•09• Menyebalkan

23.5K 2.8K 32
                                    

Amanda merenggangkan otot-otot pergelangan tangan, juga memutar tubuh ke kanan dan kiri setelah hampir satu jam duduk di depan laptop

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Amanda merenggangkan otot-otot pergelangan tangan, juga memutar tubuh ke kanan dan kiri setelah hampir satu jam duduk di depan laptop. Pintu kamar tertutup rapat serta telinga tersumbat earphone, jadi dia tidak akan mendengar suara-suara di luar dan tidak akan tahu apa yang dilakukan Adipati bersama anaknya.

Ya, lelaki itu benar-benar memberikan waktu untuk merevisi bab satu. Sebagai gantinya tadi siang Amanda yang menjemput Bima dari sekolah. Anak itu sempat ngambek lantaran Amanda pakai motor, bukan mobil. Ya, mau bagaimana lagi, Amanda dari lahir belum pernah belajar menyetir. Toh, belajar pun untuk apa? Mobil saja tidak punya dan intensitas perginya bisa dihitung jari.

Amanda keluar hanya untuk kerja dan belanja. Selebihnya mengeram di dalam kamar. Entah itu untuk nonton film atau menyelesaikan tulisan. Amanda akan keluar kalau mendengar perintah ibunya. Gara-gara itu juga Ratmi pernah hampir membawa Amanda ke orang pintar, katanya tidak normal. Padahal Amanda bisa seperti itu karena kelakuan ibunya.

Coba bayangkan nyaris setiap hari Ratmi mengeluarkan narasi perbandingan. Telinga Amanda sampai berasap mendengarnya. Daripada menjadi anak durhaka, lebih baik mundur dari peperangan, kan? Terkadang Amanda punya niat kabur ke luar negeri, tapi sayang tidak punya uang banyak. Sekarang dirinya berhasil keluar dari lingkaran setan. Namun, tetap saja ada saja ujian.

Balik lagi ke naskah. Amanda berulang kali membaca tulisan yang telah diedit. Sebelumnya tulisan Amanda penuh dengan garis merah dari Adipati, bahkan nyaris satu halaman penuh. Isinya tak lain dan tak bukan rentetan penjelasan Adipati mengenai penggunaan tanda koma, penggunaan kata di dan dari, yang paling panjang itu saat mengomentari tentang pergantian scene yang katanya terlalu cepat. Baru bab satu ini, lho, tapi kepala Amanda sangat sakit. Padahal rencananya novel ini harus tertulis sebanyak 30 bab.

Fail tersimpan sempurna. Amanda mematikan laptopnya, kemudian meletakkan earphone di leher. Saat hendak beranjak, pada saat yang bersamaan pintu tiba-tiba terbuka dari luar. Spontan Amanda berteriak.

Sebentar, seingatnya pintu sudah terkunci, tapi kenapa Adipati bisa masuk?

"Ya Allah, Pak! Kenapa nggak ketuk dulu pintunya, sih! Untung saya nggak lagi telanjang."

"Memangnya kenapa kalau kamu telanjang? Toh, saya udah boleh lihat."

Amanda terbelalak. "Istigfar, Pak!"

"Sudah, jangan mengalihkan pembicaraan! Kamu kenapa saya panggil nggak dengar-dengar?"

Belum sempat Amanda menjawab, Adipati berbicara lagi. "Pantas aja, telinga kamu tertutup benda itu, makanya nggak dengar saya."

"Bapak manggil saya ada apa emangnya?"

"Ini." Adipati menunjuk Bima yang ternyata berdiri di dekat kakinya. "Dia maunya tidur sama kamu."

Sudah pukul berapa ini sekarang? Rupanya Adipati tidak berhasil menidurkan anaknya. Amanda lantas melangkah menghampiri anak itu.

"Bima kenapa nggak mau tidur sama Bapak?" tanya Amanda seraya menyentuh bahu Bima.

Konjungsi Rasa - [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang