lagi yang kamu bawa, Soya?" Tanyanya setengah kesal pada Soraya.
Soraya justru terkekeh. "Nggak kok, Pak Bos. Ini cuma proposal tambahan yang untuk event. Harus Bapak tanda tangani." Sahut Soraya meletakkan dua map di meja Javas yang justru langsung di singkirkan oleh pria itu.
"Loh, Pak?" Si sekretaris bingung.
"Besok saja. Sekarang saya butuh bantuan kamu untuk melihat Tiur."
Raut bingung Soraya menghilang seketika setelah mendengar nama yang akhir-akhir ini membuat pekerjaannya bertambah. "Lah kemarin saya kasih info tentang Tiur, Bapak nolak. Katanya sibuk. Giliran saya lagi males mantau dia malah Bapak minta info. Bapak ngerjain saya, ya?" Semprot Soraya.
Sepertinya hanya Soraya karyawan yang berani bicara panjang dan asal ngomong kepada Javas. Untung Javas membutuhkan jasa Soraya, jika tidak sudah dipastikan tempat Soraya bukan disini.
"Sekarang saya sedang tidak sibuk. Saya butuh informasi tentang dia sekarang."
"Kalau nggak sibuk ya udah itu proposal langsung tanda tangani saja. Toh, Bapak sudah tau isinya juga. Nggak usah dibaca ulang lagi." Soraya menunjuk map yang di campakkan Javas begitu saja padahal pria itu sedang tidak ada kerjaan.
Ketika Javas baru membuka bibir untuk membalas ucapan sekretarisnya itu, Soraya langsung menyela lebih dulu. "Terus, Bapak kan lagi nggak sibuk yah. Yaudah, sekali aja Bapak lihat Tiur sendiri. Lebih baik pake mata sendiri kan liatnya? Daripada lewat saya yang belum tentu akurat."
Mata Javas menatap Soraya lebih tajam ketika kalimat itu keluar dari bibir Soraya. Menurutnya sudah lancang sekali. "Kamu mengatur saya, Soya?"
"Y—ya ya, itu sih saran saja, Pak. Cuma menyarankan. Tapi kalau Bapak nggak bisa, saya saja deh yang melakukan. Kalau begitu saya permisi mau pantau Tiur dulu." Soraya dengan raut ketakutannya langsung keluar undur diri.
Javas menghempaskan punggungnya di sandaran kursi kerja. Dia menghela napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Bingung harus bagaimana, Javas memutar kursi kerjanya membelakangi pintu masuk ruangan itu. Kini tatapannya mengarah pada padatnya jalanan di Ibu Kota. Pikirannya berkelana pada sosok Tiur.
Benar yang dikatakan Soraya tadi, kemarin sekretarisnya itu gencar memberikan info tentang Tiur, tapi Javas menolak untuk mendengar informasi itu lantaran pekerjaan yang harus segera ia selesaikan.
Kenapa Javas jadi menyesal begini, ya?
Tak lama ruang kerja Javas kembali di kunjungi oleh Soraya. Wanita itu masuk dengan wajah surut.
![](https://img.wattpad.com/cover/328352509-288-k72304.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Taste
Aktuelle LiteraturJavas tidak terima ketika perasaannya diabaikan begitu saja oleh seorang model cantik bernama Kirana. Wanita itu justru memilih Ratama seorang Dokter hewan yang berpenampilan biasa saja dan dari kalangan orang bawah. Ketika mengetahui Kirana akan me...