Chan duduk diam di goa itu, dia tidak tega meninggalkan Minho di sana. Pria itu menghabiskan waktunya di goa itu tanpa pulang kembali ke rumahnya.
"Aku sangat merindukan dia" kata Chan kemudian. Dia lalu berubah wujud menjadi ular dan keluar dari sana. Chan terus mengawasi Minho dari kejauhan mulai hari itu.
Dia tahu semua yang Minho lakukan, sampai saat Minho kehujanan dan sakit pun Chan tahu.
Malam itu Chan nekat untuk menyelinap ke rumah Minho. Biasanya dia hanya sampai di luar, karena Minho sakit dia langsung masuk ke rumah itu.
Chan melihat pria manis itu ini meringkuk di dalam selimut tebal itu. Dia sudah batuk beberapa kali. Chan turun ke sana dan masuk ke selimut Minho.
Chan menatap wajah pucat itu, mata indah itu saat ini tertutup sangat rapat. Pria itu berusaha menyentuh wajah manis itu dengan tangannya.
"Cepatlah sembuh" kata Chan sambil mencium bibir Minho. Si manis lalu membuka matanya perlahan. Dia memejamkan matanya menikmati sentuhan itu.
"Apa aku bermimpi?" Tanya Minho. Chan lalu membawa Minho ke dalam pelukannya. Pelukan hangat dan sangat dirindukan oleh nya.
"Chan aku mohon jangan pergi" kata Minho sambil mengeratkan tubuh pria itu. Chan mengangguk sambil mengusap punggung si manis.
"Ayo tidur sayang, kau harus segera sembuh. Aku akan menemani ku malam ini" kata Chan.
"Aku tidak mau tidur, saat aku bangun besok kau pasti hilang" kata Minho. Chan menggeleng dan kembali mencium bibir si manis.
Mereka berciuman malam itu untuk melepaskan kerinduannya. Sampai pada adegan dewasa itu mereka lakukan lagi untuk kesekian kalinya.
"Ahh aku mohon jangan pernah lepaskan aku" kata Minho sambil terengah-engah di pelukan Chan. Pria Bang itu tak bisa berhenti mencium tubuh Minho.
"Aku berjanji kita akan bersama Minho" kata Chan lagi. Sampai pada saat Minho pingsan di dalam permainan mereka. Chan melepaskannya dan memakaikan kembali pakaian Minho.
"Minho aku pergi ya" katanya kemudian mencium wajah si manis lalu dia berubah kembali menjadi ular.
¤¤¤
Minho terlihat pucat pagi itu, dia duduk do depan rumah sambil menatap ke arah hutan. Melihat keadaan anaknya membuat sang ibu menjadi khawatir.
"Minho kau kenapa? Sana pergi dengan teman-teman mu" katanya kemudian. Minho menggeleng sambil memeluk kedua kakinya.
"Lalu apa yang kau mau?" Tanya wanita itu. Minho lalu menggeleng, dia sepertinya tidak bisa menceritakan semuanya pada sang ibu.
"Kalau begitu, kau pergi saja ke rumah nenek ya. Ini ibu membuatkannya salad buah" kata pria itu.
Minho pun mengangguk dan dia pergi ke rumah neneknya.
"Nenek" kata Minho sambil tersenyum saat melihat sang nenek. Wanita itu nampak sangat terkejut melihat kehadiran cucunya.
"Wah Minho ini kau?" Tanya wanita tua itu terkejut. Sang nenek kemudian mendekat dan memeluknya.
"Kau semakin cantik ya" katanya Minho hanya terkekeh mendengar itu.
"Ayo masuk" katanya. Sang nenek lalu membawa cucu nya itu masuk ke dalam rumah. Minho terkejut melihat rumah itu, saat kecil dia sepertinya tidak sadar apa saja yang ada di sana.
Banyak sekali foto-foto bertempelan di dinding. Minho mendekat dan mencoba melihatnya satu-satu.
"Nenek di mana foto ayah?" Tanya Minho. Wanita tua itu mendekat ke arah Minho.
"Hmm ayah mu ya?" Tanyanya sambil berusaha mencari. Dia kemudian menunjuk ke sebuah foto.
"Ini dia, dia putra bungsu ku" katanya. Mind tersenyum melihat itu, wajah ayahnya terlihat agak kabur di sana.
"Kenapa ayah bisa meninggal?" Tanya Minho lagi. Wanita itu lalu menggeleng dan kembali. Jawaban yang sama seperti jika Minho bertanya pada ibunya.
"Nenek kenapa tidak jawab?" Tanya Minho sambil mengekor di belakang sang nenek.
"Kau tidak usah tahu, yang penting dia tenang di sana" katanya. Minho menggela napas pelan.
"Pasti terjadi sesuatu kan?" Tanyanya sambil berkaca-kaca. Wanita itu kemudian menghela napas.
"Nenek punya baju baru untuk mu" kata wanita itu berusaha mengalihkan topik.
Minho menatap dirinya di cermin, baju yang di diberikan nenek cukup bagus. Tapi tak heran, karena neneknya seorang penjahit.
"Bagaimana kau suka?" Tanya wanita itu. Minho mengangguk kegirangan. Sang nenek nampak senang dan dia pun membenahi pakaian yang terlihat agak tidak rapi di leher Minho.
"Minho tunggu" katanya. Dia nampak terkejut saat melihat sesuatu.
"Kau kenapa nek?" Tanya Minho bingung.
"Apa ini? Kenapa ada tanda seperti ini?" Tanya wanita itu. Minho lalu melihat ke arah lehernya.
"Ini tanda pengikat siluman ular" katanya. Minho langsung terkejut dan mendorong sang nenek tiba-tiba sambil memegang lehernya.
"Minho katakan apa yang terjadi, apa mereka menyakiti mu?" Tanya sang nenek. Dia lalu menggeleng pelan.
"Nenek sepertinya aku harus pulang" kata Minho lalu dia pergi dari sana. Minho berlari dengan cepat menuju hutan ke tempat dia berjanji akan bertemu dengan Chan.
"Chan!" Panggil Minho saat melihat kolam itu kosong. Dia kemudian berjalan ke sana dengan sedih.
"Kau di mana?" Tanya pria manis itu. Jujur dia benar-benar sangat merindukan Chan.
Byurrr ...
Minho tenggelam dalam kolam itu, padahal tidak terlalu dalam tapi dia menenggelamkan dirinya di sana. Tapi tiba-tiba sesuatu yang besar masuk ke dalam air dan langsung menarik tubuh Minho keluar dari sana.
"Kenapa kau melakukan ini?"
TBC
Jangan lupa vote dan komen ya
KAMU SEDANG MEMBACA
THE PRAY [BANGINHO] ✔️
Fiksi PenggemarFOLLOW AKUN AUTHOR SEBELUM MEMBACA ! Kisah di mana seekor siluman rubah yang bernama Lee Minho yang tak sengaja tertangkap oleh seorang siluman ular. Awalnya Minho di bawa ke tempat siluman itu untuk menjadi seorang tawanan, tapi semakin lama dia me...