Bab 21

61 5 3
                                    

Setelah itu Qiara kembali ke tempat duduknya dan langsung diam tanpa melirik ke arah mana pun. 'Aku sebenarnya gak mau kayak gini. Tapi, aku pengen kamu bahagia dengan Velia bukan dengan ku.' umpatnya dalam hati

Namun, beberapa menit kemudian bel masuk pun berbunyi semua siswa langsung kembali ke tempat duduknya masing-masing. 'Aku gak mau kehilangan Qiara. Namun, takdir tidak menyatukan aku dengannya.' batin Darel

Terlihat Qiara hanya terdiam saja tanpa ada senyuman di wajahnya. Darel tidak bisa berbuat apa-apa kali ini karna orang tuanya juga sudah menjodohkannya dengan Velia.

"Darel, aku senang deh bisa duduk bareng sama kamu kita memang sudah cocok kok. Tapi, kamu jangan cuek-cuek, ya sama aku saat nanti aku menjadi istri mu." ucapnya dengan pelan

"Ingat, ya kita tuh hanya di jodohkan oleh orang tua gw dan gw juga duduk disini juga karna Qiara bukan karna lu! Dan jangan pernah berharap gw bakal suka sama lu." ucapnya

Velia hanya terdiam saja hatinya benar-benar sangat hancur karna mendengar pernyataan dari Darel. 'Secinta itu kamu dengan Qiara hingga gak ada ruang di hati kamu buat aku.' umpatnya dalam hati

-o0o-

Setelah pelajaran usai mereka semua langsung keluar dari kelas untuk segera pulang, sedangkan Qiara dia berjalan menuju toilet untuk membasuh hidungnya karna lagi-lagi darah keluar lagi dari hidungnya.

"Huh, aku sebenarnya sakit apa, ya? Kenapa keluar darah terus sih apa jangan-jangan aku punya penyakit, ya?" tanyanya pada diri sendiri

"Kepalaku juga benar-benar sakit penghilatanku juga kabur aku kenapa? Aku takut punya penyakit parah." ucap Qiara sambil mengangguk kepalanya yang merasa tambah sakit

Namun, tiba-tiba Velia dan kedua sahabatnya datang ke toilet dan menghampiri Qiara yang sedang memegangi kepalanya itu. "Lo kenapa?" tanya Velia penasaran

"Jangan bully aku dulu! Tubuhku sedang tidak kuat rasanya begitu sangat sakit," jawab Qiara.

"Velia mendingan kita pergi saja deh, dari pada kita nanti malah kena masalah, lu juga lihat Qiara seperti orang yang merasa kesakitan?" bisiknya

Velia hanya mengganguk saja mereka bertiga langsung bergegas keluar dari toilet dan meninggalkan Qiara yang masih kesakitan disana sendiri. "Syukurlah, mereka sudah pergi." lirihnya

Setelah beberapa menit Qiara langsung keluar dari toilet dan bergegas berjalan ke arah parkiran dan masuk ke dalam mobil milik Ayahnya yang sudah dari menunggu disana. "Pak, kita jangan langsung ke apartemen, ya," ucap Qiara

"Lalu mau kemana dong?" tanyanya

"Ke rumah sakit yang terdekat disini saya mau kesana sebentar," jawab Qiara

"Loh, non Qiara sedang sakit? Apa perlu saya kabarkan orang rumah?" tanyanya panik

"Jangan beritahu siapa pun, jangan pernah bilang ke siapa pun kalau saya mau pergi ke rumah sakit." ucap Qiara

Setelah itu mobil langsung melaju ke arah rumah sakit terdekat, karna Qiara sudah sangat tidak tahan dengan rasa sakit kepalanya. Matanya juga seperti berkunang-kunang, entah penyakit apa yang di deritanya.

Sesampainya di rumah sakit supir pribadinya Dion langsung membantu Qiara untuk turun dari mobil karna Qiara juga susah untuk berjalan sendiri. "Terimakasih." ucap Qiara

Ia hanya mengganguk saja dan terus membopong tubuhnya Qiara hingga masuk ke dalam. Setelah itu Qiara menunggu beberapa menit untuk menunggu antrian. Setelah gilirannya, ia langsung masuk ke dalam ruangan dokter.

"Perkenalkan nama saya dokter Citra. Jadi apa keluhan mu Qiara?" tanya dokter perempuan itu, terlihat dia tersenyum kepada Qiara

"Akhir-akhir kepala saya suka sakit dan tadi pagi lebih sakit, saya juga mimisan dan penghilatanku juga tadi benar-benar kabur badanku juga begitu sangat lemah," jawab Qiara

"Hm, mari kamu berbaring disana dan saya akan memeriksa mu terlebih dahulu," ucap dokter Citra

Qiara hanya mengganguk saja dan langsung merebahkan tubuhnya, rasanya dia benar-benar takut jika ada penyakit serius dan bisa membuatnya pergi. 'Antara takut dan senang.' umpatnya dalam hati

-o0o-

Setelah selesai pemeriksaan Qiara pun langsung pulang, ia belum bisa tau penyakit apa yang di deritanya karna, ia harus menunggu hasil pemeriksaannya tadi. Kemungkinan akan keluar besok.

Ada rasa takut dan senang di dalam benak pikirannya. Qiara hanya takut jika penyakitnya bisa membuatnya pergi dan dia juga belum rela jika harus kehilangan Bundanya.

Namun, disisi lain dia akan senang karna mungkin dengan kepergian akan membuat Bundanya tenang tanpa ada beban di hidupnya lagi.

Dan Darel pasti akan bisa berbahagia dengan Velia pada nantinya. "Huh, aku gak tau apa yang akan terjadi setelah ini. Tapi, aku akan berusaha untuk menerimanya dengan lapang dada." ucap Qiara sambil menatapi tubuhnya yang sudah semakin kurus

Entahlah, rasanya begitu sakit tanpa adanya Darel di sampingnya dan tidak ada Bundanya juga. Rasanya begitu sangat sepi sekali.





Yang mau tau kelanjutannya, simak terus, ya jangan lupa untuk bantu vote dan juga komentar, ya biar aku makin semangat buat upload cerita nya 🍓

Qiara  ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang