Setelah selesai makan Darel dan Qiara pun langsung meminum air yang sudah di siapkan tadi dan Qiara pun langsung meletakkan mangkuk kotornya di dapur. "Makasih, ya seblaknya." ucap Qiara
"Iya, sama-sama lagian seblak bakal menjadi makanan favorit kita berdua, 'kan," ucap Darel
"Berdua? Maksudnya gimana, ya?" tanya Qiara bingung
"Eh, maksudnya itu seblak bakal jadi makanan yang paling favorit kalau kita lagi bersantai seperti ini," jawab Darel gugup
"Oh begitu, aku kira kenapa." ucap Qiara
"Hehe, ya begitu." balas Darel
'Aduh kok gw bisa-bisanya ngomong kayak gitu sih. Untung saja Qiara gak ngerti sama omongan gw tadi.' umpatnya dalam hati
"Eh, kalau begitu aku langsung pulang, ya takut kesorean," ucap Darel
"Yaudah deh, kalau begitu hati-hati di jalan, ya Darel," ucap Qiara
"Iya cantik." balas Darel
Qiara yang di bilang cantik wajahnya langsung terlihat sangat senang sekali. 'Aduh kok aku jadi deg-degan, ya sama Darel.' umpatnya dalam hati
"Dadah Qiara,"
"Dah Darel." balasnya
Setelah Darel pergi Qiara berniat untuk kembali lagi ke dalam kamarnya untuk beristirahat karna hari ini tubuhnya begitu sangat lelah dan kepalanya juga merasa sangat pusing.
"Aduh kepalaku pusing lagi pasti ini aku tadi kebanyakan nangis deh." gumamnya
Qiara pun berniat untuk merebahkan tubuhnya di tempat tidurnya untuk beristirahat agar tubuhnya bisa kembali vit lagi.
"Hm, Ayah sama Bunda gimana, ya? Aku takut mereka bertengkar lagi karna aku." ucapnya
-o0o-
Disisi lain Bundanya yang baru sampai rumah, ia langsung duduk di sofa dan berdiam disana. "Mbok Jume," panggil Karin
Mbok Jume yang merasa namanya di panggil, ia langsung menghampirinya dan ternyata yang memanggilnya adalah Karin. "Ada apa, Bu?" tanya mbok Jume
"Bikinin saya teh hangat, ya saya pengen minum yang dingin-dingin soalnya," jawab Karin
"Oke siap." ucapnya yang langsung pergi ke dapur untuk membuatkan minuman yang di minta Karin
"Dimana anak itu? Lelah sekali aku dengannya selalu saja membuat masalah denganku." gumamnya
Tiba-tiba mbok Jume datang kembali sambil membawakan minuman yang di minta Karin tadi. "Ini, Bu." ucapannya sambil meletakkan es tehnya di meja
"Terimakasih." jawab Karin
"Sama-sama, Bu."
Mbok Jume langsung kembali lagi ke dapur dan meninggalkan Karin yang berada di ruang tamu sendirian.
Namun, tiba-tiba Dion datang dan langsung menghampiri Karin yang sedang bersantai di ruang tamu. "Dari mana kamu?" tanya suaminya
"Kamu gak perlu tau aku dari mana, yang pasti aku sedang menenangkan pikiranku dari anak itu." jawabnya
"Karin, kenapa kamu harus seperti ini dengan anak kandung kamu sih?" tanyanya lagi
Karin menoleh ke arah suaminya dan menatap tajam wajahnya. "Kamu masih tanya kenapa? Dia yang sudah membunuh suamiku!" jawabnya
"Kamu gak mikir? Kalau suami kamu dulu gak menyelamatkan Qiara, pasti anak kamu sudah tidak bersama mu juga." ucap suaminya
Karin terdiam sejenak dan mencerna omongan suaminya itu. "Lebih baik aku kehilangan dia dari pada suamiku!" ketusnya
"Karin, kamu gak lupa sekarang kamu juga sudah memiliki dua anak kembar yang ada di rumah ini. Andaikan hal dulu kamu alami terulang kembali. Apa yang kamu lakukan?" tanyanya
Ia pun langsung menatap wajahnya suaminya, kenapa bisa-bisanya dia bisa berkata seperti itu. "A--aku gak tau," ucapnya ragu
"Kenapa kamu? Bingung, 'kan? Qiara adalah anugrah yang harus kamu jaga dan kamu sayangin. Bukannya di perlakukan dengan kasar."
"Aku gak tau harus bagaimana dengan kamu, jika kamu masih seperti ini dengan Qiara aku akan membawa Qiara pergi dari kamu!" ucapnya
"Mas! Dia anakku jangan pernah bawa dia kemana pun!" teriak istrinya
"Kamu selalu saja bilang dia anak kamu! Tapi, apakah kamu sudah memperlakukan Qiara sebagai seorang anak dan memberikannya kasih sayang? Tidak, 'kan!" ucap suaminya
"Renungkan kesalahan mu itu, dan meminta maaf lah dengan anak mu sebelum terlambat dan Qiara di ambil kembali dengan sang cipta." ucap suaminya yang langsung pergi meninggalkan istrinya itu.
'Apa maksudnya? Kenapa hatiku terasa sangat sakit sekali saat mendengar pernyataan darinya tadi.' umpatnya dalam hati
Namun, disisi lain Dion yang sedang sibuk di dalam kamarnya, ia seperti melupakan sesuatu. "Loh, kok kayak ada yang aneh, ya? Eh, bingkisan untuk Qiara ada dimana, ya?" tanyanya pada diri sendiri
Karna terlalu banyak masalah dan pikiran, ia sampai lupa dengan bingkisan yang kemarin dia siapkan untuk Qiara.
"Saat aku sedang memasukkan barang-barang kayaknya bingkisan itu ada di--"
Tiba-tiba Dion terdiam sejenak sepertinya, ia tau kemana hilangnya bingkisan ini. Dengan cepat Dion berjalan ke arah kamar anaknya Dika.
"Dika," panggil Ayahnya sambil membuka pintu kamarnya
"Ada apa, Ayah?" tanya Dika
"Kamu lihat tas yang berisikan banyak sekali barang-barang dan makanan?" tanyanya balik
Dika terdiam dan berusaha untuk mengingatnya kembali. "Kalau gak salah ada satu bingkisan yang sengaja di tinggal sama Bunda deh," jawab Dika
"Di tinggal? Kapan itu?" tanyanya kembali
"Saat kita ingin pergi ke bandara Bunda kayaknya meninggalkan satu bingkisan di hotel," jawab Dika
Dion menghela nafas panjang, ia benar-benar sudah sangat kesal dengan istrinya bisa-bisanya dia melakukan seperti itu.
"Yaudah, kalau begitu Ayah pergi dulu," ucapnya
Dika hanya mengganguk saja dan Dion langsung menutup pintu kamarnya Dika kembali. "Aku gak habis pikir sama Karin, bisa-bisanya dia seperti itu." ucapannya
Di kamar Dion langsung mengambil hpnya untuk mengabarkan Rendy asistennya pribadinya.
[ Rendy ]
[ Iya? Ada apa, Tuan? ]
[ Saya minta tolong sama kamu untuk membersihkan apartemen milik saya ]
[ Lah, memangnya buat siapa? Apakah kau akan kembali kesana atau untuk siapa? ]
[ Ini untuk Qiara saya ingin kamarnya di bersihkan dan bikin kamarnya itu di buat senyamannya mungkin ]
[ Baik, saya akan kerjakan dengan yang lainnya ]
[ Terimakasih ]
Setelah selesai mengabari Rendy, ia langsung keluar dari kamarnya dan berjalan ke arah kamarnya Qiara.
Tok!
Tok!
Qiara yang belum pulas tidurnya, ia langsung terbangun dan langsung membuka pintu kamarnya. "Ada apa?" tanya Qiara saat sudah membuka kamarnya
"Bersiap-siaplah kita akan pergi dan Ayah tunggu kamu di pintu belakang," jawabannya
Dion pun langsung pergi meninggalkan Qiara yang masih bengong di depan pintu kamarnya. "Mau ngapain, ya?" tanyanya pada diri sendiri
•
•
•
•
•Yang mau tau kelanjutannya, simak terus, ya jangan lupa untuk bantu vote dan juga komentar, ya biar aku makin semangat buat upload cerita nya 🍓
KAMU SEDANG MEMBACA
Qiara ( END )
RandomSeorang anak yang bernama Qiara Anastasya yang baru saja berumur 18 tahun. Memiliki banyak trauma yang dia alami saat masa kecil dan remaja nya. Akankah, ia akan bisa melupakan semua trauma nya atau akan terjadi yang lebih menegangkan?