Setelah itu Qiara langsung kembali ke tempat tidurnya untuk beristirahat, ia benar-benar tidak ingin memikirkan masalah penyakitnya biarlah itu menjadi urusannya nanti.
"Lebih baik aku tidur dulu lagian besok aku juga akan sekolah dan aku akan kembali ke rumah untuk bertemu dengan Bunda." ucapnya
-o0o-
Keesokan harinya Qiara bangun seperti biasa Namun, di pagi hari, ia akan mengalami rasa sakit kepala seperti biasanya, dia tidak begitu nyaman dengan situasi seperti ini ditambah lagi dengan selalu mimisan.
"Huh, kenapa tidak mati saja sih! Kenapa harus menyiksaku seperti ini pengen sekali bercerita kepada Bundanya. Tapi, apa daya pasti Bundanya tidak akan mau mendengarkan keluhaku yang sedang sakit ini." gumamnya
"Lagian untuk apa aku masih hidup seperti ini Bunda juga tidak akan mau mempedulikanku lagi apalagi dengan aku yang sedang sakit ini pasti dia akan menyebutkan beban untuknya."
Qiara hanya bisa mengelas nafas panjang dan langsung bergegas untuk berangkat sekolah hari ini dia akan berangkat lebih pagi lagi agar dia bisa diam seperti biasa di kelasnya.
"Pak, nanti saat aku mau pulang sekolah bapak gak usah jemput aku. Soalnya aku mau ke rumah Bunda dulu mau ketemu dengan beliau dan sama Ayah juga," ucap Qiara
"Tapi, kenapa gak diantar saja non kenapa harus sendiri apakah nona Qiara ingin pergi ke suatu tempat terlebih dahulu?" tanyanya
"Mungkin saja makanya bapak tidak usah berjemput saya nanti bapak langsung pulang saja setelah mengantar saya ke sekolah." ucapnya
"Baik." ucapnya
Setelah itu Qiara langsung berangkat ke sekolah. Sesampainya disana Qiara langsung keluar dari mobil dan berjalan ke dalam sekolahnya.
Sesampainya di kelas Qiara langsung duduk di bangkunya. Namun, ia tidak sengaja melihat Darel yang datang ke kelas juga. 'Tumben banget dia berangkat pagi.' umpatnya dalam hati
Namun, tidak Qiara pedulikan dia fokus dengan hpnya dan pura-pura tidak melihat ada Darel di dalam kelas. Tapi, tiba-tiba saja Darel datang menghampiri Qiara dan duduk di sampingnya. "Qiara." panggilnya
"Ada apa?" tanyanya tanpa menoleh ke arah Darel
"Kamu kenapa? Kok wajah kamu pucat banget? Jangan bilang kamu sakit? Aku gak tau kenapa mendiamkan aku seperti ini." jawab Darel
Qiara hanya berdiam saja mendengar jawaban dari Darel, ia tetap tidak peduli dengan Darel apapun ucapannya Qiara hanya fokus dengan hpnya saja dan tidak memperdulikannya.
"Jika aku punya kesalahan dengan mu tolong berbicaralah jangan seperti ini mendiamkanku tanpa alasan kalau aku tau masalahnya aku akan mencoba untuk memperbaikinya," ucapnya
'Kau ini kenapa sih, bukannya dia sendiri yang pengen menjauhiku karena sudah dijodohkan dengan Velia Kenapa tiba-tiba jadi seperti ini ini membuatku bimbang.' umpatnya dalam hati
"Tidak ada! Lebih baik kamu pergi ke tempatmu jangan duduk di sini jika Velia tau malah akan membuat masalah aku gak mau ada masalah diantara kita berdua lagi." ketusnya
'Atau jangan-jangan dia sudah tau kalau aku akan dijodohkan dengan Velia. Tapi, dia tahu dari mana bukannya hanya aku dan Ayahnya yang tau.' umpatnya dalam hati
"Yaudah, kalau itu mau kamu aku pergi dari sini. Tapi, sebelum itu bisakah kita berdua lagi jalan-jalan bersama dan makan seblak bersama di pantai aku ingin berdua denganmu saat ini." ucapnya
"Darel, aku sibuk dan gak ada waktu untuk pergi kemanapun lebih baik kamu pergi saja dengan Velia jangan bersamaku." ucapnya
Qiara yang sudah muakk dengan Darel, ia langsung pergi dari tempat duduknya dan berjalan ke arah rooftop untuk menenangkan dirinya rasanya kepalanya benar-benar membuatnya kembali sakit lagi.
"Tuhan, kenapa aku tidak bisa bersama dengan orang yang aku sukai Kenapa hidupku tidak bisa lama lagi akankah Aku harus pergi dari dunia ini dan bisa kembali dengan papa?" tanyanya
Namun tiba-tiba saja rasa sakit yang ada di kepalanya Qiara makin membuatnya frustasi rasanya begitu benar-benar sakit dan tidak bisa tertahankan Qiara pun langsung ambruk di tempat. "Tolong." lirihnya
-o0o-
Namun beberapa jam kemudian Qiara sadar dari pingsannya dia melihat sekitarnya ada di sebuah ruangan yang tidak lain mendadak rumah sakit. "Siapa yang membawa aku kesini." Gumamnya sambil memegangi kepalanya yang merasa sakit
Qiara pun melihat ada Ayahnya dan Bundanya yang sedang duduk di sofa, sepertinya mereka belum sadar jika Qiara sudah sadar. "Aku dimana?" tanyanya
Dion dan Karin yang mendengar suaranya Qiara mereka langsung menghampirinya dan melihat gadis itu yang sudah tidak berdaya. "Qiara kamu sudah sadar?" tanya Ayahnya
Ia hanya mengganguk saja Karin pun tersenyum baru kali ini dia bisa tersenyum kembali di hadapannya Qiara. "Mas, aku mau berbicara berdua dengan Qiara." ucap istrinya
Dion hanya mengganguk saja dan langsung keluar dari ruangan rumah sakit. "Ada apa?" tanya Qiara, ada rasa takut saat harus berbicara dengan Bundanya.
•
•
•
•
•Yang mau tau kelanjutannya, simak terus, ya jangan lupa untuk bantu vote dan juga komentar, ya biar aku makin semangat buat upload cerita nya 🍓
KAMU SEDANG MEMBACA
Qiara ( END )
RandomSeorang anak yang bernama Qiara Anastasya yang baru saja berumur 18 tahun. Memiliki banyak trauma yang dia alami saat masa kecil dan remaja nya. Akankah, ia akan bisa melupakan semua trauma nya atau akan terjadi yang lebih menegangkan?