Minho mengusap perut buncitnya itu sambil memikirkan buah-buahan yang enak untuk dimakan.
"Chan sayang" panggil Minho dengan manis. Pria itu nampak duduk di kasur sambil membaca buku.
"Iya kenapa?" Tanya Chan.
"Ayo carikan aku buah beri" kata Minho. Chan menaikan salah satu alisnya.
"Tidak mau" katanya berusaha menggoda Minho.
"Anak mu yang mau bukan aku" katanya dengan memelas. Chan masih diam di sana sambil membaca. Minho lalu bangun ke sana.
"Sayang kenapa kau hanya diam? Apa kau tidak cinta ku lagi?" Tanya Minho sambil berusaha menggoda Chan."Minho aku sedang malas" kata Chan. Minho pun kembali merayu suaminya itu.
"Aku sangat ingin makan itu" katanya. Chan lalu menghela napas pelan.
"Ayo cium aku dulu" kata Chan. Minho tersenyum dan mencium bibir pria itu.
"5 kali ulangi" katanya. Minho menurut dan melakukannya.
"Tapi aku tetap tidak mau" kata Chan, Minho langsung kesal dan ingin bangun dari sana.
"Baiklah sayang, kau sangat manis" kata Chan sambil memeluknya dengan erat.
¤¤¤
Chan terus memetik buah beri itu, dia terus mengingat wajah Minho yang kesal padanya.
"Aku tidak menyangka bisa menikah dengan rubah licik itu" katanya.
"Tesshh"
Chan terkejut saat sesuatu mengenai dirinya. Mata pria itu terbelakak saat melihat panah dari bambu itu menusuk perut kanannya.
"Ahh" dia langsung tumbang saat itu.
"Itu dia silumannya, tanggap dia" suara itu membuat Chan terkejut. Dua kemudian berusaha untuk kabur tapi mereka kembali memanahnya sampai dia jatuh. Bambu adalah kelemahan dari ular.
"Hai! Di mana kau menyembunyikan anak kami" kata wanita itu sambil menginjak tubuh Chan. Chan terlihat terengah-engah karena kedua anak panah itu masih menusuk dirinya.
"Lepaskan aku" kata Chan dengan lemas.
"Katakan di mana Minho ular licik, jika tidak kami akan membunuh mu di sini" katanya lagi.
Minho kegirangan saat mendengar suara pintu goa dibuka, dia langsung berlari menghampirinya.
"Minho kau rupanya di sini" katanya.
"Ibu? Kenapa ibu ?" Tiba-tiba wanita itu memeluk Minho dengan erat.
"Minho kita harus pergi dari sini" kata wanita itu dengan panik. Minho lalu terdiam mendengarnya.
"Ibu kenapa?" Tanya Minho lagi.
"Chan bukan rubah, dia siluman ular. Ayo pergi" katanya. Minho diam mematung tak mau ikut dengannya.
"Minho ayo" katanya.
"Tidak ibu, aku tidak kau pergi" katanya. Wanita itu berkaca-kaca mendengar keputusan Minho.
"Ayo nak, ular itu telah menipu kita. Dia itu jahat" katanya.
"Ibu aku sudah tahu semuanya" kata Minho. Mendengar jawaban putranya membuat wanita itu ingin menangis.
"Minho apa maksud mu?" Tanya wanita itu. Minho menunduk sejenak.
"Aku tahu Chan siluman ular, sebelum kami menikah" katanya.
"Kau! Kenapa kau juga menipu ibu?" Tanya wanita itu sambil mengguncang tubuh Minho.
"Aku mencintai Chan ibu" kata Minho kemudian dia menangis.
"Tapi apa kau tahu, jika kaumnya yang telah membunuh ayah mu?" Tanya wanita itu. Minho terkejut mendengar itu.
"Tapi Chan baik, dia tidak pernah menyakiti aku" katanya. Wanita itu benar-benar kecewa mendengarnya.
"Ayo pulang, jika tidak aku akan membunuh ular itu" katanya. Minho menggeleng dan mendorong tubuh ibunya.
"Ibu jahat" katanya lagi.
"Aku yakin mereka tidak melakukan itu, Chan tidak bersalah" katanya. Wanita itu terdiam dan menangis.
"Maafkan aku ibu, tapi aku tidak bisa kembali" katanya.
Minho berlari secepat mungkin untuk mencari keberadaan Chan. Mata pria manis itu terbelakak saat melihat Chan terbaring lemah di tanah dengan berlimuran darah.
(Anggap aja adegannya kayak gini)
"Chan!!" Teriak Minho sambil menangis. Dia langsung mendekat dan memeluk suaminya itu.
"Chan kau kenapa bisa terluka seperti ini?" Tanya Minho sambil menangis.
"Minho kau datang" katanya sambil memegang wajah pria yang paling ia cintai itu. Minho mengusapkan wajahnya di tangan Chan.
"Maafkan ibu dan nenek ku" kata Minho. Dia lalu memeluk Chan dengan erat.
"Aku mencintai mu, terima kasih sudah percaya pada ku" kata Chan dengan berkaca-kaca.
¤¤¤
Semakin lama kondisi Chan semakin memburuk, tapi Minho terus berusaha mengobatinya. Melihat Minho seperti itu membuat ibunya sangat merasa bersalah.
"Ini, biar aku bantu" katanya sambil memberikan air hangat itu. Minho terus meneteskan air matanya. Mata Chan terpejam rapat saat itu.
"Ibu aku takut" kata Minho lagi. Wanita itu berkaca-kaca melihat Minho, dia jadi ingat bagaimana dulu suaminya meninggal.
"Minho Chan itu ular, dia memiliki kelemahan jika terluka dari bambu. Aku benar-benar minta maaf" kata Minho.
"Apa yang harus kita lakukan?" Tanya Minho lagi.
"Lukanya masih basah dan dalam" kata wanita itu. Minho jujur tidak tahu harus melakukan apa.
"Chan apa kau bisa pulang ke rumah mu? Sepertinya hanya di sana kau bisa diobati" kata sang ibu mertua. Chan membuka matanya lalu menatap wajah cantik yang kini tengah menangisi dirinya.
"Sepertinya bisa" kata Chan.
"Bagaimana Minho? Apa aku boleh pergi?" Tanya pria itu dengan lemas. Minho sebenarnya agak berat hati, tapi jika dia terus membiarkan Chan dalam kondisi ini. Minho sangat takut Chan akan mati.
"Iya, aku akan menunggu mu di sini" kata Minho sambil memegang tangan Chan dengan erat. Pria Bang itu tersenyum pucat kemudian dia membuka pelukan untuk Minho.
"Aku mencintai mu, sangat" kata Chan sambil memeluk Minho. Dia kemudian berubah menjadi ular hitam dan langsung melesat pergi dari sana.
TBC
Jangan lupa vote dan komen ya
KAMU SEDANG MEMBACA
THE PRAY [BANGINHO] ✔️
FanfictionFOLLOW AKUN AUTHOR SEBELUM MEMBACA ! Kisah di mana seekor siluman rubah yang bernama Lee Minho yang tak sengaja tertangkap oleh seorang siluman ular. Awalnya Minho di bawa ke tempat siluman itu untuk menjadi seorang tawanan, tapi semakin lama dia me...