Bab 14

65 11 3
                                    

Dion yang sudah merasa sangat kesal dengan sifatnya Karin langsung menarik tangan istrinya ke dalam kamarnya. "Mas, kamu ngapain sih tarik-menarik tanganku?" tanya istrinya

"Jelaskan padaku apa yang tadi kamu maksud!" titah suaminya

"Mas, kamu jangan ikut campur dengan urusanku dan juga Qiara!" jawab istrinya

"Aku berhak ikut campur karna kamu adalah istri aku dan Qiara adalah anakku!" ucap suaminya

"Benar, kamu memang adalah suamiku. Tapi, Qiara itu bukan anak kamu!" ucap istrinya

"Memangnya kenapa? Dia, 'kan anak kandung kamu dan dia juga masuk ke dalam keluarga kita. Jadi Qiara itu adalah anakku juga." ucap suaminya

"Tapi, aku gak sudi punya anak kayak dia! Aku gak mau kamu lebih sayang sama dia dari pada sama anak kandung kamu sendiri!" titah istrinya

"Maksud kamu apa? Kamu tau gak apa yang kamu lakukan dengan Qiara? Kamu menampar dirinya," ucap suaminya

"Memangnya kenapa? Dia pantas kok untuk di tampar." ucap istrinya tanpa ada rasanya bersalah

"Kalau kamu kayak gini terus kamu memang gak pantas di sebut sebagai orang tua!" teriak suaminya

Karin menoleh ke arah suaminya dan matanya mulai berkaca-kaca, begitu sakit sekali saat ada yang mengatakannya seperti itu. "Gak terima? Sakit hati kamu?" tanya suaminya

"Itu yang anak kandung kamu rasakan selama ini. Dia gak pernah mendapatkan kasih sayang darimu, selalu kamu bandingkan dan yang lebih parahnya kamu mengatainya anak sial!" lanjutnya

"A--aku--"

"Apa? Minta maaf sama anak kamu! Aku gak mau punya istri kayak kamu, ya. Aku gak tega dengan Qiara." ucap suaminya

Dion pun langsung keluar dari kamarnya dan meninggalkan Karin yang masih mematung disana. 'Apakah aku sangat keterlaluan dengan Qiara?' umpatnya dalam hati

Disisi lain Qiara yang sudah berada di kamarnya, ia hanya bisa menangis disana. Begitu sangat sakit sekali hatinya orang tua yang dia sayangin selalu saja berkata seperti itu dengannya.

"Memangnya aku tidak pantas untuk bahagia? Kalau tidak aku akan berusaha untuk menghilang dari hadapannya." ucapnya

Ia menangis dengan keras tidak ada yang bisa menenangkannya kali ini hanya bisa sendiri di kamar dengan kegelapan.

Namun, Dion tiba-tiba langsung mengetuk pintu kamarnya Qiara. Ia juga bisa mendengar tangisan Qiara yang begitu sangat keras.

Tok!

Tok!

"Qiara, Ayah boleh masuk tidak?" tanya Ayahnya

Tidak ada jawaban dari dalam, Dion yang merasa sangat khawatir langsung masuk ke dalam kamarnya Qiara. Namun, pintu kamarnya Qiara terkunci dari dalam.

Dion langsung mengambil kunci cadangan dan langsung membuka pintu kamarnya Qiara. Terlihat Qiara yang terduduk di dekat ranjangnya dan kamarnya juga terlihat sangat gelap.

Ia sengaja tidak menyalakan lampunya dan tetap berjalan ke arah Qiara.

"Boleh Ayah duduk bersama mu?" tanyanya

Namun, belum ada respon sama sekali dari Qiara. Dion pun langsung duduk di sampingnya Qiara sambil berbicara dengannya.

"Qiara?" panggil Ayahnya

Lagi-lagi Qiara masih terdiam belum ada respon darinya. Ia tau pasti sakit sekali rasanya saat mendapatkan perlakuan kasar dari ibu kandungnya.

"Kamu pasti sangat sakit, ya dengan perkataan Bunda kamu? Ayah juga gak tau kenapa dia bisa berkata seperti itu,"

"Tapi, Bunda kamu masih punya rasa kasih sayang kepadamu walaupun itu tidak terlihat." lanjutnya

Qiara perlahan-lahan menatap wajah Ayah tirinya. "Jika aku pembunuh kenapa Bunda gak bunuh aku saja?" tanyanya tiba-tiba.

Dion terdiam sebenarnya, ia juga tidak tau apa yang harus dilakukannya sekarang. Apalagi dia juga gak tau masalahnya Qiara dan Karin istrinya.

"Kamu bisa menceritakan kehidupan kamu dulu?" tanya Ayahnya

Qiara masih saja terdiam, ia hanya bisa menangis kembali saat harus mengingat masa kelamnya dulu. "Masa lalu ku sangat menyedihkan," lirihnya

"Kenapa kamu bisa berkata seperti itu?" tanyanya lagi

"Terlalu menyedihkannya jika di ceritakan. Tapi, aku akan menceritakannya." jawabannya

"Dulu Bunda tidak pernah begitu dengan ku saat papa masih ada Bunda sangat menyayangiku. Namun, saat aku sudah berusia 5 tahun aku dan papa ku sedang jalan-jalan di sebuah taman,"

"Di hari itu aku benar-benar sangat senang karna selalu bisa menghabiskan waktuku bersama kedua orang tuaku," lanjutnya

"Lalu?"

"Lalu, aku dan papa sedang asik bermain bola disana. Namun, tiba-tiba bola ku terlempar jauh ke sebuah jalan besar. Aku pun langsung berlari untuk mengambilnya,"

"Aku di ikuti oleh papaku yang berjalan di belakang. Sedangkan Bunda hanya duduk di taman sambil mengeluarkan bekal untuk kita bertiga nanti,"

"Namun, tanpa aku sadar ada mobil yang ingin melintas ke arahku. Papa yang mulai panik karna ada mobil, ia langsung berlari dan mendorong ku ke tepi jalan. Tapi, beliau yang tertabrak oleh mobil buka aku." lanjutnya

"Setelah itu bagaimana? Apakah beliau bisa di selamatkan?" tanyanya

"Tidak, aku dan keluargaku langsung menangis saat itu juga kita sudah berusaha untuk membawanya cepat ke rumah sakit. Tapi, takdir berkata lain," jawab Qiara

"Bagaimana setelah itu? Apakah ada perubahan dari sikap Bunda mu?"

"Sangat banyak Bunda jadi lebih suka sendiri dan mengunci dirinya di dalam kamarnya. Aku juga sudah berusaha untuk mengajaknya berbicara. Namun, Bunda selalu marah jika aku ada di dekatnya," jawabannya

"Dan setelah kejadian itu keluargaku lebih suka mencaci maki aku dan Bunda selalu diam saat aku sedang ada masalah. Berjalannya waktu aku mulai dewasa dan selalu diam dan menuruti semua kemauan keluargaku," lanjutnya

"Namun, saat Bunda ingin menikah lagi aku juga merasa sangat senang karna Bunda akan memiliki keluarga baru dan kehidupan yang barunya."

"Tapi, kenapa waktu itu kamu sempat tidak ingin ikut saat Ayah dan Bunda kamu sudah menikah?" tanya Ayahnya

"Saat itu Bunda melarang aku untuk ikut dan aku hanya bisa menuruti kemauannya saja. Tapi, keluarga besarku juga tidak ingin merawatku lagi,"

'Jadi ini mengapa Karin sangat membenci Qiara. Aku akan berbicara lagi dengannya agar Karin bisa mengerti kondisi Qiara.' umpatnya dalam hati

"Tapi, kenapa kamu sangat kaget saat Bundamu mengatakan kamu seperti?" tanya Ayahnya

"Sebelumnya Bunda sudah pernah bilang seperti itu kepadaku. Dan sejak hari itu aku langsung mencari tau kebenarannya," jawab Qiara

"Hm, begitu, ya."

"Yaudah kamu istirahat, ya Ayah mau keluar dulu untuk menemui Bunda mu," ucapnya

Qiara hanya mengganguk saja dan tersenyum kepadanya. Dion pun langsung keluar dari kamarnya Qiara dan menutup pintunya kembali.

"Hm, Ayah begitu baik dengan ku seperti almarhum papa." gumamnya





Yang mau tau kelanjutannya, simak terus, ya jangan lupa untuk bantu vote dan juga komentar, ya biar aku makin semangat buat upload cerita nya 🍓

Qiara  ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang