“Jadi, Mas-nya sudah pernah menikah, lalu cerai mati? Terus, Mbak-nya belum pernah menikah sama sekali?” tanya Pak Fajar.
“Iya, Pak,” jawab Amanda dan Adipati serempak.
Selanjutnya, mereka berdua disuruh membaca Al-Qur’an. Adipati cukup lancar, sementara Amanda beberapa kali tersendat. Sungguh, perempuan itu malu luar biasa.
“Sudah tahu doa-doanya?”
Alih-alih menjawab, Amanda justru memasang wajah polos, lalu bertanya, “Doa-doa apa, Pak?”
Pak Fajar spontan menatap Amanda. Bibirnya menyungging senyum. “Doa-doa malam pertama, dong. Mbak-nya sudah tahu?”
Amanda berkedip, wajahnya memanas, kemudian menggeleng lemah. “Nggak tahu, Pak.”
“Nanti saya kasih tahu atau Mbak bisa tanya langsung ke Mas-nya.”
Amanda tersenyum kikuk dan mengangguk. Saat menoleh ke arah Adipati, senyum perempuan itu luntur. Muka Adipati benar-benar tidak menggambarkan calon pengantin yang berbahagia. Kecut.***
Guys, penggalan bab itu bisa kalian baca kalau beli versi bukunya. Seperti yang udah aku bilang sebelumnya kalau versi buku ada perubahan dan penambahan bab. Kalau di sini kan cuma sampai bab 26, kalau di buku sampai bab 44 😍 Tentunya sudah rapi karena udah diedit.
Dan hari ini kalian bisa beli bukunya 💃💃💃
Bonusnya itu surat cinta dari Amanda untuk Adipati. Sweet banget kan 😂
Silakan pesan bukunya lewat DM aku atau penerbit ya. Yang pesan lewat aku ada tambahan bonus lagi 😍
KAMU SEDANG MEMBACA
Konjungsi Rasa - [Terbit]
RomanceAmanda tidak menyangka harus berurusan dengan editor menyebalkan macam Adipati Surya sejak dirinya terpilih sebagai salah satu peserta project Duda Series. Agar sinopsisnya cepat diterima, sang editor menawarkan sebuah kesepakatan. Bodohnya, Amanda...