Amanda tidak menyangka harus berurusan dengan editor menyebalkan macam Adipati Surya sejak dirinya terpilih sebagai salah satu peserta project Duda Series. Agar sinopsisnya cepat diterima, sang editor menawarkan sebuah kesepakatan. Bodohnya, Amanda...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Bu, aku mau naik komidi putar."
"Ibu, aku mau naik gajah itu!"
"Bu, ayo, naik mobil-mobilan!"
Sederet kalimat itu yang Amanda dengar dari awal masuk ke tempat wisata ini. Kakinya yang terbungkus flat shoes itu terasa pengap karena mengikuti pergerakan Bima yang super cepat. Entah kenapa sejak turun dari mobil, anak itu mendadak manja. Apa-apa harus Amanda, padahal bapaknya nganggur. Setiap kali Adipati ingin mengambil alih, Bima menolak.
Ini, sih, bukan Amanda yang refreshing, tapi Bima.
"Gajahnya nggak boleh dinaiki, Bima. Bolehnya dilihat dari sini." Amanda menenangkan Bima yang terus merengek masuk ke kandang gajah.
"Kita foto di patungnya aja. Bima mau nggak?"
"Mau."
"Tapi, berhenti nangisnya, ya."
Anak itu mengangguk dan membiarkan Amanda menyeka sisa air mata di pipinya. Kemudian, mereka bertiga mendekati patung gajah, bersiap mengambil gambar. Amanda menggendong Bima dan Adipati berdiri di sebelah kirinya. Setelah itu, mereka pindah ke tempat lain.
Ketika tiba di Kubah Burung, Bima tampak antusias. Dia segera menarik tangan bapak dan ibunya memasuki tempat itu. Amanda mulai merasakan gelagat wajah Adipati berubah begitu kicauan burung saling bersahutan.
"Ke sananya sama ibu aja, ya." Amanda mencoba membujuk Bima.
"Nggak mau, sama Bapak juga. Dari tadi udah sama Ibu."
"Kalo nggak kuat jangan pingsan, ya, Pak. Saya yang nggak kuat gendong Bapak."
Adipati memilih tidak menanggapi karena tubuhnya sudah ditarik Bima. Kini, gantian Amanda yang berjalan di belakang.
Setelah masuk, mereka ditawari foto bersama salah satu koleksi burung kakak tua. Sang pemandu meminta mereka duduk di spot yang sudah disediakan. Bima duduk di antara kedua orang tuanya. Wajah Adipati kian memucat saat satu burung kakak tua diletakkan di tangan Amanda.
"Bapaknya mau pegang?"
Sontak Adipati terkesiap saat sang pemandu mendekatkan burung ke wajahnya. Amanda jadi kasihan melihatnya. Biasanya laki-laki senang pelihara burung, ini Adipati malah kebalikannya.
"Saya aja, Pak. Suami saya biar gandengan sama anaknya," kata Amanda pada pemandu.
Mereka foto bersama sebanyak dua kali. Bima tidak puas. Anak itu berani mengelus kepala burung di tangan Amanda, juga berani mendekati burung-burung lain di balik jeruji kandang. Ya, karena bapaknya takut, Amanda yang jadi korban membopong Bima supaya kelihatan.