Bab 03

190 19 0
                                    

Qiara berjalan di belakang mereka dan terlihat semua gadis-gadis itu sudah siap untuk membully Qiara. "Mau di apain?" tanya Tania sahabat dari Velia

"Kalian bisa gak sih gak bully gw sehari saja?" teriak Qiara

"Oh sudah berani teriak, ya lu?" tanyanya yang langsung mendorong Qiara hingga terjatuh

'Huh, aku harus bisa melawan mereka semua!' batinnya

Velia berjongkok di hadapannya Qiara dan mencengkeram dagunya. "Kalau lu gak mau di bully mendingan lu pergi dari sekolah ini! Atau lu bakal menderita disini sampai mati!" ucapnya

"Gw gak mau! Gw sekolah disini juga bayar, ya kalian jangan seenaknya kayak begitu!" teriak Qiara

Plak!

Namun, Velia malah menampar pipinya Qiara dengan keras. "Jangan pernah membentak gw! Atau lu bakal mati hari ini juga!" ancamnya

Velia pun langsung menyiram air panas ke tubuhnya Qiara dan itu membuat Qiara berteriak karna menahan rasa panas di tubuhnya. "Argh! Jangan lakukan lagi ini sangat lah panas," lirihnya

"Bodo amat, memannya gw peduli? Gak bakal!"

Tidak dengan itu Velia dan teman-temannya langsung menyeret tubuhnya Qiara dan membenturkan kepalanya ke tembok.

"Argh! Tolong jangan bully aku, lepaskan aku!" teriak Qiara yang sudah tidak tahan lagi

"Karna gw baik hati, gw lepaskan lu. Tapi, lu harus ingat satu hal jangan pernah lu dekati Darel! Atau lu bakal tau akibatnya!" ucap Velia yang langsung pergi

Qiara pun di tinggal sendirian dan belum bisa berdiri rasanya badan nya begitu sangat sakit dan juga ngilu. "Tolong!" teriak Qiara

Namun, Qiara yang sudah mulai melemah, ia pun pingsan disana dengan tubuhnya yang basah dan kepalanya yang berlumuran darah akibat benturan tadi.

-o0o-

Tapi, beberapa jam kemudian, ia terbangun dan sudah berada di ruang UKS. Seragam sekolahnya pun juga sudah di ganti dengan pakaian biasa dan kepalanya yang di perban.

"A--aku dimana?" tanyanya, rasanya kepala nya masih sangat sakit dan juga linu

"Kamu sudah sadar?" tanya Darel yang sudah berada di sampingnya

"Darel? Apakah kamu yang membawa aku kesini?" tanya Qiara

"Iya, aku menemukan kamu di belakang sekolah dan kamu juga sudah sangat berantakan. Aku juga langsung memanggil beberapa guru untuk mengangkat kamu," jawab Darel

"Terimakasih banyak kalau begitu. Maaf, jika aku merepotkan mu." ucap Qiara

"Tidak masalah, kalau boleh tau siapa yang membuat kamu seperti ini? Apakah dia telah membully mu?" tanya Darel

Qiara terdiam dan tidak menjawab pertanyaan dari Darel. "Aku ingin pulang." ucap Qiara

"Jangan dulu," cegah Darel

"Memangnya kenapa?" tanya Qiara bingung

"Ada Ayah kamu kesini, dia sedang berbicara dengan kepala sekolah. Lebih baik kamu tunggu dulu disini." jawab Darel

'Ayah? Apakah dia datang kesini? Tapi, kenapa harus dia sih? Harusnya Bunda yang kesini bukan dia!' batinnya

Qiara pun berjalan ke arah luar. Namun, Darel malah menghalanginya dan menyuruhnya untuk duduk kembali. "Jangan menghalangi ku!" ketus Qiara

"Tapi, Ayah mu akan segera kembali kesini." ucap Darel

Qiara hanya menghela nafas panjang dan langsung kembali duduk kembali di tempatnya. Tiba-tiba Ayahnya pun datang dan langsung menghampiri Qiara.

"Kamu gapapa?" tanya Ayahnya yang cukup panik

Qiara tidak menjawab, ia hanya mengganguk saja dan menundukkan kepalanya agar tidak menatap wajah Ayah tirinya.

"Sekarang kita pulang biar kamu bisa langsung istirahat, ya," ucap Ayahnya

Qiara langsung berjalan duluan sambil memegangi kepalanya yang masih sangat sakit akibat benturan tadi.

Saat di mobil Qiara duduk di depan bersama Ayahnya dan menatapi kesedihannya ini. 'Kepalaku benar-benar sangat lah sakit.' batinnya

"Apakah kamu yakin tidak ingin ke rumah sakit?" tanya Ayahnya

"Gak." jawabnya singkat

'Apakah kamu belum bisa menerima ku sebagai Ayah sambung mu.' batinnya yang merasa sangat sedih

Ayah nya pun langsung menyalakan mobilnya dan langsung menjalankannya. Untung saja perjalanannya tadi tidak macet dan sekarang mereka bisa sampai rumah dengan cepat.

Mereka berdua keluar dari mobil dan langsung masuk ke dalam rumah. Terlihat Bundanya yang sedang membaca buku majalah dan langsung menoleh ke arah Dion dan juga Qiara.

"Mas, kamu kenapa kok pulang cepat?" tanya Karin

"Qiara, kamu langsung masuk kamar, ya dan langsung istirahat agar keadaan mu bisa pulih," ucap Ayahnya

Qiara hanya mengganguk saja dan langsung berjalan ke arah kamarnya.

"Kamu kenapa sih susah banget buat perhatian sama Qiara? Mau bagaimana pun dia tetap anak kamu!" ucap Dion

"Aku sudah bilang sama kamu itu urusan aku sama dia! Lagian dulu aku sudah pernah bilang aku gak mau bawa dia kesini. Tapi, kamu malah ngotot." jawabnya

"Sekarang aku tanya kalau dia gak tinggal sama kita, dia mau kemana suami kamu saja sudah meninggal keluarga kamu juga sudah tidak ingin merawatnya. Aku masih punya pikiran dan hati!" bentak Dion

"Aku heran sama kamu, Mas! Kenapa kamu suka sekali belain anak itu, dia, 'kan bukan anak kamu!" teriak Karin

"Dia memang bukan anak aku. Tapi, dia adalah seorang anak yang ingin di beri kasih sayang! Kamu memang gak pantas di sebut orang tua!" teriak Dion yang langsung pergi

Karin terdiam dan mematung di tempatnya. Sejahat itu, 'kah dia dengan putrinya sendiri. 'Gak! Aku gak jahat lagian dia anak yang gak aku inginkan!' batinnya

Disisi lain Qiara hanya bisa duduk di ranjangnya sambil menatapi hidupnya yang pedih ini. "Apakah akan terus berlanjut? Kapan Bunda bisa menyayangiku?" tanya pada diri sendiri

-o0o-

Namun, hari sudah mulai malam Qiara memang belum bisa ngapa-ngapain dulu karna badannya yang masih sangat lemah.

Ayah nya datang dan langsung duduk di samping Qiara. "Kamu gak usah masak, biar Ayah yang nyari makanan di luar," ucap Ayahnya

"Hm, baik." jawab Qiara

"Kamu jangan pernah sungkan untuk meminta tolong, ya." ucap Ayahnya

"Iya." jawabnya singkat

"Maaf, Ayah. Aku memang belum bisa menerima kamu sebagai Ayahku. Tapi, aku akan berusaha untuk menerimanya." lirihnya, saat Ayahnya yang sudah pergi dari kamarnya Qiara





Yang mau tau kelanjutannya, simak terus, ya jangan lupa untuk bantu vote dan juga komentar, ya biar aku makin semangat buat upload cerita nya 🍓

Qiara  ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang