Amanda tidak menyangka harus berurusan dengan editor menyebalkan macam Adipati Surya sejak dirinya terpilih sebagai salah satu peserta project Duda Series. Agar sinopsisnya cepat diterima, sang editor menawarkan sebuah kesepakatan. Bodohnya, Amanda...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Empat minggu berlalu. Amanda kini menyandang status baru. Ya, mereka sudah meresmikan pernikahannya. Amanda memang berhasil keluar dari kurungan ibunya, tetapi sekarang dirinya masuk ke kandang macan. Adipati baik, cenderung masa bodo dengan kehadirannya. Nah, yang menjadi tantangan Amanda adalah Bima. Baru dua minggu jadi ibunya, anak itu sukses membuat Amanda sakit kepala. Tidak ada kata kalem dalam kamus hidup Bima. Ada saja tingkahnya mulai dari bangun sampai bangun lagi.
"Itu benerin dulu ritsleting celananya!" seru Amanda dengan napas memburu. Masih pagi, belum mandi dan sarapan, tapi Bima mengajaknya tawaf tujuh kali sampai keringetan.
"Kejar aku dulu!"
Kan, anak itu kabur lagi. Amanda memilih selonjoran di lantai. Malas mengejar Bima. Kalau mau tahu bapaknya ke mana, Amanda akan senang hati menjawab. Laki-laki itu sedang memanaskan mobil, pakaiannya sudah rapi, bahkan membuatkan sarapan. Adipati selesai mengerjakan tiga kegiatan itu di saat Amanda yang sejak jam enam memandikan dan menggantikan baju Bima belum selesai-selesai.
"Terserah Bima, deh. Tante nggak ikutan kalau nanti bapak lihat kamu masih begitu."
Belum ada sedetik Amanda berkata seperti itu, Adipati muncul di balik pintu. Segera saja Bima berlarian menghampiri Amanda. Perempuan itu tersenyum dan mulai menjepit kaki Bima menggunakan kedua kakinya. Tangannya membetulkan ritsleting celana anak itu.
"Kok, belum siap?"
"Tanya aja sama anaknya," jawab Amanda asal. Setengah dongkol dengan pertanyaan Adipati.
"Cepetan ganti bajunya, habis itu sarapan. Kalo begini terus nanti terlambat ke sekolah."
Bodo amat, maki Amanda dalam hati.
Ada Adipati, Bima berubah menjadi anak penurut. Anak itu tidak protes saat Amanda menyuapi nasi dan ayam goreng. Kalau begini, Amanda bisa menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat, supaya bisa mandi.
"Saya antar Bima sekarang. Kita ketemu di kantor kalau kamu udah selesai."
Saat Amanda hendak bertanya, punggung pria itu lenyap ditelan pintu. Menyisakan mulut Amanda yang menganga lebar. Melongo dengan tingkah ajaib bapak dan anak di rumah ini.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.