🐍 The Pray - Episode 16

621 65 2
                                    

Chan kembali berubah saat sampai di depan mansionnya. Tubuhnya benar-benar sudah tidak berdaya lagi.

"Tuan Chan?" Semua orang terkejut melihat sang majikan dengan keadaan berdarah-darah seperti itu.

Mereka berusaha mengobati Chan dengan cepat, Chan terlihat menjerit saat mereka mengoleskan obat itu.

"Chan kenapa kau seperti ini?" Suara pria itu terdengar di depannya. Karena kesakitan Chan hanya diam saja menahan sakit.


¤¤¤


Chan menatap jendela itu, kamar itu mengingatkan dia pada rubah putih yang selalu ada di hatinya itu.

"Aku harus segera sembuh" katanya. Dia lalu bangun dari sana. Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka.

"Kau jangan bergerak dulu" katanya. Chan terdiam dan kembali merebahkan diri.

"Chan katakan pada ku apa yang sebenarnya terjadi. Yang menusuk mu itu adalah bambu pemusnah, jika kau terlambat sampai mungkin kau bisa meregang nyawa" katanya. Chan hanya diam sambil menatap ke arah lain.

"Tidak apa-apa aku hanya terjatuh dari ranting" kata Chan. Pria itu menggeleng pelan.

"Apa karena rubah itu?" Tanyanya. Seketika raut wajah Chan berubah mendengar itu.

"Ayah dia tidak ada sangkut paut, lagipula dia sudah aku makan" kata Chan langsung mengalihkan topik.

"Kau kira aku tidak tahu, aku bisa saja membunuh mereka semua jika aku mau, tapi aku ingin dengar kejujuran mu dulu" katanya.

"Jika kau tidak mengaku, rubah itu akan mati ditangan ku sendiri" katanya.

Chan menghela napas kemudian menceritakan semuanya. Pria itu langsung terkejut mendengarnya.

"Kau menikahi dia?" Tanyanya. Chan mengangguk pelan, tapi inilah kejujurannya.

"Jangan sentuh dia" kata Chan.

"Kau benar-benar gila Chan" kata pria tua itu.

"Kau tidak akan bisa menyentuh Minho, karena dia saat ini tengah mengandung anak ku. Jika kau berani membunuhnya maka keturunan mu jika akan mati" kata Chan lagi.


***




"Minho ayo makan dulu, kau sudah lama tidak makan" kata wanita itu sambil memberikan Minho sup buah yang baru saja dia buat.

"Tidak ibu, aku tidak lapar" katanya. Ibu Minho menghela napas, dia sudah sangat berusaha membujuk putranya itu.

"Apa kau tidak kasihan pada anak mu? Dia ingin makan juga" kata wanita itu sambil memegang perut buncit itu.

"Chan juga akan sedih saat kau memperlakukan anaknya seperti ini" kata wanita itu. Minho pun mengangguk dan mau makan.

"Minho melihat mu dan Chan, sepertinya dia baik. Aku benar-benar minta maaf karena sudah salah sangka. Dan nenek juga" kata wanita itu.

"Sudah terlanjur ibu" jawab Minho sambil mengunyah makanannya.

"Ibu sebenarnya takut jika hal yang sama terjadi pada mu. Dulu ayah mu ...." sang ibu kemudian menceritakan semuanya. Wanita itu sampai menangis bercerita pada Minho.

"Aku takut, kau meninggalkan aku juga" katanya. Minho berkaca-kaca mendengar itu, kenapa dia baru menceritakan semuanya sekarang?

"Ibu aku juga minta maaf karena marah pada mu" katanya kemudian sambil memeluk sang ibu.

Beberapa bulan berlalu, Minho masih hamil dan menunggu Chan.

"Kau kenapa masih saja hamil ya? Apa karena suami mu ular?" Tanya sang ibu sambil mengusap perut buncit itu. Minho pun tidak tahu.

"Ibu dia bergerak" kata Minho tiba-tiba. Sang ibu tertawa mendengarnya.

"Berapa ya kau anak punya anak? Perut mu besar sekali" kata Minho.

"Satu tidak?" Tanya Minho lagi.

"Aku juga tidak tahu, tapi sepertinya lebih dari satu" kata wanita itu.









Suatu malam, Minho merasakan sesuatu yang memeluk dirinya dari belakang. Seperti sebuah tangan kekar yang hangat.

"Kenapa kau terus tidur?" Suara itu terdengar seperti berbisik.

"Chan?" Mata Minho terbuka. Dia langsung berbalik ke arahnya.

Senyuman itu Minho dapatkan, dia benar-benar Chan.

"Aku merindukan mu" kata pria manis itu sambil memeluk suaminya dengan erat.

"Aku juga" kata Chan sambil mencium bibir Minho.

"Ayo tidur" kata Chan kemudian.



***

Ibu Minho hanya menggeleng-geleng saat melihat anak dan menantunya itu selalu mesra.

"Hmmm apa kalian tidak bosan?" Tanya wanita itu. Minho dan Chan langsung diam sambil menjaga jarak. Keduanya tersenyum lebar saat ibu Minho melihat mereka.

"Ibu aku akan kembali membawa Minho ke hutan ya" kata Chan tiba-tiba. Saat itu Chan menggunakan kakinya agar tidak terlalu menyeramkan di depan sang mertua.

"Kenapa tidak tinggal di sini?" Tanya wanita itu. Keduanya menatap satu sama lain.

"Ibu saat Chan menggunakan kakinya dia cepat lelah dan" wanita itu terkekeh.

"Baiklah baik, aku mengerti. Tiap minggu kalian harus mengunjungi aku" katanya kemudian. Mereka langsung memeluk ibu Minho dengan erat.

"Terima kasih ibu" katanya lagi.

"Akhirnya aku bebas" kata Chan sambil merebahkan Minho ke kasur. Mereka kini sudah berada di rumah Chan yaitu goa.

"Bebas apa maksud mu?" Tanya pria manis itu. Chan mencium Minho berkali-kali sambil melepaskan pakaian si manis.

"Iya bisa menyentuh mu" kata Chan. Dia mengusap perut buncit itu dan menciumnya berkali-kali.

"Sudah aku duga, kau selalu mesum" kata Minho. Pria Bang itu menindih tubuh Minho.

"Kali ini kau tidak akan bisa lari dari ku" kata Chan yang langsung menautkan bibirnya pada Minho.

"Chan ahh kau tidak sedang birahi kan?" Tanya Minho.

"Hmmm sepertinya iya" katanya kemudian langsung melakukan itu dengan Minho.









TBC

Jangan lupa vote dan komen ya

THE PRAY [BANGINHO] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang