Tentang Bima yang main hujan-hujanan, Amanda sengaja tidak memberitahu Adipati. Dia masih malas berdebat dengan pria itu. Apalagi, kemarin Adipati pulang pada pukul sembilan malam. Kadang Amanda kepikiran pekerjaan apa yang mengharuskan Adipati di luar sampai larut malam. Namun, hatinya tidak memiliki daya untuk sekadar bertanya.
Kabar baiknya, pertemuan dengan Firman diundur sampai lusa karena pria itu ada urusan mendadak. Ya, jadi, Amanda masih punya waktu untuk mengerjakan revisi yang diberikan Adipati.
"Kamu tahu, tiga bab pertama itu adalah gerbang menuju suksesnya novel kamu. Kalau kamu nulis tiga bab awal asal-asalan, ceritamu nggak ada yang baca."
"Terus biar pembaca betah gimana, Pak?"
"Ya, kamu harus ikuti konsep yang sudah saya buat, sebisa mungkin kalau mau melenceng jangan kejauhan. Sama kamu harus tahu kapan harus narasi dan kapan harus dialog. Di naskah kamu, kamu kebanyakan dialog alih-alih narasi. Padahal, banyak sekali adegan yang bisa kamu narasikan. Seperti pertemuan dua tokoh ini. Harusnya kamu eksplore adegan ini dengan narasi. Nggak usah ada dialog basa-basi. Kamu paham?"
Amanda mengangguk meski tidak paham sepenuhnya.
"Dari teknis, kamu masih salah menempatkan kata namun dan tetapi. Kata namun selalu di belakang koma, sedangkan kata tetapi didahului koma. Lalu, kata sedangkan itu nggak boleh diawali dengan tanda titik, harus dengan tanda koma. Sepertinya kamu harus belajar materi ini dulu."
"Iya, Pak. Saya akan berusaha keras lagi."
"Bagus."
Usai mengucapkan kalimat itu, Adipati menutup laptopnya, memasukkannya ke tas, lalu tali tas itu dia sampirkan ke bahu. "Saya harus ke kantor. Nanti kamu yang jemput Bima."
"Iya, Pak."
"Terima kasih, Amanda. Maaf saya merepotkan kamu terus."
Memang harusnya seperti itu, kan? Amanda ini ibunya walaupun bukan ibu kandung. Ya, masa, tidak mau direpotkan. Meski kadang tingkah Bima membuat sakit kepala, Amanda mencoba menerima langkahnya sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Konjungsi Rasa - [Terbit]
RomanceAmanda tidak menyangka harus berurusan dengan editor menyebalkan macam Adipati Surya sejak dirinya terpilih sebagai salah satu peserta project Duda Series. Agar sinopsisnya cepat diterima, sang editor menawarkan sebuah kesepakatan. Bodohnya, Amanda...