Bab 09

87 12 3
                                    

Setelah itu Rendy masuk kembali ke dalam rumah untuk memberitahu Qiara, jika teman-temannya tadi sudah pergi. "Bagaimana, Om?" tanya Qiara yang langsung muncul

"Eh, kamu jangan ngagetin dong," jawabnya

"Hehe. Tapi, bagaimana? Mereka sudah pergi, 'kan? Apa mereka masih ada di depan rumah?" tanya Qiara penasaran

"Hm, mereka sudah pulang tadi dan kamu juga jangan kemana-mana sampai, Tuan Dion kembali." jawab Rendy

"Oke, kalau misalnya mereka datang lagi bagaimana, ya? Mereka bertiga, 'kan licik banget orangnya," ketus Qiara

"Gampang, itu mah bakal jadi urusannya, Om." jawabnya

"Oke." ucap Qiara sambil mengacungkan jari jempolnya

Qiara langsung kembali lagi ke dalam kamarnya dan merebahkan tubuhnya di tempat tidur. "Kalau di pikir-pikir pasti Velia bakal ngamuk, terus aku bakal di bully lagi sama dia." gumamnya

Namun, Qiara langsung membuka hpnya. Tapi, alangkah kagetnya, ia melihat ada telpon dari Bundanya.

"Bunda?"

Qiara menghela nafas panjang dan mencoba untuk tetap tenang, ia sebenarnya takut kalau Bundanya akan marah-marah lagi.

📞Halo

                                   Hm, kamu dimana📞

📞Kamar

                                Tadi ada teman mu📞

Qiara terdiam sejenak dan sedikit bingung dengan ucapan Bundanya. 'Bunda tau? Apa Velia ngadu yang gak-gak ke Bunda?' batinnya

                                             Jawab, Qiara📞

📞Aku gak tau

                                        Jangan bohong📞

📞Aku sudah jujur dan dari tadi aku lagi belajar

                                                 Ada Rendy📞

📞Iya

'Ck, aku yakin ini pasti ulah nya Rendy.' batinnya

                                                       Yaudah📞

📞Iya

Karin langsung mematikan telponnya, hatinya begitu sangat kesal dengan kelakuan suaminya yang selalu membela Qiara.

'Tidak akan ku biarkan kamu hidup dengan tenang di dalam keluarga ku!' umpatnya dalam hati

Disisi lain Qiara memiliki firasat yang sudah tidak enak. "Bakal kejadian lagi sih," lirihnya

Namun, tiba-tiba Rendy masuk tanpa mengetuk pintu kamarnya Qiara terlebih dahulu. "Om?"

"Maaf, saya bisa bicara sebentar?" tanya Rendy

"I--iya," jawabnya ragu

Rendy pun mengambil kursi dan duduk bersama Qiara. Tatapan Rendy benar-benar sangat dalam dan membuat Qiara takut.

"Ada apa, Om?" tanya Qiara

"Maaf, jika pertanyaan saya tidak sopan atau bagaimana. Tapi, saya cukup penasaran dengan kamu," jawabnya

"Iya?"

"Sebenarnya ada masalah apa kamu dengan, Nyonya Karin? Kenapa beliau sangat membenci dirimu?" tanya Rendy

Sebenarnya Rendy sangat tidak ingin ikut campur dengan kehidupan nya Qiara dan Karin. Namun, ia melakukan ini juga karna suruhan dari Dion.

Dan Qiara masih terdiam, ia belum bisa menjawab pertanyaan dari Rendy. Tapi, tiba-tiba saja air matanya mulai berjatuhan. "A--aku gak tau," jawabnya

"Kenapa kamu gak tau? Memang nya kesalahan apa yang telah kamu perbuat dengannya?" tanyanya sekali lagi

"Aku gak tau. Tapi, Bunda hanya bilang kalau papa ku dulu meninggal karna diriku," jawabnya dengan tangisan yang sesegukan

Rendy terdiam dan masih belum mengerti dengan ucapan nya Qiara. Namun, ia langsung memeluk tubuhnya Qiara dengan hangat.

"Saya tau masalah mu sangat berat sampai kamu susah untuk mengatakannya," ucap Rendy sambil menenangkan Qiara

"Mungkin, apakah aku gak pantas untuk mendapatkan kebahagiaan? Sebenci itu kah Bunda denganku?" tanyanya

"Kamu sangat pantas untuk bahagia! Jangan pernah bilang seperti itu lagi, jika kamu kesepian atau pengen cerita cari aku saja," ucap Rendy

"Terimakasih banyak, aku merasa di lindungi dan masih ada orang yang bisa menerimaku," lirihnya

"Aku akan terus menjaga mu seperti keluargaku sendiri." ucap Rendy

Qiara mendongakkan kepalanya dan menatap wajahnya Rendy. "Terimakasih, ya sudah mau mendengarkan ceritaku," ucap Qiara

"Sama-sama, sudah umur 18 tahun. Tapi, kelakuan masih kayak bocil, ya." ledek Rendy

"Dih! Gak, ya mana ada aku kayak gitu!" teriak Qiara

"Jangan teriak-teriak kupingku gak budek!" ketusnya

"Hehe."

Rendy pun beranjak dari duduknya dan langsung keluar dari kamar nya Qiara. "Nanti malam mau makan apa?" tanya Rendy sebelum keluar

"Aku gak tau yang penting enak dan halal dan gak mengandung racun. Memangnya kenapa?" tanya balik Qiara

"Hm, jadi?"

"Aku sebenarnya lagi pengen banget makan ayam panggang. Tapi, 'kan susah bikin nya atau beli juga aku belum pegang uang," jawab Qiara

"Tuan, tidak memberikan mu uang? Bukannya kamu sering di kasih. Tapi, di titipkan sama Bunda kamu," ucap Rendy

"Aku di kasih setiap akhir bulan dan itu pun hanya di kasih lima ratus ribu saja," lirihnya

'Hah? Lima ratus ribu? Bukan nya, Tuan memberikan nya lima juta perbulan, ya atau jangan-jangan di ambil sama, Nyonya Karin, ya.' batinnya

"Om?"

"Hah, iya?" ucapnya

"Aku mau tidur dulu, Om bisa keluar dulu, 'kan?" tanyanya

"Ah, iya aku akan keluar." ucapnya yang langsung menutup pintu kamarnya Qiara

-o0o-

Rendy yang sudah berada di ruang tamu langsung terdiam sejenak. Apakah dia akan melaporkan tentang Qiara atau tidak.

"Kalau aku beritahu pasti mereka akan berantem lagi dan Qiara pun yang akan terkena masalah,"

"Tapi, kalau aku biarkan seperti ini Qiara juga pasti akan susah untuk memegang uang. Apalagi setiap bulannya, ia hanya pegang lima ratus ribu saja." ucapnya

Rendy mengeluarkan hpnya dari saku celananya untuk mengabari Dion tentang keadaannya Qiara disini.

[ Tuan, saya bisa bicara sebentar? ]

Hanya itu pesan yang di kirim oleh Rendy. Namun, tiba-tiba pesan baru masuk, ia langsung membukanya dan membaca pesan tersebut.

[ Ada apa? ]

[ Tuan, saya tau ini lancang. Tapi, saya mau bertanya. Tuan memberikan uang bulanan kepada Qiara lima juta, 'kan? ]

[ Iya, memangnya ada apa? Apakah ada masalah? ]

[ Hm, lebih baik, Tuan mencari tau sendiri dari Qiara agar tidak ada keributan ]

[ Maksud kamu apa? ]

[ Yang saya katakan tadi. Lebih baik, Tuan bertanya sendiri kepada Qiara ]

Rendy pun langsung mematikan hpnya dan memasukkannya kembali ke dalam saku celananya.

Sedangkan disisi lain Dion di buat penasaran dengan pesan yang di kirim oleh Rendy asistennya.

"Apa maksudnya? Lebih baik aku bertanya dengan Qiara setelah itu baru Karin." gumamnya





Yang mau tau kelanjutannya, simak terus, ya jangan lupa untuk bantu vote dan juga komentar, ya biar aku makin semangat buat upload cerita nya 🍓

Qiara  ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang