Bab 15

74 12 3
                                    

Disisi lain Dion yang sudah berada di dalam kamarnya, ia langsung duduk bersama istrinya di tempat tidur mereka berdua. "Ada apa? Kamu mau memarahiku lagi?" tanyanya

Terlihat Karin yang masih nangis dengan sesegukan, Dion sebenarnya sangat tidak tega karna harus memarahinya terus menerus.

Namun, yang dia lakukan hanya ingin untuk melindungi Qiara dari amukan Karin yang selalu memarahinya tanpa alasan. "Aku ingin minta maaf sama kamu," jawab suaminya

"Minta maaf? Lebih baik kau belakan saja anak itu bukannya kau lebih sayang dengannya!" titah istrinya

"Kamu tau, 'kan aku memarahi mu ada sebabnya karna kamu juga selalu memarahi Qiara tanpa alasan." ucap suaminya

"Aku sudah pernah bilang sama kamu lebih baik kamu gak usah mengajak dia untuk tinggal disini!" bentak istrinya

"Kalau dia gak tinggal sama kita Qiara mau tinggal dimana kamu tau, 'kan Qiara hanya punya kamu ibu kandungnya," jawab suaminya

"Tapi, aku gak ingin menganggapnya seperti anak ku! Aku hanya tau kalau dia adalah pembunuh suamiku dulu!" ucap istrinya

"Kamu jangan ngomong seperti itu! Qiara sudah menjelaskannya kepadaku dia bukan pembunuh. Itu semua sudah takdirnya suami kamu," ucap suaminya

"Gak! Aku gak percaya! Kalau waktu itu suamiku gak menyelamatkan Qiara mungkin dia sampai sekarang masih hidup!" ucap istrinya

Karin pun langsung beranjak dari tempat tidurnya dan keluar dari kamar. Dion hanya bisa menatapi kepergian istrinya itu.

Dia sengaja tidak mengejarnya karna dia tau kalau Karin pasti butuh waktu untuk sendirian.

"Bagaimana caranya agar Karin bisa sadar dengan kesalahannya itu." lirihnya

Namun, Karin yang berada di dalam mobil, ia hanya bisa menangis terus menerus. Karna setelah berbicara dengan suaminya Karin memutuskan untuk keluar rumah dan menenangkan pikirannya.

"Argh! Kenapa semuanya jadi seperti ini sih! Dan ini semua karna anak sial itu!" teriak Karin

"Lihat saja kamu Qiara! Aku akan membuat kamu menderita hingga kamu mati di tanganku!" teriaknya lagi

Pikirannya begitu sangat kacau karna begitu banyak masalah.

Sedangkan Qiara yang masih di dalam kamarnya, ia hanya bisa terus menangis dan melamun saja tidak ada kegiatan yang dia ingin lakukan.

"Bunda... Aku sangat kangen dengan mu." cicitnya

Qiara hanya bisa menangis terus menerus, rasanya sudah tidak ada rasa semangatnya untuk menjalani kehidupannya.

-o0o-

Namun, Darel yang baru saja sampai di rumahnya Qiara, ia langsung memakirkan motornya. "Pak, Qiara ada di dalam?" tanya Darel pada satpam itu

"Sepertinya ada deh, soalnya semua keluarga juga sudah pulang semua," jawab satpam tersebut

"Yaudah, aku mau ketemu Qiara," ucapnya

Satpam tersebut hanya mengganguk saja, ia langsung membukakan pagarnya dan Darel pun langsung masuk.

Tok!

Tok!

Darel pun mengetuk pintu rumahnya Qiara dan menunggu beberapa detik saja. Terbukalah pintu rumahnya dan terlihat seorang paruh baya yang keluar. "Nyari siapa?" tanyanya ramah

"Aku Darel teman sekolahnya Qiara, dia ada di rumah?" tanya Darel balik

"Sepertinya ada di dalam kamarnya deh," jawabannya

Qiara  ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang