Bab 22

61 5 10
                                    

Saat malam harinya Karin yang sedang berada di ruang tamu, ia sedikit bingung rasanya seperti ada yang menghilang dari rumahnya. "Ini kenapa hatiku gak tenang, ya? Kok kayak ada yang hilang. Tapi, apa? Semua keluargaku pada di kamarnya masing-masing." gumamnya

Karin pun langsung beranjak dari duduknya dan berjalan ke arah kamarnya Qiara dan terlihat tidak ada Qiara disana, ia bingung kemana dia. Memang sejak pagi Karin tidak melihatnya sama sekali.

"Qiara? Ada dimana anak itu? Kenapa gak ada di kamarnya, ya sejak pagi aku juga tidak melihatnya? Atau dia pergi dari rumah ini, ya?" tanyanya pada diri sendiri

Entah mengapa ada rasa takut dan cemas saat Qiara tidak ada di dalam kamarnya, apalagi sekarang sudah malam dan di tambah hujan yang deras.

Namun, Karin mengambil hpnya dari kantung celananya dan menelpon Qiara. Tapi, no tersebut malah tidak aktif sama sekali. "Kemana dia? Kenapa aku jadi cemas seperti." ucapannya

Ia pun mencoba untuk ke kamarnya dan melihat suaminya yang sedang sibuk dengan laptopnya. Karin pun perlahan duduk di samping suaminya dan melihat suaminya yang sedang bekerja. "Kenapa?" tanya suaminya tanpa menoleh ke arah istrinya

"Aku hanya melihat kamu saja memangnya tidak boleh, ya?" tanyanya dengan suara yang manja

"Hm, terserah." jawabnya singkat

"Kamu kenapa sih, Mas kok kamu makin hari cuek banget sama aku? Memangnya aku punya salah apa sama kamu sampai-sampai aku di cuekin terus!" ucapnya dengan kesal

"Kamu pikir saja sendiri apa kesalahan mu! Kalau kamu sudah sadar bagus. Tapi, kalau kamu belum sadar juga aku akan terus tetap seperti ini." jawabnya

Dion langsung beranjak dari tempat tidurnya dan membawa laptopnya keluar dari kamarnya. Namun, beberapa detik kemudian Karin langsung memanggil suaminya itu. "Mas,"

"Ada apalagi?" tanyanya

"Dimana Qiara?"

"Kamu masih peduli dengan Qiara? Bukannya kamu benci sama Qiara? Ngapain kamu tanya dia." jawabnya

"Aku ini ibu--"

"Ibu macam apa kamu? Kamu gak pantas di sebut ibu mengurusi Qiara saja kamu gak bisa bagaimana kamu mau menjaga anak-anakku." ucapnya yang langsung pergi

Karin benar-benar gak bisa berkata-kata apapun, ia begitu bodoh karna selalu membiarkan Qiara sendiri. Namun, dia seperti ini karna sangat tidak terima dengan kematian mantan suaminya itu.

"Apa aku benar-benar keterlaluan dengan Qiara? Aku harus meminta maaf dengannya sebelum terlambat. Tapi, aku gak tau dimana Qiara sekarang." ucapnya

-o0o-

Disisi lain Qiara yang baru saja selesai mandi, ia pun duduk di sofa sambil menikmati teh hangat yang tadi di buatkan oleh asistennya. Namun, tiba-tiba darah keluar lagi di hidungnya dan dia bergegas pergi ke kamar mandi.

"Kenapa darah yang keluar makin banyak? Aku gak mau kayak gini terus, kepalaku juga sangat pusing sekali badanku begitu sangat lemah dan tidak ada rasa semangat sama sekali." ucapnya

Setelah itu Qiara langsung merebahkan tubuhnya di tempat tidurnya agar rasa pusing di kepalanya bisa menghilang. Namun, tiba-tiba saja hpnya berdering dan Qiara langsung mengambil hpnya di meja.

"Ini nomornya siapa, ya kok gam kenal sama nomernya." gumamnya

Tanpa pikir panjang Tiara langsung mengangkat telepon tersebut dan ternyata itu adalah dokter Citra yang tadi siang bertemu dengannya saat pemeriksaan di rumah sakit, iya juga lupa kalau Qiara ara memberikan nomornya kepada dokter Citra.

📞Halo, dokter Citra

                                                               Halo, kamu ada dimana📞

📞Bisa kirimkan alamat mu

                                                          Memangnya untuk apa, ya📞

📞Saya besok tidak bisa ke rumah sakit

                                            Hm, begitu, ya nanti aku Sherlock 📞

📞Tapi kamu harus sabar dengan hasilnya

                                                       Hm, maksud dokter apa sih 📞

📞 Setelah membacanya kamu kabarin saya

Telepon tersebut langsung dimatikan oleh dokter Citra, Qiara benar-benar dibuat bingung olehnya entah apa hasil pemeriksaan tersebut nantinya.

"Aku harap tiada penyakit yang serius sekali." ucapnya

Beberapa menit kemudian, tiba-tiba ada seseorang yang mengantarkan surat kepada Qiara dan Qiara ara pun langsung mengambil surat tersebut karena, ia tau itu adalah surat yang di kirim oleh dokter Citra.

Setelah mengambilnya Qiara ira langsung masuk lagi ke dalam dan duduk di sofa, dia sangat takut dengan hasil tersebut. Namun, saat Qiara membuka surat tersebut dia dibuat kaget dengan isi dari surat itu.

"Apa aku kena kanker otak stadium 3?" ucapnya

Tiba-tiba surat yang dia pegang pun terjatuh Qiara benar-benar sangat takut saat membacanya kembali, ia tidak percaya jika, ia mengidap kanker otak. "Padahal aku cuman merasakan sakit kepala saja kenapa aku terkena kanker otak." ucapnya

Qiara benar-benar terpukul dengan surat itu, ia tidak menyangka jika, ia mengidap sebuah penyakit yang cukup berbahaya. "Apakah aku tidak bisa berbahagia di dunia ini lagi? Mungkin dengannya aku pergi semua orang bisa berbahagia,'kan." ucap Qiara dengan tangisan yang terisak-isak





Yang mau tau kelanjutannya, simak terus, ya jangan lupa untuk bantu vote dan juga komentar, ya biar aku makin semangat buat upload cerita nya 🍓

Note : Hola 3 bab lagi bakal end yaaaa

Qiara  ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang