Bukan mengantar Amanda pulang dulu, Adipati justru membawa gadis itu ke rumahnya. Amanda menunggu Adipati yang sedang membawa Bima ke kamarnya. Rumah yang ditempati Adipati cukup besar. Amanda jadi penasaran apakah Adipati hanya tinggal berdua dengan Bima atau ada orang lain lagi.
Tapi sepertinya, tidak ada orang dewasa lagi selain Adipati di sini. Lihat saja beberapa lego berserakan di lantai. Tadi saat Amanda hendak duduk harus menyingkirkan robot-robotan di sofa. Dia sempat melihat pot berisi tanaman mengering di teras. Ini baru ruang tamu, belum ruangan lain, tapi berhasil membangkitkan keinginan Amanda untuk menjadi tukang bersih-bersih.
"Maaf rumah saya memang berantakan."
Amanda menoleh ke belakang. Mendapati pria yang muncul dari arah dapur, meletakkan gelas panjang berisi sirup jeruk.
"Bapak cuma berdua sama Bima di sini?" tanya Amanda setelah Adipati duduk di seberangnya.
"Iya. Orang tua saya sudah lama meninggal."
"Terus kalau Bapak pergi, Bima sama siapa?"
"Saya titipkan ke tetangga depan rumah. Kebetulan anaknya teman dekat Bima."
Amanda meraih gelas itu, lalu menyesap isinya padahal belum dipersilakan. Kelamaan menunggu Adipati bersuara, keburu haus. "Kenapa Bapak nggak sewa pengasuh atau pembantu? Kan, lumayan meringankan beban."
"Kalau saya terlihat memakai jasa orang lain, Bima akan diambil oleh keluarga istri saya. Saya nggak mau itu terjadi."
Mendengar jawaban itu, Amanda makin tidak mengerti. Seseram apa keluarga mantan istri pria ini?
"Bukannya bagus, ya, Bima diurus sama ibunya?" Tanpa beban, Amanda melontarkan pertanyaan itu dan dia tidak tahu bahwa efeknya akan besar. Raut wajah Adipati berubah. Sorot matanya meredup.
"Bima tidak mungkin diurus oleh ibunya karena dia sudah tidak ada di dunia ini."
Amanda tertegun. Jadi, ibunya Bima ternyata sudah meninggal? Pantas saja sekarang Adipati mencari istri lagi.
"Setelah melahirkan Bima, dia pergi. Awalnya Bima dirawat oleh keluarga istri saya, tapi karena suatu hal, saya berhasil mengambil alih. Kami akhirnya terlibat perjanjian. Jika dalam waktu empat tahun ini saya belum menikah lagi, maka Bima akan diasuh oleh mereka."
"Tapi, kenapa harus saya, Pak? Bapak bisa cari perempuan lain yang lebih sabar. Saya, kan, tujuannya mau bikin novel sama Bapak."
Wajah Adipati kian mendung. Hal itu membuat Amanda bingung. Pertanyaannya tidak sulit, kan? Lagi pula, empat tahun itu bukan waktu yang sebentar. Adipati bisa mencari perempuan yang lebih baik darinya.
"Bagi saya, dia sudah cukup memenuhi ruang hati saya. Makanya saya tidak pernah mencari perempuan lain. Saya benar-benar tidak tahu apakah ada perempuan lain yang bisa menggantikan posisi istri saya. Waktu saya ketemu kamu, entah kenapa saya ngerasa kita berdua akan cocok. Mungkin karena saya sudah dikejar waktu. Bulan ini saya harus menikah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Konjungsi Rasa - [Terbit]
RomanceAmanda tidak menyangka harus berurusan dengan editor menyebalkan macam Adipati Surya sejak dirinya terpilih sebagai salah satu peserta project Duda Series. Agar sinopsisnya cepat diterima, sang editor menawarkan sebuah kesepakatan. Bodohnya, Amanda...