Bab 05

128 18 1
                                    

Keesokan harinya Qiara terbangun dari tidurnya, ia baru sadar semalam dia tertidur di meja belajarnya. "Hm, jam 06.30 pagi, lebih baik aku tidak masuk sekolah dulu deh." gumamnya

Tok!

Tok!

Tok!

Terdengar suara ketukan pintu dari arah luar kamarnya, ia langsung berjalan ke arah pintunya dan membukakannya.

Namun, alangkah kagetnya yang datang adalah Bunda nya dan terlihat wajahnya yang sangat marah.

"Qiara!" teriak Bundanya saat pintu kamarnya sudah terbuka

"A--ada apa?" tanya Qiara gugup

"Kamu masih nanya ada apa? Kamu gak masak? Ini sudah jam berapa, kamu tuh kalau mau tinggal disini jangan malas!" jawab Bundanya

"M--maaf, aku masih belum sehat untuk pergi masak badan ku masih sangat--"

"Halah diam kamu! Baru kayak gitu saja kamu sudah lemah dasar anak pembawa sial!" bentak Bundanya

Qiara hanya bisa menangis saja hatinya begitu sangat sakit karna ucapan dari Bundanya.

"Sekarang kamu harus di berikan pelajaran agar kamu gak mengulanginya lagi!" teriak Bundanya

Bundanya langsung menarik tangan Qiara ke arah kamar mandi dan melepaskan tangannya hingga membuat Qiara terjatuh ke lantai.

Dan seketika Bundanya langsung mengguyur tubuhnya Qiara dengan air yang sangat dingin. "Bunda, aku minta maaf!" teriak Qiara

"Diam kamu! Ini belum seberapa, kamu hanya beban untukku dan keluargaku saja!" bentak Bundanya

"A--aku sudah sangat kedinginan," lirihnya

Namun, Bundanya sama sekali tidak peduli dengan ucapannya Qiara, ia masih tetap menyiraminya dengan air.

Setelah puas Bundanya langsung berjongkok di depannya Qiara dan langsung mencekik lehernya Qiara.

"Ingat! Kamu jangan pernah membuat ulah disini, kalau kamu masih pengen tinggal bersama saya turuti kemauan saya! Jangan pernah keluar dari kamar!"

"Kamu paham?" tanya Bundanya

"P--paham," jawabnya

"Bagus!"

Bundanya langsung pergi meninggalkan Qiara yang masih duduk di lantai dengan tubuhnya yang basah kuyup.

"Aku gak mau pergi dari Bunda. Tapi, aku sudah sangat lelah dengan sikapnya. Apa yang harus aku lakukan sekarang." lirihnya

Sedangkan disisi lain Ayahnya yang baru saja keluar dari kamarnya, ia sedang membawa tas yang berisi sebuah baju miliknya dan juga istrinya.

"Kalian, sudah siapkan semuanya?" tanya Ayahnya

"Sudah!" jawabnya bersamaan

"Dika, Dila, saat kita sudah disana jangan pergi dari kita, ya tetap diam bersama kami." ucap Bundanya

Kedua anaknya hanya mengganguk saja dan sudah sangat senang untuk pergi jalan-jalan bersama kedua orang tuanya.

"Hm, gak ada yang ketinggalan, 'kan, sayang?" tanya suaminya

"Tidak ada kok, semuanya sudah siap kita tinggal berangkat saja." jawab istrinya

"Ayah, kak Qiara gak ikut kita?" tanya Dila tiba-tiba

Dion pun langsung teringat dengan Qiara, ia juga lupa kalau Qiara sedang kurang baik kondisinya. "Kamu benar, dia kemana, ya?" tanya Ayahnya

"Mungkin masih di kamarnya." jawab Dila

"Mas!" panggil Karin sambil menggenggam tangan suaminya

"Dia sedang istirahat, aku juga sudah memberitahunya kalau kita akan pergi dan nanti ada teman-temannya yang akan kesini," ucap istrinya berbohong

"Bagus lah, aku sudah cukup tenang kalau begitu." jawab suaminya

Karin tersenyum sinis. 'Oke sekarang aku tinggal pergi saja dan sisanya akan di urus sama Velia.' batin Karin

Mereka berempat pun langsung keluar dari rumah dan menuju ke dalam mobil, mereka di hantar oleh supir pribadinya Dion. 'Hm, aku gak yakin dengan ucapannya Karin, lebih baik aku akan mencari cara lain.' batin Dion

Mereka semua yang sudah di dalam mobil dan mulai sibuk dengan hpnya sendiri-sendiri. Dion pun langsung mengabari asisten pribadinya untuk menjaga Qiara saat dia sedang pergi nanti.

[ Rendy, saya minta tolong sama kamu untuk menjaga rumah saya dan jaga anak saya Qiara. Dan kalau ada hal yang mencurigakan beritahu saya ]

Setelah mengirim pesan ke Rendy, ia pun langsung menunggu jawaban dari Rendy.

Ting!

Dion yang mendengar hpnya berbunyi langsung melihat kembali isi hp dan ternyata Rendy baru saja membalasnya.

[ Baik, Tuan. Kalau boleh tau memangnya anda pergi kemana ]

[ Saya dan keluarga sedang ingin pergi ke pantai. Namun, Qiara tidak bis ikut karna keadaannya yang kurang sehat ]

[ Ah begitu rupanya, kalau begitu saya akan segera pergi ke rumah anda dan akan menjaga nona Qiara ]

[ Satu hal lagi, jika ada orang yang mencurigakan jangan pernah untuk masuk. Karna saya takut kalau ada orang yang ingin mencelakakan putri saya ]

[ Tuan, memang nya siapa yang berani dengan anda? Yang berurusan sama anda, 'kan pasti akan ada imbasnya ]

[ Kamu tidak perlu tau, yang saya inginkan kamu jaga Qiara jangan sampai di keluar dari rumah ]

[ Baiklah, kalau begitu saya akan kesana sekarang ]

[ Iya ]

Seperti itu lah chatan Dion dan Rendy, sebenarnya Dion tidak ingin pergi untuk sekarang apalagi dengan kondisi Qiara yang seperti itu.

Namun, Karin yang dari tadi memperhatikan suaminya langsung bertanya dengannya. "Kamu chatan sama siapa sih?" tanya istrinya

"Dengan asisten ku saja," jawab suaminya

"Memang nya kamu chatan apa dengan nya? Soal kerjaan?" tanya lagi

"Iya." jawabnya bohong

"Oke deh." ucapnya

'Maaf, aku berbohong sama kamu Karin, aku gak pengen kamu tau yang sebenarnya aku kayak gini juga untuk melindungi Qiara anak kamu sendiri.' batin Dion

-o0o-

Beberapa jam kemudian. Akhirnya, mereka sampai di bandara, mereka semua langsung berjalan untuk pergi ke pesawat yang sudah di pesannya kemarin.

"Mas, aku sama anak-anak masuk duluan, ya soalnya mereka juga sudah pada kesenangan." ucap istrinya

"Iya, bawa mereka dulu aku mau beli makanan ringan untuk mereka." jawab suaminya

Karin dan kedua anaknya langsung berjalan ke arah pesawat, sedangkan Dion langsung ke sebuah kantin yang terlihat sedang berjualan jajanan ringan.

Namun, saat sudah selesai, ia langsung bergegas berjalan ke arah pesawat. Sesampainya disana Dion duduk bersama Karin. "Anak-anak dimana?" tanya Dion celingak-celinguk

"Di depan kita, Mas mereka lagi makan bekal yang tadi pagi aku siapkan." jawab Karin

Dion pun berdiri dan langsung melihat kedua anaknya sedang santai sambil memakan bekal yang di siapkan oleh Karin tadi pagi.

"Enak banget kayaknya, Ayah gak di bagi nih?" tanya Ayahnya

"Gak boleh! Ayah makan saja yang lain." protes Dila

Dion hanya tersenyum dan langsung duduk kembali di tempat semula. "Mas," panggil istrinya

"Kenapa?" tanya suaminya

"Gapapa." jawab istri nya yang langsung bersender di bahunya Dion

'Maaf.' batin Dion





Yang mau tau kelanjutannya, simak terus, ya jangan lupa untuk bantu vote dan juga komentar, ya biar aku makin semangat buat upload cerita nya 🍓

Qiara  ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang