Bab 24

74 9 5
                                    

Karin menatap wajahnya Qiara banyak sekali rasa bersalah  kepada Qiara anaknya yang dia sayangi dan dia kandung selama 9 bulan. Namun, lselalu disia-siakan saat dia beranjak dewasa hanya karena kesalahpahaman saja.

"Bunda jangan marahi aku sekarang, biarkan aku istirahat badanku benar-benar sangat--"

Tiba-tiba Karin menutup mulutnya Qiara dengan tangannya. Karin lalu memegangi tangannya Qiara dan menggenggamnya dengan erat. "Qiara setakut itu, ya sama Bunda?" tanyanya

Qiara yang mendengar pertanyaan dari Bundanya hanya bisa terdiam, apakah dia sedang bermimpi. 'Ini aku sedang bermimpi? Tapi, kalau iya biarkan terus begini sebentar saja.' umpatnya dalam hati

"Jangan diam saja Bunda sedang berbicara dengan Qiara, kamu takut dengan Bunda. Pasti kamu masih sakit hati dengan ucapan Bunda selama ini." ucap Bundanya

"Aku sedang gak bermimpi, 'kan Bunda? Aku benar-benar sedang berbicara dengan Bunda, 'kan?" tanyanya dengan semangat

Karin hanya mengganguk saja sambil membelai rambutnya Qiara. "Bunda akan bersama terus dengan Qiara, jadi jangan pernah pergi, ya dari Bunda." ucap Bundanya

Namun, Qiara terdiam sejenak sebenarnya ini ada momen yang sangat di tunggu olehnya. Tapi, disisi lain Qiara juga tidak yakin bisa terus bersamanya. Apalagi dengan kondisinya yang sekarang.

Entah, apakah saat ini mereka semua sudah tau belum tentang penyakitnya sekarang. 'Aku akan mencoba untuk tetap sehat walaupun itu gak akan mungkin terjadi Bunda.' umpatnya dalam hati

"Bunda, aku pengen istirahat dulu, ya Bunda keluar saja dulu aku juga lagi pengen sendiri. Aku juga bukan berarti ngusir Bunda, ya. Tapi, aku benar-benar butuh waktu buat sendiri." ucap Qiara

Karin hanya mengganguk saja, ia akan menuruti kemauan putrinya itu. Namun, ia juga sedih di saat Karin ingin merubah Qiara malah seperti menghindarinya. "Yaudah, kalau gitu Bunda keluar dulu, kalau kamu butuh sesuatu kamu bilang sama Bunda, ya." ucap Bundanya sambil mencium kepala Qiara

Karin pun langsung keluar dari ruangannya Qiara dan Qiara pun langsung duduk dan mengambil hpnya di nakas. "Hm, kepala aku makin sakit terus, bagaimana aku bisa sembuh jika harus seperti ini terus." ucapnya

Qiara menghela nafas panjang dan mencoba untuk mengabari dokter Citra untuk menemuinya di rumah sakit yang sama. Sebenarnya, ia takut untuk membicarakan penyakitnya takut ada orang yang mengetahuinya apalagi orang tuanya.

Namun, Qiara harus tetap membicarakan penyakit ini bagaimanapun dia harus bisa sembuh walaupun kemungkinannya kecil dan tidak memungkinkan untuk dia sembuh. Namun, tidak ada salahnya untuk mencoba bukan.

[ Dokter Citra apakah kamu sedang ada di rumah sakit jika iya bisa temui aku di ruang VIP nomor 13 ]

Hanya itu yang Qiara bisa sampaikan saat ini, ia akan menjelaskan kenapa dia bisa di rumah sakit saat dokter juga sudah berada di sampingnya ada rasa takut karna harus bertanya tentang penyakitnya.

Qiara hanya takut kalau dia tidak bisa berlama-lama lagi di dunia ini dan mungkin dia akan pergi untuk  selama-lamanya untuk menemui papanya.

"Tuhan, jika aku bisa diberi umur panjang aku akan membuat semua keadaan menjadi lebih baik. Namun, jika aku harus kembali di sisimu aku akan terima semua itu." ucapnya

Namun tiba-tiba terdengar suara hp dan Qiara langsung melihat isi hpnya dan benar saja itu adalah dokter Citra yang sudah membalas pesannya tadi.

[ Saya akan kesana nanti sore, karna hari ini aku ada jadwal di rumah sakit lain, aku akan mengabari mu nanti lagi. Saya tau kamu di rawat, 'kan? Nanti saya akan ke ruangan mu ]

Qiara  ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang